Alasan Tersembunyi Dari Perilaku Disruptif Kelompok

Perilaku disruptif dalam pandangan psikologi sosia. Apa sih alasan tersembunyi dari perilaku destruktif kelompok dari sisi psikologi?

Sosial3202 Views

Logos Indonesia Pernah tidak kamu bertanya – tanya. Kenapa ketika seseorang sendirian, ia tidak akan melakukan tindakan disruptif. Tapi ketika dalam kelompok, ia melakukan tindakan disruptif. Sebenarnya apa yang terjadi di dalam kelompok itu? Kenapa bisa mempengaruhi tindakan seseorang?

Semua jawaban tersebut akan dibahas dalam artikel ini. Bahwa pengaruh kelompok sangatlah besar terhadap tingkah laku seseorang. Pengaruh kelompok juga mempengaruhi seseorang untuk berperilaku lebih baik atau lebih buruk dari dirinya. Hal ini terjadi karena nilai-nilai yang ada dalam kelompok tersebut mempengaruhi perilaku anggota di dalamnya. Semua perilaku tersebut dapat dijelaskan dengan istilah deindividuasi.

Demokrasi sebagai contoh dari deindividulasi.

Apa Itu Deindividuasi?

Menurut King, Laura (2012) deindividuasi adalah Ketika seseorang menjadi bagian dalam kelompok, identitas kelompok lebih dominan dibandingkan identitas pribadi. Sehingga mengurangi rasa tanggung jawab sebagai individu pribadi. Dari pengertian tersebut jelas disebutkan. Bahwa saat berada dalam kelompok, individu lebih memilih dirinya sebagai bagian dalam kelompok dari pada identitas sebagai dirinya sendiri. Ketika kita berbaur dengan anggota kelompok lain. Perasaan anonimitas mendorong kita untuk bersikap bebas dari tuntutan sosial yang mengikat kita.

Kamu pasti pernah mendengar istilah seperti ini. “Kesalahan satu anggota merupakan kesalahan satu kelompok”. Rasa solidaritas yang tinggi menimbulkan perasaan dan tindakan yang dilakukan satu orang, akan dianggap sebagai tindakan yang dilakukan oleh satu kelompok.

Baca Artikel Kami Lainnya: Apa Itu Konformitas Dan Contoh Di Kehidupan Seharinya.

Sebagai contoh dari perilaku deindividulasi adalah tawuran antar pelajar dan perilaku demonstrasi yang disruptif. Mereka tidak akan segan-segan untuk menghancurkan barang yang ada di sekeliling mereka. Bahkan mungkin saja mereka akan menyakiti orang di sekitarnya. Hal ini karena adanya perasaan anonimitas. Bahwa ketika ia melakukan tindakan yang buruk, tidak akan ada yang mengenalinya sebagai dirinya secara personal. Karena yang ia lakukan merupakan gerakan kelompok.

Contoh lainnya adalah tindakan warganet atau netizen yang memberikan ujar kebencian kepada seseorang di sosial media. Biasanya orang tersebut menggunakan akun anonim atau akun palsu mereka. Karena orang lain tidak mengetahui identitasnya. Mereka tidak akan takut disalahkan atas tindakannya. Hal inilah memicu komentar yang sangat buruk terhadap orang tersebut. Dan biasanya didahului dengan banyaknya ujaran kebencian pada akun sosial media tersebut.

Identitas Kelompok

Menurut Tajfel dalam Laura, King (2012), identitas sosial atau identitas kelompok merupakan hal penting bagi diri kita untuk mengungkapkan diri kita dalam masyarakat sosial. Identitas sosial merujuk pada bagaimana cara mendefinisikan gambaran diri kita dalam keanggotaan kelompok. Karena itu sikap etnosentrisme sering kali muncul dalam kelompok. Sikap Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk membela atau membanggakan kelompoknya sendiri dan meremehkan kelompok lainnya. Jika kita memposisikan dalam kelompok, perspektif kita adalah melihat perbedaan antar kelompok sebagai hal yang buruk. Sehingga perselisihan antara kedua kelompok adalah hal umum yang terjadi. Hal ini mendorong perilaku disruptif antar kelompok. Sikap etnosentrisme ini merupakan hal buruk dan dapat merugikan orang lain. Karena itu sebaiknya kamu menghindari sikap etnosentrisme.

Penularan Sosial Dalam Kelompok

Pernahkah kamu menjadi sedih saat menonton sebuah film yang sedih? Atau merasa kesal pada pemeran utama film tersebut? Itu merupakan bentuk penularan sosial. Begitu juga dalam kelompok, penularan sosial juga sering terjadi. Biasanya, jika dalam satu kelompok terluka oleh kelompok lain. Semua anggota kelompok yang terluka itu ikut juga merasakan kemarahan pada kelompok lain yang melukainya. Karena adanya penularan emosi dalam kelompok, sering kali menimbulkan pertikaian antar kelompok. Namun tidak hanya emosi saja yang bisa ditularkan. Tapi dari perilaku dan pikiran juga bisa ditularkan kepada sesama anggota kelompok.

Baca Artikel Kami Lainnya: Kenali Quarter Life Crisis Pada Usia 20 Tahunan.

Menurut King, Laura (2012), penularan sosial atau sosial contagion adalah perilaku anggota kelompok yang menularkan emosi perilaku dan pikirannya kepada anggota kelompok lain. Penularan atau penyebaran dari emosi, perilaku dan pikiran kelompok ini terjadi secara tidak disadari. Namun, ketika sudah masuk dalam nilai kelompok itu, akan sulit dilepaskan pada indentitas diri kita.

Dari penjelasan yang sudah kita bahas. Dapat disimpulkan bahwa alasan tersembunyi seseorang berperilaku disruptif saat berada dalam kelompok yaitu karena ada deindividulasi, pengaruh kelompok dan identitas sosial. Walaupun sebenarnya masih banyak alasan tersembunyi lainnya dalam kelompok. Dalam artikel ini hanya membahas perilaku disruptif dalam pandangan psikologi sosial.

Itu adalah alasan tersembunyi dari perilaku destruktif kelompok dari sisi psikologi. Semoga dengan penjelasan dalam artikel ini, kamu bisa memahami tindakan kelompok. Bahwa pengaruh kelompok ternyata bisa mempengaruhi tindakan kita.

Baca Artikel Kami Lainnya: Apa itu NEET? Kenapa Bisa Meningkat di Indonesia Selama Pandemik.

Artikel oleh: Logos Indonesia.

Comment