Mengenal Sadfishing dan Bahayanya Bagi Kesehatan Mental

Sadfishing atau trend mengumbar kesedihan di sosial media erat kaitannya dengan cyberbullying dan kejahatan internet lainnya. Maka, sudah sebaiknya pelaku sadfishing mendapatkan perhatian.

Sosial3447 Views

Logos Indonesia – Apakah kamu pernah melihat teman mengumbar kesedihannya di sosial media? Umumnya orang akan mengumbar apa yang menjadi kebahagiaannya di sosial media. Namun tidak jarang juga ada orang yang justru mengumbar kesedihannya di sosial media agar mendapatkan simpatik dari orang lain. Bahkan terkadang terkesan di lebih-lebihkan.

Trend umbar kesedihan ini sebenarnya sudah cukup banyak kita temu baik orang yang kita kenal maupun orang yang tidak kita kenal di sosial media. Perilaku tersebut biasanya dikenal dengan istilah sadfishing. Tujuannya adalah untuk menarik perhatian dan simpati orang lain dengan cara melebih-lebihkan.

Pada artikel ini kita akan membahas mengenai apa itu sadfishing, bahaya sadfishing, dan bagaimana cara mencegah sadfishing.

Apa Itu Sadfishing?

Apa Itu Sadfishing
Apa Itu Sadfishing

Sadfishing sendiri merupakan istilah yang digunakan untuk seseorang yang mengumbar perasaan emosional yang dirasakan namun cenderung dilebih-lebihkan, seperti keluhan, kesulitan, atau kesedihan. Tujuan dari perilaku ini adalah untuk sekedar mendapatkan simpatik atau perhatian orang lain, tidak jarang juga dilakukan untuk meningkatkan like atau followers di sosial media yang digunakan.

Secara tidak langsung sadfishing menjadi suatu bentuk manipulasi yang dilakukan seseorang demi mendapatkan perhatian orang lain. Sadfishing ini merupakan istilah yang masih terbilang baru, pasalnya istilah ini baru pertama kali diperkenalkan pada Januari 2019 oleh Rebecca Reid.

Awal mula Rebecca menciptakan istila ini berakar dari postingan seorang influencer terkenal yang memposting mengenai masalah jerawat yang dimiliki dan disertai dengan berbagai foto sebagai barang bukti. Ternyata, usut punya usut hal tersebut dilakukan untuk mempromosikan produk perawatan kulit.

Dengan demikian, istilah sadfishing ini cukup sering digunakan untuk merujuk kepada tindakan emosional seseorang, khususnya mengenai kesedihan. Perilaku ini banyak dilakukan terutama pada usia muda. Tidak mengherankan mengingat usia muda merupakan usia-usia membutuhkan pengakuan dari orang lain.

Apa Bahaya Safishing?

Apa Bahaya Safishing
Apa Bahaya Safishing

Sekilas memang sadfishing tidak akan mendatangkan bahaya apapun. Namun itu jika perilaku sadfishing dapat diterima baik oleh netizen. Sayangnya, saat ini cukup banyak netizen yang tidak segan-segan memberikan komentar-komentar pedas terhadap postingan apapun itu di sosial media, terlebih lagi untuk para pelaku sadfishing.

Akun sosial media kita memang menjadi hak kita. Kita bebas mengunggah apapun di sosial media, termasuk kebahagiaan ataupun kesedihan kita, sesuai kenyataan atau pun dilebih-lebihkan. Namun sayangnya, kita tidak pernah bisa membatasi orang lain untuk berkomentar terhadap apa yang kita posting.

Biasanya, para pelaku sadfishing juga menggunakan kalimat-kalimat yang tidak cocok sehingga terkesan berlebihan (lebay), hal ini tentunya dapat menimbulkan cyber bullying. Alih-alih mendapatkan respon positif, pelaku sadfishing justru mendapatkan respon negatif.

Dari mendapatkan berbagai respon negatif dan cyber bullying yang tidak sengaja kita pancing sendiri dapat menjadikan pelaku sadfishing menjadi benar-benar sedih, stress, bahkan depresi. Tidak jarang orang yang mengalami cyberbullying juga memutuskan untuk mengakhiri hidupnya atau bunuh diri.

Baca Artikel Kami Lainnya : Kenali Kondisi Mental Block yang Dapat Mengganggu Produktivitas Kerja

Cara Mencegah Sadfishing

Cara Mencegah Sadfishing
Cara Mencegah Sadfishing

Mengalami kesedihan terkadang membuat kita membutuhkan tempat curahan hati. Namun, sosial media bukanlah tempat yang tepat. Walaupun cerita cenderung dilebih-lebihkan, tapi pelaku sadfishing bukanlah orang yang pantas untuk dijauhi, mereka butuh bantuan lebih dari sekedar menghakimi tindakan mereka.

Terlebih lagi pelaku sadfishing ini umumnya adalah remaja yang cenderung memiliki mental yang lemah. Tidak ada salahnya untuk merangkul mereka agar menemukan tempat curahan hati yang baik.

Jika kamu adalah pelaku sadfishing, mencoba beberapa hal berikut sebagai tempat curahan hatimu akan lebih baik dibandingkan sosial media.

Olahraga

Rutin berolahraga akan membuat tubuh kita sehat. Olahraga juga dapat mengeluarkan hormon endorfin yang merupakan hormon penenang. Selain itu, olahraga cukup baik untuk menurunkan stress dan emosi negatif lainnya.

Melukis

Jika kamu menyukai kegiatan seni yang satu ini, akan lebih baik sebagai media pelampiasan kesedihan yang kamu rasakan. Selain emosimu dapat tersalurkan dengan baik, hasilnya dapat menjadi sebuah karya yang bisa membuat orang lain kagum terhadap talenta yang kamu miliki.

Menari

Menari akan membuat tubuh kita merasa rileks. Terlebih lagi jika kita memiliki bakat di bidang tersebut. Menari merupakan jenis olahraga kardio, jadi selain dapat menenangkan hatimu, kamu juga bisa menjadi lebih sehat dan bugar.

Mendengarkan musik

Saat ini sudah cukup banyak cara untuk mendengarkan musik. Kegiatan ini bisa menjadi media pelampiasan emosi. Tidak apa-apa jika kamu harus menangis karena hanyut dalam melodi yang ada. Setelah itu, kamu akan menjadi lebih tenang dan rileks.

Menulis

Dibanding menuliskan kesedihanmu di sosial media, tidak ada salahnya kamu menuliskan hal tersebut di buku diary atau catatan kecil. Kegiatan menulis ini bisa menjadi media curhat mu yang hanya kamu dan tuhan yang tahu.

Saat merasa sedih kita memang akan mencari cara agar kesedihan itu dapat diluapkan. Mengumbar kesedihan di sosial media memang bukan hal yang salah, namun kamu harus paham akan konsekuensi yang akan kamu dapatkan.

Selain itu sadfishing cukup erat kaitannya dengan cyber bullying dan kejahatan internet lainnya. Jadi, jika kamu merasa kesedihan yang mendalam, stress, bahkan depresi, sebaiknya kamu mengunjungi Klinik Konsultasi Psikologi atau melakukan Konseling Online. Hal ini akan lebih membantumu dibanding membuat status di sosial media.

Baca Artikel Kami Lainnya : Psikologi Tidak Hanya Tentang Gangguan. Kenali Positive Psychology