Bagaimana Sebaiknya Kamu Menanggapi JOMO Dan YOLO Dalam Kehidupan Sehari-Harimu?

Bagaimana sebaiknya kamu menanggapi JOMO dan YOLO dalam kehidupan sehari-harimu? Melihatlah dengan cara pandang yang lebih positif.

Logos Indonesia Bagi generasi milenial pasti sering mendengar istilah YOLO kan? Tetapi ada istilah lainnya yang serupa dengan YOLO, yaitu JOMO.

Baca Artikel Kami Lainnya: Philip Zimbardo dan Eksperimen Penjara Zimbardo.

Jika YOLO memiliki makna bahwa hidup ini hanya sekali. Karena itu, kamu harus memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya. Sedangkan istilah JOMO memiliki makna bahwa merasa senang walaupun kamu tertinggal dari orang lain. Orang yang memiliki prinsip JOMO tidak terlalu memikirkan pandang orang lain sebagai suatu tekanan. Hal ini bisa berdampak negatif maupun positif tergantung cara padang kita.

Maka dari itu, akan lebih baik jika kita memandang kedua istilah itu sebagai hal yang positif bagi diri kita. Dalam artikel ini kita akan membahas istilah JOMO dan YOLO bagi kebanyakan masyarakat milenial. Kemudian ubahlah dampak negatif menjadi bermanfat di kehidupanmu.

Apa Itu JOMO?

Manfaat Self Improvement

JOMO merupakan singkatan dari Joy Of Missing Out. JOMO merupakan lawan dari FOMO. Ketika FOMO memiliki arti takut tertinggal dari orang lain. Maka, JOMO merasa senang walaupun kondisinya tertinggal dari orang lain. Mereka tidak merasa terganggu ketika melihat prestasi orang lain di media sosial. Karena menurut mereka hal tersebut hasil dari kerja keras mereka.

Perasaan iri terhadap kesuksesan orang lain tidak dimiliki oleh orang yang berada di kondisi JOMO. Hal ini karena mereka puas akan diri mereka sendiri. Hal tersebut cepat berdampak baik jika ditanggapi dengan cara benar. Namun akan berdampak buruk jika direspon dengan cara yang salah.

Baca Artikel Kami Lainnya: Mengenal Gangguan Kepribadian Menghindar, Dependen dan Obsesif Kompulsif Termasuk Gangguan kepribadian Yang Cemas.

Ketidakpedulian terhadap kondisi yang ada membuat kemunduran akan kesuksesan dirimu sendiri. Hal ini karena kamu tidak memiliki rasa kompetitif yang tinggi untuk menjadi lebih baik. Karena itu, beberapa orang yang menanggapi JOMO ini dengan cara yang buruk biasanya bersikap malas untuk mengembangkan diri sendiri dan berfokus pada kesenangan pribadi.

Ketika seseorang sudah merasa cukup dengan kehidupannya saat ini. Tidak ada lagi motivasi diri untuk menjadi lebih baik. Tidak ada pesaing yang ingin kamu lawan. Tentu saja rasa kompetitif ini dalam konteks bersaing secara sehat.

Namun jika ditanggapi dengan cara positif, maka JOMO ini menjadi sesuatu hal yang berguna untuk menghindari dari rasa cemas atau tertekan sosial. Kamu tidak merasa tertekan dengan tuntutan yang ada untuk dirimu sendiri. Tapi kamu melakukan aktivitas yang positif karena menyenangi aktivitas tersebut. Terlebih jika aktivitas tersebut menuju kesuksesan atau prestasi. Maka, selama proses kesuksesan itu, kamu tidak merasa tertekan terhadap tuntutan yang kamu terapkan pada diri sendiri.

Bagaimana Sebaiknya Kamu Menanggapi JOMO Dalam Kehidupan Sehari-Harimu?

Profil Kepribadian dalam Tes Wartegg

Sangat bagus jika kamu merasa senang walaupun kondisimu saat ini tidak sesukses orang lain. Mensyukuri kondisi yang ada merupakan perasaan yang positif untuk kamu pertahankan. Namun jangan menjadikan alasan tersebut untuk tidak mengembangkan potensi yang ada dalam dirimu.

Sikap pasrah dengan keadaan tidak akan membawa kesuksesan dalam hidupmu. Menerima kondisi yang ada dan cepat puas terhadap hal yang telah kamu miliki bukanlah alasan yang tepat untuk berkata telah mensyukuri kondisi yang ada.

Sikap tersebut hanya menuju kondisi yang statis, tanpa ada perkembangan di masa yang akan datang. Sikap tersebut hanyalah alasan untuk menyia-nyiakan potensi yang ada di dalam dirimu. Jadi kenalilah potensi dalam dirimu. Kenalilah bakat dan minat yang kamu miliki dan kembangkan hal tersebut.

Apa Itu YOLO?

Tips agar tidak berbelanja implusif.

YOLO merupakan singkatan dari You Only Live Once. YOLO memiliki makna bahwa hidup hanya sekali. Maka bijaklah untuk bertindak dalam menjalani kehidupanmu. Namun, banyak orang yang memberikan makna yang berbeda dari yang sebenarnya.

Para generasi milenial, cenderung menganggap YOLO sebagai alasan dirinya menghambur-hamburkan uang, bersikap malas-malasan, berperilaku buruk lainnya untuk menikmati kehidupan. Alasan karena kamu hanya hidup sekali, maka hiduplah bersenang-senang ketika masih hidup merupakan hal yang berdampak negatif untuk kedepannya.

Alasan itu juga membuat seseorang sembrono mengambil keputusan dalam hidupnya. Pilihan hidup yang dilandaskan pada kesenangan pribadi tanpa mempertimbangkan manfaat kedepannya merupakan hal yang negatif dari sikap YOLO ini.

Bagaimana Sebaiknya Kamu Menanggapi YOLO Dalam Kehidupan Sehari-Harimu?

Padahal kamu bisa menanggapi YOLO ini dengan cara pandang yang positif. Menjalani hidup yang bijak, Karena kamu hanya hidup sekali. Alasan tersebut menjadikan dirimu lebih baik kedepannya.

Dengan alasan tersebut kamu akan lebih matang dalam mengambil keputusan dan merencanakan kehidupan di masa mendatang. Kamu akan lebih menikmati hidup tanpa menyengsarakan dirimu sendiri dan orang di sekitarmu.

Menikmati hidup tanpa memikirkan pandangan buruk tentang dirimu dan keadaan yang terlalu mengikat kehidupanmu. Hal tersebut bisa kamu terapkan dengan alasan hidup hanya sekali, jangan membebani dirimu dengan ocehan orang lain yang tidak bermakna.

Baca Artikel Kami Lainnya: Mengenal Gangguan Kepribadian Paranoid, Skizoid Dan Skizotipal Dalam Kelompok Kepribadian Aneh.

Artikel oleh: Logos Indonesia.

Comment