Sindrom Erotomania dan Penanganannya. Delusi Akan Dicintai Oleh Seseorang, Padahal Tidak

Sindrom Erotomania dan penanganannya. Delusi akan dicintai oleh seseorang, padahal kenyataannya tidak demikian.

Klinis2951 Views

Logos Indonesia Jatuh cinta merupakan perasaan yang kuat dirasakan seseorang. Ketika kamu menyukai seseorang. Maka kamu bahagia bahkan hanya melihat wajahnya saja. Kebahagiaan itu akan semakin sempurna jika kedua belah pihak saling mencintai satu sama lain.

Baca Artikel Kami Lainnya: Mengenal Gangguan Kepribadian Paranoid, Skizoid Dan Skizotipal Dalam Kelompok Kepribadian Aneh.

Pada pasangan yang sehat tentu hal tersebut kebahagiaan yang sempurna. Namun bagaimana jika keyakinan bahwa seseorang menyukaimu adalah delusi semata? Segala tindakan yang orang itu lakukan, akan ditafsirkan secara berbeda. Tindakan itu ditafsirkan sebagai bukti ketertarikannya terhadap dirimu. Padahal orang lain menganggap bahwa tindakan tersebut biasa saja. Kondisi semacam itu disebut sindrom erotomania.

Apa Itu Erotomania?

Kenali Kekurangan dan Kelebihanmu

Sindrom erotomania adalah kondisi psikologis langkah yang menyebabkan penderitanya berhalusinasi seakan-akan nyata terhadap keyakinannya bahwa dirinya dicintai oleh seseorang. Namun kenyataannya, tidak demikian. Nama lain dari sindrom ini adalah De Clérambault syndrome.

Mereka menganggap tindakan orang yang mereka sukai sebagai tanda ketertarikan terhadap dirinya. Namun dari kacamata orang normal, tindakan tersebut tidak menunjukkan hal demikian. Cara memberikan interpretasi terhadap segala tindakan orang yang mereka sukai sangatlah berbeda dengan kebanyakan orang normal lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh delusi yang mereka rasakan.

Kebanyakan dari penderita sindrom erotomania adalah perempuan. Namun tidak menutup kemungkinan bagi laki-laki menderita sindrom erotomania ini. Penderita dari sindrom erotomania ini mayoritas memiliki ciri yang khas. Penderita sindrom erotomania mayoritas memiliki penampilan yang kurang menarik, menyendiri, suka mengisolasi diri dari hubungan sosial di masyarakat, dan jarang menjalin hubungan romantis.

Baca Artikel Kami Lainnya: Bagaimana Sebaiknya Kamu Menanggapi JOMO Dan YOLO Dalam Kehidupan Sehari-Harimu?

Namun jika penderitanya adalah laki-laki. Maka kemungkinan melakukan tindakan agresif cenderung tinggi dibandingkan perempuan. Pada kondisi yang lebih parah, mungkin saja mereka mampu melukai orang lain.

Sedangkan seseorang yang dianggap menyukai dirinya memiliki penampilan yang sangat menarik atau memiliki kedudukan tinggi di masyarakat. Seperti, para selebritis, tokoh terkenal, dan orang yang populer di kalangan masyarakat.

Si penderita akan melakukan berbagai cara untuk menyampaikan rasa kasih sayangnya terhadap orang tersebut. Sayangnya, kebanyakan dari mereka melakukan dengan cara yang ekstrem atau dapat mengganggu orang tersebut. Sesaeng merupakan salah satu contoh dari sindrom erotomania yang sudah kronis. Para sesaeng bahkan menyelinap ke rumah idolnya hanya untuk memuaskan obsesifnya terhadap orang yang disukainya.

