Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Childfree

Setiap orang berhak memiliki pandangannya masing-masing, begitu juga untuk menanggapi fenomena childfree ini. Tidak ada yang salah dalam pro dan kontra mengenai fenomena childfree.

Keluarga, Sosial3625 Views

Logos Indonesia – Jika sebagian besar orang menginginkan keturunan setelah menikah, hal ini tidak berlaku untuk mereka yang memutuskan untuk childfree. Fenomena childfree merupakan topik yang sedang ramai diperbincangkan akhir-akhir ini.

Seorang influencer bernama Gita Savitri sempat menghebohkan dunia maya akibat keputusannya untuk childfree. Ia juga mengaku keputusan itu sudah dibicarakan dan disetujui oleh suaminya. Selain Gita Savitri, Cinta Laura juga memutuskan untuk childfree walau saat ini Ia belum menikah. Bagi Cinta, dunia sudah cukup over populasi. Maka, mengadopsi anak merupakan pilihan yang baik untuknya.

Keputusan untuk childfree memang bukanlah hal yang mudah. Terlebih lagi keputusan yang satu ini cukup mengundang berbagai pro dan kontra. Maka dari itu, artikel ini akan membahas mengenai fenomena childfree dari sudut pandang psikologis.

Pengertian Childfree

Pengertian Childfree
Pengertian Childfree

Childfree merupakan keputusan, keinginan, atau rencana untuk tidak memiliki anak. Istilah ini muncul di abad ke-20. Keputusan childfree ini menjadi semakin banyak di zaman modern ini. Banyak pasangan yang beranggapan bahwa kebahagiaan tidak hanya dengan memiliki anak.

Namun, keputusan untuk childfree masih mendapat pertentangan dari banyak orang. Banyak hal yang menjadi pertimbangan untuk childfree dan untuk sampai ke keputusan itu, tentunya sudah melalui pemikiran yang matang.

Pro Kontra Childfree

Pro Kontra Childfree
Pro Kontra Childfree

Setiap orang berhak memiliki pandangannya masing-masing, begitu juga untuk menanggapi fenomena childfree ini. Tidak ada yang salah dalam pro dan kontra mengenai fenomena childfree. Kita harus belajar untuk lebih bijak untuk menanggapinya.

Orang-orang yang pro akan childfree beranggapan dengan childfree akan memiliki waktu lebih banyak untuk diri sendiri dan interaksi dengan orang lain. Selain itu, dengan childfree seseorang juga memiliki waktu untuk mengembangkan hobby dan karirnya. Satu hal yang menjadi alasan terkuat adalah mengurangi populasi manusia yang dianggap sudah over populasi.

Disisi lain, orang yang kontra akan childfree beranggapan bahwa orang yang memutuskan untuk childfree akan kehilangan momen berharga dalam hidupnya. Selain itu, mereka juga tidak memiliki pembahasan yang sama dengan teman-teman yang memiliki anak. Hal yang paling ditekankan oleh orang-orang yang kontra akan childfree adalah tidak ada yang mengurus di hari tua.

Baik pro maupun kontra, keduanya memiliki alasan yang benar dan masuk akal. Sehingga untuk memutuskan childfree atau tidak, kita perlu mempertimbangkan kedua hal tersebut.

Faktor Psikologi yang Mempengaruhi Keputusan Childfree

Faktor Psikologi yang Mempengaruhi Keputusan Childfree
Faktor Psikologi yang Mempengaruhi Keputusan Childfree

Intan Kusuma Wardhani, M.Psi yang merupakan seorang psikolog anak dan klinis menyatakan bahwa wanita yang memutuskan atau berencana untuk childfree didasari oleh beberapa hal berikut:

Kondisi mental

Wanita dengan kondisi mental yang tidak stabil umumnya memiliki kekhawatiran berlebih untuk memiliki anak. Hal ini bisa menjadi faktor mengapa ia memilih untuk childfree. Mereka beranggapan bahwa dirinya tidak memiliki kemampuan yang baik untuk merawat anak.

Kondisi mental yang tidak stabil ini memungkinkan seseorang untuk kesulitan mengatur emosi. Hal ini menjadi kekhawatiran tersendiri, takutnya anak itu akan tumbuh dilingkungan yang tidak sehat akibat perbuatannya.

Baca Artikel Kami Lainnya : Kenali Tips Membangun Self Improvement

Trauma masa kecil

Tidak hanya kondisi mental, trauma masa kecil juga bisa menjadi alasan mengapa seseorang memutuskan untuk childfree. Seseorang dengan pengalaman buruk bersama orang tua cenderung memiliki ketakutan untuk memiliki anak. Mereka tidak ingin anaknya memiliki pengalaman menyedihkan yang sama.

Selain kedua alasan di atas, tentunya masih banyak alasan lain diluar masalah psikologis yang mendasari keputusan seseorang untuk mengambil langkah childfree. Maka dari itu, kita tetap harus menghargai keputusan tersebut. Langkah yang diambil tentu sudah melalui pemikiran yang cukup lama.

Pengaruh Psikologi atas Keputusan Childfree

Pengaruh Psikologi atas Keputusan Childfree
Pengaruh Psikologi atas Keputusan Childfree

Berdasarkan penelitian The influences of childlessness on the psychological well-being and social network of the oldest old  yang dilakukan oleh 650 pasang orang berusia 85 tahun di Swedia ditemukan bahwa keputusan untuk childfree tidak membawa dampak yang signifikan terhadap tingkat kesepian di usia lanjut. Selain itu, kualitas hidup juga tidak ditemukan perbedaan kualitas hidup antara pasangan yang memutuskan untuk childfree dan memiliki keturunan. Pasangan yang memutuskan untuk childfree juga memiliki tingkat kebahagiaan yang cukup tinggi.

Disisi lain, Novy Yulianty, M.Psi., Psikolog yang merupakan seorang Psikolog dari Universitas Muhammadiyah Bandung menyatakan bahwa dikhawatirkan pasangan yang memutuskan untuk childfree akan sulit untuk mencapai kebahagiaan pernikahan, karena mendapatkan keturunan merupakan salah satu tujuan pernikahan.

Selain itu, Novy juga menyatakan banyaknya stigma negatif terhadap keputusan untuk childfree bisa mendatangkan stress tersendiri. Tidak bisa dipungkiri bahwa childfree masih cukup awan di Indonesia, dan masih banyak orang tua dan keluarga yang tidak setuju dengan keputusan yang satu ini.

Walaupun pernyataan dari Novy belum dilandaskan oleh penelitian, namun hal ini ada benarnya mengingat pola pikir masyarakat yang beredar. Sehingga untuk memutuskan mengambil langkah childfree harus melalui berbagai pertimbangan, dan sebagai orang yang menanggapi hal ini tentu harus memiliki pemikiran yang terbuka.

Jika kamu sedang memikirkan untuk childfree, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan psikolog atau mengunjungi Klinik Konsultasi Psikologi untuk mendapatkan arahan yang tepat. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.

Baca Artikel Kami Lainnya : Mengenal Self Management Untuk Menunjang Karir