Mere-exposure. Mengapa Kita Menyukai Sesuatu yang Familiar Bagi Kita?

Sejarah dari teori efek mere-exposure pertama kali diusulkan oleh psikolog Jerman Gustav Fechner pada abad ke-19.

Logos IndonesiaEfek mere-exposure telah menjadi subjek studi yang menarik selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang psikologi sosial. Fenomena ini mengacu pada kecenderungan orang untuk lebih menyukai hal-hal yang sudah dikenal atau akrab bagi mereka daripada hal-hal yang tidak dikenal.

Sejarah efek mere-exposure dapat ditelusuri hingga awal abad ke-20 ketika Robert Zajonc, seorang psikolog Polandia-Amerika, menemukan bahwa pengulangan suatu stimulus dapat mempengaruhi preferensi seseorang terhadapnya. Ia melakukan percobaan di mana ia menunjukkan gambar-gambar yang sama kepada peserta percobaan beberapa kali dalam periode waktu yang berbeda. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin sering gambar tersebut ditunjukkan, semakin disukai oleh peserta.

Contoh yang paling umum dari efek mere-exposure adalah ketika kita mendengarkan lagu yang sudah sering kita dengarkan sebelumnya. Meskipun pada awalnya kita mungkin tidak terlalu menyukai lagu tersebut, setelah beberapa kali mendengarkan kita justru semakin menyukainya. Hal ini juga berlaku ketika kita bertemu dengan seseorang yang sudah pernah kita temui sebelumnya, meskipun kita mungkin tidak terlalu dekat dengannya pada awalnya, setelah beberapa kali bertemu, kita jadi lebih akrab dan lebih menyukainya

Dalam artikel ini, kita akan membahas apa itu efek mere-exposure, sejarahnya, contohnya, dan mengapa kita menyukai sesuatu yang familiar bagi kita. Mari Kita bahas mulai.

Apa Itu Efek Mere-exposure?

Efek mere-exposure adalah kecenderungan seseorang untuk lebih menyukai sesuatu yang familiar bagi mereka. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Robert Zajonc pada tahun 1968. Dia menyatakan bahwa semakin sering seseorang terpapar dengan suatu stimulus, semakin menyukai mereka.

Sejarah Efek Mere-exposure

Teori efek mere-exposure pertama kali diusulkan oleh psikolog Jerman Gustav Fechner pada abad ke-19. Dia menunjukkan bahwa seseorang lebih cenderung menyukai stimulus yang dikenal daripada yang tidak dikenal. Namun, konsep ini belum mendapat banyak perhatian pada saat itu.

Pada tahun 1968, Robert Zajonc melakukan serangkaian eksperimen yang membuktikan bahwa semakin sering seseorang terpapar dengan suatu stimulus, semakin besar kemungkinan mereka untuk menyukainya. Eksperimen tersebut dilakukan dengan menggunakan gambar-gambar wajah yang disajikan secara berulang-ulang kepada peserta. Hasilnya menunjukkan bahwa peserta cenderung menyukai wajah-wajah yang sering mereka lihat.

Contoh Efek Mere-exposure

Efek mere-exposure dapat ditemukan dalam berbagai situasi kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika kamu pertama kali mendengarkan sebuah lagu, mungkin kamu tidak begitu tertarik. Namun, ketika lagu tersebut terus diputar di radio atau di playlistmu, kamu mungkin menjadi semakin menyukainya.

Hal yang sama dapat terjadi dengan merek produk. Jika kamu terus melihat iklan sebuah merek, kamu mungkin lebih cenderung untuk memilih merek tersebut di atas merek lain saat berbelanja. Efek mere-exposure juga dapat ditemukan dalam hubungan sosial. Misalnya, ketika kamu bertemu seseorang yang sering kamu temui, kamu mungkin menjadi semakin akrab dan menyukainya.

Mengapa Kita Menyukai Sesuatu yang Familiar Bagi Kita?

Ada beberapa alasan mengapa kita lebih cenderung menyukai hal-hal yang sudah dikenal atau akrab bagi kita. Salah satunya adalah karena hal-hal yang familiar memberikan rasa aman dan nyaman. Ketika kita terpapar dengan sesuatu yang tidak dikenal, kita cenderung merasa tidak aman dan tidak nyaman. Sebaliknya, ketika kita terpapar dengan sesuatu yang sudah dikenal, kita cenderung merasa tenang dan santai.

Selain itu, efek mere-exposure juga dapat dikaitkan dengan konsep kognitif seperti kemudahan pengolahan informasi. Ketika kita terpapar dengan sesuatu yang sudah

dikenal, otak kita lebih mudah memproses informasi tersebut karena sudah memiliki pengalaman sebelumnya. Ini membuat kita merasa lebih menyukai hal-hal yang familiar karena pengolahan informasi menjadi lebih efisien dan tidak memakan banyak energi mental.

Baca Artikel Kami Lainnya: Sejarah Psikologi: Dari Psikoanalisis Hingga Humanistik 

Selain itu, efek mere-exposure juga dapat terjadi karena faktor psikologis seperti kondisioning atau pembelajaran. Ketika kita terus terpapar dengan suatu stimulus, kita mungkin merasa bahwa stimulus tersebut memberikan hasil yang positif atau menyenangkan. Ini dapat membentuk persepsi positif terhadap stimulus tersebut dan membuat kita lebih cenderung untuk menyukainya.

Namun, efek mere-exposure juga memiliki beberapa kelemahan. Kita dapat terjebak dalam kecenderungan untuk memilih hal-hal yang sudah dikenal dan meremehkan hal-hal baru. Hal ini dapat menghambat inovasi dan kemajuan dalam berbagai bidang.

Dalam kesimpulan, efek mere-exposure adalah fenomena psikologis yang dapat ditemukan dalam berbagai situasi kehidupan sehari-hari. Kita lebih cenderung menyukai hal-hal yang familiar karena memberikan rasa aman, mudah diproses oleh otak, dan dapat terbentuk melalui pengalaman dan pembelajaran. Namun, kita juga harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam kecenderungan untuk memilih hal-hal yang sudah dikenal dan meremehkan hal-hal baru.

 Baca Artikel Kami Lainnya: Harga Yang Dapat Menarik Minat Konsumen.

Artikel oleh: Logos Indonesia.