Ini Alasannya Kamu Mengalami Post Travel Blues

"Post Travel Blues" merupakan fenomena yang sering dialami setelah menyelesaikan suatu perjalanan yang merujuk perasaan sedih atau lesu.

Klinis, Sosial3653 Views

Logos Indonesia –  “Post Travel Blues” merupakan fenomena yang sering dialami oleh banyak orang setelah menyelesaikan suatu perjalanan atau liburan. Ini merujuk pada periode di mana seseorang mungkin merasa sedih atau lesu. Biasanya, kondisi ini terjadi setelah seseorang kembali dari liburan yang diisi dengan berbagai petualangan dan eksplorasi baru. Kemudian kembali ke rutinitas sehari-hari yang dapat terasa monoton dan kurang menarik.

Gejala umum dari “Post Travel Blues” meliputi perasaan tidak bergairah, kelelahan, dan sering kali melamun mengenang kenangan selama liburan. Fenomena ini adalah respons emosional yang normal akibat perubahan signifikan antara pengalaman baru yang menarik saat berlibur dengan kehidupan sehari-hari yang biasa.

Menghadapi periode “Post Travel Blues” mungkin tidak mudah. Namun penting untuk diingat bahwa ini adalah reaksi normal terhadap perbedaan pengalaman antara liburan dan kehidupan sehari-hari. Mengetahui hal ini dapat membantu seseorang memahami dan mengelola perasaannya lebih baik.

Meskipun “Post Travel Blues” dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman, hal ini bukanlah kondisi yang berlangsung lama. Dengan waktu, perasaan ini akan berlalu dan seseorang akan kembali dapat menikmati kehidupan sehari-hari mereka.

Alasan Kamu Mengalami Post Travel Blues

Ada beberapa alasan yang bisa menjelaskan mengapa kamu mengalami Post Travel Blues. Berikut beberapa poin yang bisa menjadi penyebabnya:

1.     Perubahan Lingkungan dan Rutinitas

Selama liburan, lingkungan dan rutinitas kita biasanya berbeda dengan apa yang kita jalani sehari-hari. Kita biasanya mengunjungi tempat-tempat baru, mencicipi makanan baru, dan menjalankan aktivitas-aktivitas yang berbeda. Kembali ke rutinitas sehari-hari setelah berlibur bisa menjadi lonjak perubahan yang menyebabkan kita merasa sedih dan letih.

Misalnya, kamu baru saja kembali dari liburan ski di pegunungan Alpen di Eropa. Kamu menikmati lingkungan yang indah, udara segar dan rangkaian aktivitas yang menantang dan menyenangkan. Kembali ke kantor atau sekolah di kota besar yang ramai dan polutan bisa menjadi perubahan yang besar dan tidak menyenangkan

2.     Perbandingan Realita dan Harapan

Kadang-kadang, kita mungkin memiliki harapan yang tinggi sebelum perjalanan dan merasa kecewa setelahnya karena berbagai alasan. Seperti cuaca buruk, kesulitan perjalanan, atau terlalu sedikit waktu. Kekecewaan ini bisa berubah menjadi rasa sedih ketika kita kembali ke kehidan sehari-hari. Dengan kata lain, kamu kecewa akibat factor eksternal yang seharusnya tidak terjadi. Namun, kamu harus memahami bahwa hal tersebut harus kamu pikirkan juga saat melakukan traveling.

3.     Kehilangan Semangat atau Antusiasme

Selama liburan, seseorang merasa bersemangat karena beragam aktivitas yang dilakukan. Namun, ketika kembali ke rutinitas biasa, semangat dan antusiasme tersebut bisa mereda dan membuat mereka merasa sedih atau lesu. Misalnya, selama liburan kamu mencoba olahraga air baru dan menantang. Seperti berselancar atau menyelam. Kamu merasa bersemangat dan terpikat oleh pengalaman baru tersebut. Namun, setelah liburan, kamu kembali ke rutinitas senam atau lari pagi yang biasa dan mungkin merasa kurang antusias atau bosan

4.     Kecemasan Menghadapi Kenyataan dan Tantangan Kehidupan Sehari-hari

Setelah memulai rutinitas biasa, menghadapi kenyataan dan tantangan kehidupan sehari-hari terasa berat dan nyata. Ini termasuk pekerjaan yang menumpuk, tugas sekolah, atau persoalan pribadi yang membuat suasana hati mereka terpengaruh. Misalnya, kamu kembali dari liburan dan menemukan tumpukan pekerjaan atau tugas sekolah yang menanti. Atau, mungkin ada masalah pribadi yang telah kamu tunda selama liburan dan sekarang harus kamu hadapi lagi. Hal ini bisa memicu kecemasan dan mempengaruhi mood kamu

5.     Efek Fisik dari Perjalanan

Efek fisik dari perjalanan, seperti jet lag, juga bisa berkontribusi pada Post Travel Blues. Selama liburan, mungkin mereka kurang tidur atau makan tidak sehat. Sehingga membuat mereka merasa lesu setelah kembali. Misalnya, kamu baru saja kembali dari perjalanan panjang ke negara dengan zona waktu yang sangat berbeda. Sehingga kamu mengalami kesulitan tidur atau istirahat yang cukup. Atau, mungkin dalam liburan kamu cenderung makan makanan cepat saji dan sekarang merasa lesu dan tidak sehat

6.     Perasaan Isolasi atau Kesepian

Setelah liburan dengan orang-orang terdekat, kembali ke rutinitas sehari-hari dapat membuat mereka merasa kesepian atau terisolasi. Karena menghabiskan lebih banyak waktu sendirian. Misalnya, selama liburan kamu menghabiskan waktu dengan teman-teman atau keluarga. Kemudian ketika kamu kembali sendirian ke kota atau apartemen kamu bisa membuat kamu merasa kesepian atau terisolasi

Baca Artikel Kami Lainnya: Dampak Dari Megalit Love Language Dan Cara Mengatasinya

Post Travel Blues adalah fenomena yang umum terjadi dan sementara. Kebanyakan orang mengalaminya dalam intensitas yang beragam. Namun, dengan waktu dan pengertian, perasaan ini biasanya akan membaik dengan sendirinya.

Ingatlah bahwa ini adalah reaksi normal dan sehat terhadap perubahan dan pengalaman baru. Menyadari dan memahami ini bisa membantu kamu menavigasi perasaanmu dan mungkin saja bisa mempersiapkanmu lebih baik untuk liburan berikutnya.

Baca Artikel Kami Lainnya: Penyebab Terbentukya Megalit Love Language: Pengalaman Masa Lalu yang Membekas

Artikel oleh: Logos Indonesia.

Comment