Biografi Singkat John Garcia Dan Efek Garcia

Biografi singkat John Garcia dan efek garcia. John Garcia merupakan tokoh psikologi asal Amerika dengan keengganan rasa yang dikondisikan.

Biopsikologi, Tokoh2064 Views

Logos Indonesia – John Garcia merupakan tokoh psikologi asal Amerika yang dikenal dengan penelitiannya tentang pembelajaran keengganan rasa atau aversi cita rasa yang dikondisikan. Penelitian ini kemudian menciptakan istilah efek Garcia. John Garcia, menerima gelar Ph. D pada tahun 1965 di University of California. Selama hidupnya, dirinya telah memiliki 130 Karya tulis yang telah dipublikasi. Mari kita bahas biografi singkat dari John Garcia sebagai penemu efek Garcia.

Masa Kanak-Kanak John Garcia

John Garcia lahir pada tanggal 12 Juni 1917 di Amerika. Semasa kecilnya, Garcia tinggal bersama orang tuanya yang bekerja sebagai petani. Kemudian di usia 20 tahun, Garcia bekerja sebagai montir truk beroda 18. Kemudian beberapa tahun setelahnya terdapat peristiwa yang membawa dirinya menjadi tukang kapal. Peristiwa tersebut menekan dirinya untuk bisa memecahkan masalah terkait pemasangan knalpot ke kapal selam.

Selama Perang Dunia II

Selama perang dunia ke-2, John Garcia bergabung dengan Korps Udara Angkatan Darat Amerika Serikat. Pada saat itu dirinya berprofesi sebagai pilot. Namun selama menjadi pilot, Garcia terus menerus merasa mual. Sehingga menghambat dirinya sebagai pilot untuk menerbangkan pesawat. Karena itu, piringnya menyelesaikan masa jabatan lebih cepat. Setelah dibebas tugaskan, dirinya kemudian berkuliah di Santa Rosa junior College untuk mendapatkan gelar sarjana. Kemudian pada tahun 1965, dirinya melanjutkan kuliah untuk mendapatkan gelar master dan Ph. D di University of California di Berkeley.

Penelitian Tentang Efek Garcia

Tikus

Setelah mendapatkan gelar pasca doktoralnya, John Garcia mendapatkan pekerjaan pertamanya di laboratorium pertahanan radiologi angkatan laut Amerika Serikat di San Francisco California. Pada tahun 1955 ini menjadi tahun pertama dirinya mempelajari reaksi otak terhadap radiasi. Di laboratorium tersebutlah John Garcia dan rekan-rekannya melakukan serangkaian eksperimen pada hewan, khususnya hewan tikus.

Selama eksperimen berlangsung, Garcia memperhatikan perilaku tikus terhadap rasa yang tidak menyenangkan dan menghindari air minum dari botol plastik di ruang radiasi. Menurut Garcia, kondisi ini dapat dijelaskan dengan mengkaitkan air yang berada di plastik dengan penyakit yang dipicu oleh radiasi. Dalam eksperimen ini, peneliti memberikan satu rasa, satu penglihatan atau satu suara kepada tikus eksperimen. Nantinya, tikus ini akan terpapar pada radiasi atau obat-obatan yang memungkinkan tikus merasa sakit dan muntah. Hasil dari temuan ini didapati sebagai berikut.

Baca Artikel Kami Lainnya: Biografi Singkat Robert C. Bolles.

Jika tikus merasa mual dalam beberapa jam setelahnya, maka tikus akan menghindari rasa itu. Hal ini bertentangan dengan penjelasan dari pengkondisian, bahwa stimulus eksternal yang membuat seseorang sakit seperti dari obat-obatan dan radiasi seharusnya akan mengikuti stimulus eksternal yang terkait dengan penyakit itu seperti rasa, cahaya dan suara.

Jika tikus mengembangkan keengganan pada rasa itu, tapi tidak pada penglihatan ataupun suara. Maka rangsangan apapun yang dapat dirasakan seperti cahaya, suara dan rasa dapat diidentifikasi sebagai rangsangan eksternal yang membuat seseorang sakit.

Temuan yang dihasilkan dari penelitian Garcia dan rekan-rekannya ini masuk akal. Temuan penelitian eksperimen ini mampu menjelaskan seseorang yang mengasosiasikan makanan yang telah terkontaminasi dengan rasa makanan tersebut. Kondisi ini dianggap sebagai kemampuan organisme untuk mengembangkan mekanisme pertahanan hidup dari makanan yang beracun sebelum dicerna dan yang memicu munculnya penyakit dari makanan tersebut. Keengganan rasa pada makanan menjadi cara tubuh untuk mengenali makanan-makanan yang mungkin saja berbahaya bagi tubuh.

Baca Artikel Kami Lainnya: Biografi Harry Harlow dan Penelitiannya Yang Kontroversial.

Keistimewaan dari hasil temuan dari eksperimen Garcia dan rekan-rekannya ini memiliki kontribusi untuk melihat perbedaan dari keengganan rasa yang biasa. Hal ini karena keengganan rasa yang dimaksud oleh Garcia adalah keengganan rasa yang terkondisikan atau aversi cita rasa yang dikondisikan.

Perbedaan dari keengganan rasa yang biasa dan yang dikondisikan dapat terlihat dari perilaku tikus dalam eksperimen ini. Jika keengganan rasa yang biasa hanya menekankan pada rasa makanan itu saja. Namun Ketika menemukan varian baru dengan rasa yang lebih enak tidak akan menolak untuk memakannya. Selain itu, rasa makanan tersebut tidak diasosiasikan dengan suatu penyakit bagi dirinya.

Sedangkan keengganan rasa yang diasosiasikan menurut Garcia adalah seseorang yang merasa mual setelah makanan-makanan tertentu tapi bukan karena rasa makanan itu. Tapi karena pengasosiasian antara rasa yang ditimbulkan dari makanan tersebut dengan penyakit yang mungkin muncul setelah memakannya. Mungkin Secara tidak sadar kamu mengasosiasikan rasa makanan tersebut dengan penyakit yang kamu yakini. Bahkan mungkin saja kamu menipu dirimu untuk tidak menyukai rasanya karena sudah menganggap bahwa rasa tersebut berkaitan dengan penyakit yang akan ditimbulkan. Sehingga secara tidak sadar kamu menghindari makanan tersebut.

Baca Artikel Kami Lainnya: Biografi Singkat Solomon Asch, Tokoh Psikologi Sosial Tentang Konformitas.

Keengganan rasa ini atau aversi cita rasa yang dikondisikan ini kemudian disebut sebagai efek Garcia atau prinsip Garcia. Temuannya ini telah banyak diterapkan untuk menyelamatkan Anak domba dan anak sapi.

Hergenhahn, B. R., & Olson, M. H. (2008). Teori Belajar, Edisi Ketujuh. Prenadamedia Group: Jakarta.

Artikel oleh: Logos Indonesia.

Comment