Bagaimana Kita Memilih Orang Yang Akan Menjadi Pasangan Kita Nanti? Penjelasan Psikologi Evolusioner

Bagaimana kita memilih orang yang akan menjadi pasangan kita nanti? Penjelasan psikologi evolusioner tentang karakteristik universal.

Logos Indonesia – Pernahkah kamu terpikirkan bahwa terdapat kecenderungan seseorang dalam menyeleksi orang lain untuk menjadi pasangan hidupnya? Secara teori terdapat hal umum yang mungkin saja dilakukan oleh sebagian besar orang untuk memilih pasangan hidupnya. Berdasarkan pandangan psikologi evolusioner, seleksi mencari pasangan hidup dapat dijelaskan berdasarkan cara pandang bagi perempuan dan laki-laki untuk memilih pasangannya.

Kamu pada saat ini merupakan bukti bahwa kamu berasal dari garis leluhur yang panjang dan tak terputus. Sukses dalam bersaing untuk mendapatkan pasangan yang diinginkan, terus mempertahankan pasangan dalam waktu yang cukup lama, mampu memecahkan problem dan memperoleh keturunan gen, yaitu dirimu.

Baca Artikel Kami Lainnya: Biografi Singkat Robert C. Bolles, Tokoh Psikologi Evolusioner.

Meskipun ada beberapa budaya masyarakat yang di mana perkawinannya itu diatur dan tidak bisa memilih pasangan hidupnya. Tapi pada dasarnya, baik itu pria dan wanita merupakan partisipan yang aktif dalam memperoleh pertemanan dan pemilihan pasangan. Dalam artikel ini kita akan membahas mengenai cara individu memilih pasangannya berdasarkan sudut pandang psikologi evolusioner.

Bagaimana Kita Memilih Orang Yang Akan Menjadi Pasangan Kita Nanti?

Sebenarnya jawabannya sederhana dan terdengar naif, yaitu mencari seseorang untuk hubungan jangka panjang. Orang tersebut haruslah yang paling menarik, setidaknya menurut kita.

Menentukan seseorang itu menarik atau tidak merupakan hal yang multidimensi dalam menjelaskannya. Karena terdapat banyak standar daya tarik fisik maupun non fisik yang memiliki kemungkinan untuk dirimu tertarik pada seseorang. Berdasarkan teori belajar sosial kognitif mendefinisikan daya tarik dapat dipelajari dengan mengamati model yang paling menonjol dalam suatu budaya. Kita mempelajari sesuatu tersebut bisa melalui pembelajaran yang ditekankan oleh orang tua kita, pengaruh teman, pengaruh pimpinan, dan melalui media sosial. Saluran media pembelajaran tersebut mampu memahami dirimu mempelajari dan mendefinisikan daya tarik seseorang yang kamu sukai dan mungkin yang menonjol saat ini.

Baca Artikel Kami Lainnya: Seleksi Kerabat Menjelaskan Fenomena Gen Berpengaruh Pada Parenting Dan Kekerasan Dalam Keluarga.

Jadi jika dipikirkan kembali, tanda daya tarik tersebut merupakan standar yang dibuat oleh kita saat ini. Karena itu daya tarik bisa berubah-ubah sesuai dengan trend dan budaya yang sedang berkembang saat itu. Seperti standar kecantikan yang bisa berubah-ubah seiring dengan waktu. Standar gaya rambut, riasan wajah, gaya berpakaian, bentuk tubuh dan standar daya tarik fisik lainnya.

Menurut pandangan psikologi evolusioner, harus ada kriteria tertentu untuk menyeleksi pasangan yang lebih dari berdasarkan daya tarik fisik di suatu budaya saja. Harus ada kriteria yang bersifat universal dalam memandang psikologi evolusioner terhadap seleksi pasangan.

Penelitian David Buss Tentang Memilih Pasangan Hidup

Untuk menjawab kriteria tersebut, David Buss melakukan serangkaian penelitian untuk memahami kriteria dalam menyeleksi pasangan secara universal. Menurutnya seseorang tidak akan pernah memilih pasangan mereka cara acak. Kemudian diri kita juga tidak asal bersedia untuk dipilih oleh seseorang itu. Terdapat semacam strategi yang secara tidak langsung dan ini menjadi alasan kamu memilih dirinya sebagai pasangan. Karena dirinya mampu memecahkan permasalahan yang dibutuhkan untuk pasangan yang sukses ke depannya.

Nenek moyangmu bukanlah seseorang yang gagal menyeleksi pasangan mereka. Karena ketika nenek moyangmu gagal mendapatkan pasangan yang sukses, maka saat ini kita tidak ada. Keberadaan kita saat ini merupakan bukti bahwa kita berasal dari garis leluhur yang panjang dan tidak terputus.

Baca Artikel Kami Lainnya: Memahami Perilaku Manusia Dari Sudut Pandang Psikologi Evolusioner.

Berdasarkan pandangan psikologi evolusioner terhadap memilih pasangan hidup mungkin saja bukan berdasarkan karakteristik yang berkaitan dengan daya tarik fisik seseorang. Mungkin saja karakteristik itu bersifat non-fisik, seperti karena sifat dan kepribadian orang itu.

David Buss dan rekan penelitiannya melakukan survei kepada rp10.000 orang di usia 37 dengan budaya yang berbeda-beda. Survei ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada ciri universal yang dihargai dalam pasangan potensial mereka. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat faktor budaya untuk memilih karakteristik pasangan yang baik. Selain itu terdapat karakteristik universal dalam mengidentifikasi seorang pria dan wanita, yaitu kebaikan, pemahaman, dan kecerdasan. Ketika kriteria tersebut merupakan faktor penting bagi hubungan jangka panjang ketika hidup bersama dengan pasangan.

Terdapat perbedaan pandangan mengenai pemilihan pasangan bagi pria dan wanita. Bagi pria, karakteristik daya tarik fisik lebih penting dalam memilih pasangan. Sedangkan karakteristik kemampuan mencari nafkah yang baik lebih penting bagi wanita.

Penjelasan evolusioner mengenai perbedaan pandangan tersebut adalah karena perempuan lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengasuh anak. Dan ketika melakukan mengandung anak, dirinya tidak bisa mencari nafkah sementara waktu. Karena itu perlu adanya bantuan dari pria untuk melindungi dan memberikan nafkah keluarga.

Sedangkan bagi pria, daya tarik fisik merupakan tanda bahwa seseorang wanita mampu memberikan keturunan bagi dirinya. Menurut Buss fan Schmitt, wanita lebih mementingkan faktor kondisi pasangan, kegigihan, status sosial dan kebugaran pasangannya. Sedangkan bagi pria, faktor usia, kesehatan, kulit bebas keriput dan mata jernih menjadi pilihan pasangannya.

Hergenhahn, B. R., & Olson, M. H. (2008). Teori Belajar, Edisi Ketujuh. Prenadamedia Group: Jakarta.

Artikel oleh: Logos Indonesia.