Jangan Biasakan Diri Berbohong! Nanti Bisa Terkena Penyakit Mitomania

Jangan biasakan diri berbohong! Nanti bisa terkena penyakit mitomania. Mitomania adalah perilaku berbohong secara komplusif.

Kerpibadian, Klinis3088 Views

Logos Indonesia Berbohong merupakan hal yang pernah setiap orang melakukan. Setiap orang juga memiliki alasan tersendiri mereka berbohong. Entah itu untuk melindungi diri sendiri dari hukuman, agar tidak disalahkan atau demi kepentingan dirinya sendiri.

Namun, kebiasaan berbohong dapat menjadi pemicu terjadinya penyakit mental atau menandakan adanya kelainan pada dirinya sendiri. Namun, kamu tidak perlu khawatir jika kamu masih bisa mengkontrol hal tersebut dan mampu membedakan antara kebohongan yang kamu buat sendiri dengan realita yang ada.

Baca Artikel Kami Lainnya: Holocaust Disebut Destruktif Obedience, Sikap Patuh Melakukan Kejahatan.

Kebiasaan berbohong yang mengakibatkan penderitanya tidak bisa membedakan antara kebohongan dengan kenyataan disebut mitomania. Penyebab dari gangguan ini diyakini dikarenakan faktor lingkungan atau kebiasaan. Sehingga, sebaiknya kamu tidak terlalu sering berbohong untuk meminimalisir terjadinya mitomania ini.

Mari kita bahas mitomania dan perbedaannya dengan kebohongan biasa orang normal lakukan. Namun perlu diingat, gejala mitomania yang dijelaskan di artikel ini tidak bisa langsung mendiagnosis seseorang mengalami hal tersebut.

Ketika dirimu atau orang lain mendapati gejala yang mirip dengan gejala yang dijelaskan dalam artikel ini. Maka sebaiknya berkonsultasi dengan para ahli yang terkait, seperti psikolog.

Baca Artikel Kami Lainnya: Bagaimana Caranya Menolak Perintah Atasan Yang Memerintahmu Melakukan Kejahatan?

Penting sekali untuk tidak langsung mendiagnosis orang lain atau dirimu sendiri. Informasi ini merupakan cara menyadari hal yang salah pada diri seseorang dan menindaklanjuti ke penanganan yang tepat untuk mengatasi hal tersebut.

Apa Itu Mitomania?

Mitomania atau pseudologia fantastica merupakan kecenderungan orang berbohong secara komplusif. Dilansir dari Tempo, penyebab dari mitomania ini belum diketahui secara jelas. Namun, diyakini karena faktor kebiasaan dan lingkungan. Beberapa ciri khas dari penderita mitomania, berbohong untuk mendapatkan simpati.

Berdasarkan Localisation of Increased Prefrontal White Matter in Pathological Liars, terdapat faktor biologis yang membuat seseorang berbohong. Terdapat permasalahan dalam sistem saraf pusatnya mempengaruhi seseorang berbohong secara komplusif. Hal ini menandakan bahwa kebiasaan berbohong dapat menjadi tanda suatu penyakit yang serius. Namun hal tersebut perlu diagnosis dari dokter yang terkait.

Baca Artikel Kami Lainnya: Cara Meminjam Uang Ke Teman Yang Benar Berdasarkan Saran Psikolog. Hubungan Pertemanan Tetap Aman.

Berdasarkan sejarahnya, dijelaskan dalam Hello Sehat, mitomania ditemukan pada tahun 1891 oleh psikiater Jerman bernama Anton Delbrueck. Penamaan awal dari sindrom mitomania ini oleh Delbrueck adalah pseudologia fantastica. Hal ini karena, pasien yang terdiagnosis tersebut memiliki gejala berbohong dengan unsur khayalan atau fantasi dari cerita mereka.

Selain itu, para pasien yang mengidap Mitomania tidak mampu membedakan antara kebohongan yang dibuatnya sendiri dengan kenyataan. Hal ini karena kebohongan sudah menjadi bagian dari hidupnya. Karena itu Mereka cenderung mempercayai kebohongan yang mereka ucapkan sendiri.

Apa Saja Ciri-Ciri Penderita Mitomania?

Dilansir dari Healthline, terdapat karakteristik yang umum dialami penderita mitomania. Berikut ini ciri-ciri mitomania yang paling khas.

Berbohong Tanpa Alasan Yang Jelas

Penderita mitomania berbohong tidak memiliki tujuan dan manfaat yang jelas terhadap dirinya. Merasa berbohong seakan-akan sudah menjadi bagian dari kehidupan. Bahkan pada situasi yang tidak ada permasalahan, mereka tetap terus berbohong kepada orang lain. Berbeda dengan orang normal, di mana hanya di situasi tertentu saja mereka akan berbohong untuk menghindari ketidaknyaman.

Kebohongan Yang Dibuat Dramatis, Rumit, Dan detail

Cerita yang mereka buat untuk berbohong cenderung sangat detail dan beragam. Penyampaian ceritanya juga terdengar berlebihan. Hal inilah yang mungkin beberapa orang akan mempercayai kebohongan mereka. Berbeda dengan orang normal yang berbohong. Mereka tidak mampu membuat cerita sedetail dan serumit itu.

Kebohongan Tentang Menjadi Pahlawan Atau Korban

Cerita yang sering di buat oleh penderita mitomania berkaitan dengan dirinya menjadi pahlawan atau menjadi korban. Tujuan dari cerita tersebut memiliki pesan yang ingin disampaikan kepada orang mengenai dirinya. Ketika penderita mitomania menceritakan bahwa dirinya adalah korban maka yang diinginkan adalah kesan ingin dikasihi. Sedangkan cerita yang mengandung bahwa dirinya sebagai pahlawan, ingin dirinya mendapatkan pujian dari orang lain.

Mempercayai kebohongan yang diceritakan

Penderita mitomania memiliki delusi terhadap kebohongan yang mereka buat. Sehingga mereka mempercayai kebohongan mereka sendiri. Kondisi ini yang membuat mereka tidak mampu membedakan antara kenyataan dan kebohongan yang mereka buat. Ciri inilah yang menjadi pembeda dengan orang normal ketika berbohong. Mereka mampu membedakan antara kebohongan yang mereka buat dengan kenyataan yang ada.

Bagaimana Cara Membedakan Mitomania Dan Bohong Biasa?

Dari keempat ciri tersebut menunjukkan bahwa mitomania tipe orang yang ahli dalam berbohong. Mereka mampu menyembunyikan gejala kebohongan yang sering dialami oleh Kebanyakan orang seperti tidak mampu menatap mata lawan bicaranya dan sulit bercerita dengan detail.

Baca Artikel Kami Lainnya: Kenali Ciri-ciri Orang Yang Sedang Berbohong Menurut Psikologi Linguistik.

Selain itu perbedaan lainnya adalah orang normal yang berbohong memiliki alasan yang jelas. Dilansir dari Hello sehat, terdapat penelitian tentang alasan seseorang berbohong, yaitu untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Seperti untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain, tidak mengecewakan orang lain, menutupi rahasiamu, agar tidak dipermalukan, agar orang lain menyukaimu, dan alasan lainnya yang berkaitan dengan keuntungan pribadi.

Selain itu kebohongan yang dilakukan oleh orang normal biasanya berkaitan dengan perasaan, pendapatan, pencapaian, kehidupan seksual dan usia.

Artikel oleh: Logos Indonesia.

Comment