Penyebab Dan Tipe Penderita Erotomania

Media Sosial
Media Sosial

Dilansir dari Beauty Journal Sociolla, terdapat beberapa hal yang menjadi pemicu sindrom erotomania ini. Efek stres atau trauma berat, faktor genetik dan faktor lingkungan memicu seseorang memiliki sindrom erotomania. Peran media sosial yang menjerumuskan seseorang menjadi terobsesi pada seseorang yang dikaguminya memicu terjadinya sindrom erotomania.

Dilansir dari kumparan, terdapat kategori tingkat keparahan dan tipe sindrom erotomania. Kategori yang ringan adalah jenis erotomania primer dengan tipe pemalu. Sedangkan kategori yang sudah kronis adalah jenis erotamania sekunder dengan tipe agresif.

Erotomania Primer Dengan Tipe Pemalu

Gejala yang ditimbulkan dari kategori erotomania ini bukan merupakan bagian dari gejala penyakit psikopatologis lainnya. Penyebab seseorang mengalami erotomania primer adalah faktor lingkungan atau peran media sosial yang berujung pada obsesif terhadap seseorang. Gejala yang ditimbulkan hanyalah sebatas delusi tanpa ada aksi atau tidak berujung pada kekerasan seksual.

Erotomania Sekunder Dengan Tipe Agresif

Gejala dari kategori erotomania ini merupakan bagian dari gejala penyakit psikopatologis lainnya seperti skizofrenia dan bipolar. Gejala delusi ini sudah merujuk pada tanda gangguan psikologis yang parah. Halusinasi yang mereka rasakan sangat nyata hingga tidak bisa membedakan halusinasinya dengan kenyataan. Bahkan mampu menyakiti orang sekitarnya melalui tindakan agresifnya.

Tanda-tanda Seseorang Mengalami Erotomania

Dilansir dari Hello Sehat, terdapat beberapa gejala yang bisa diidentifikasi sebagai tanda seseorang mengalami sindrom erotomania.

  • Terdapat kesalahan dalam menafsirkan tindakan dari orang yang disukainya.
  • Menganggap bahwa semua tindakan dari orang yang disukainya sebagai bukti rasa cintanya kepada dirinya.
  • Orang yang disukainya kebanyakan memiliki status yang lebih tinggi ataupun populer di kalangan masyarakat.
  • Menganggap bahwa orang tersebut lebih dulu mencintainya.
  • Menganggap bahwa orang tersebut lebih dulu mendekati dirinya.
  • Memiliki banyak alasan atau bukti yang dikarangnya sebagai bukti orang tersebut menyukai dirinya. Padahal bukti tersebut tidak memiliki hubungan yang relevan.
  • Pada gejala yang ekstrem, si penderita sampai melakukan tindakan kriminal seperti menguntit, berbohong, memanipulasi, dan tindakan jahat lainnya.
  • Si penderita akan menunjukkan rasa cintanya dengan cara yang mengganggu orang tersebut.
  • Obsesinya tersebut membuat penderita hilang minat pada aktivitas lainnya.

Bagaimana Penanganan Erotomania?

Berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater merupakan penanganan yang efektif dilakukan bagi penderita sindrom erotomania. Mereka akan mengobati penderita sindrom erotomania sesuai dengan kondisi dan karakteristik kepribadian si penderita.

Terdapat beberapa cara yang umum dilakukan oleh para psikolog atau psikiater dalam menangani penderita sindrom erotomania. Mereka biasanya akan memberikan obat antipsikotik untuk menghilangkan delusi. Atau melalui terapi kognitif untuk mengembalikan pikiran mereka menjadi normal.

Namun pada intinya penanganan yang dilakukan berguna untuk mengembalikan fungsi sosial si penderita agar bisa beradaptasi dengan masyarakat. Kemudian meminimalisir resiko dari perilaku kriminalitasnya akibat obsesi terhadap seseorang dan meluruskan pemahaman yang salah tentang halusinasinya.

Baca Artikel Kami Lainnya: Bagaimana Sebaiknya Kamu Menanggapi FOMO dan FOBO Dalam Kehidupan Sehari-Harimu?

Artikel oleh: Logos Indonesia.