Logos Indonesia – Apakah kalian pernah mengalami situasi seperti ini. Dimana ketika teman kalian berhutang pada dirimu, tapi menjadi galak dan memberikan banyak alasan ketika di tagih utangnya? Wah, sepertinya situasi yang cukup sulit untuk dijelaskan, bukan? Nah, dalam artikel ini, kita akan membahas fenomena unik ini dengan sudut pandang psikologis. Tentu saja dengan penjelasan yang santai dan mudah dipahami bagi kalian. Yuk, mari kita mulai!
Mengapa Orang Suka Berhutang tapi Galak saat Di Tagih?
Untuk memulai topik ini, maki kita bayangkan temanmu yang sedang berhutang pada dirimu. Jadi, bayangkanlah teman kita si Andi yang suka berhutang kepada teman-temannya. Dia selalu memiliki alasan ketika meminjam uang. Tapi ketika kamu menagih uang yang kamu pinjamkan, dia tiba-tiba menjadi galak dan sulit dihadapi. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Nah, beberapa orang seringkali berhutang karena merasa tidak puas dengan apa yang mereka miliki saat ini. Meskipun mereka sudah memiliki penghasilan yang cukup, namun mereka merasa kurang puas. Mereka cenderung menjadi boros dan menghabiskan uang melebihi penghasilan mereka. Ini adalah perilaku yang sering terjadi pada banyak orang di kalangan anak muda, terutama dalam era konsumtif seperti sekarang ini.
Penyebab Orang Sering Berhutang dan Sikap Boros Melebihi Penghasilan
Jadi, apa sebenarnya yang menyebabkan perilaku ini? Dari perspektif psikologis, perilaku ini dapat dipahami sebagai bentuk kompensasi. Kita sering menganggap memiliki barang-barang baru atau mengalami hal-hal menyenangkan sebagai cara untuk mengisi kekosongan. Ataupun rasa kurangnya kebahagiaan dalam diri kita. Rasa tidak puas ini bisa muncul dari berbagai aspek dalam hidup kita. Seperti kegagalan mencapai tujuan tertentu atau kurangnya pengakuan dari orang lain.
Selain itu, masalah dalam mengatur keuangan juga dapat menyebabkan perilaku berhutang yang berlebihan. Beberapa orang mungkin tidak memiliki keterampilan manajemen keuangan yang baik. Sehingga, menghabiskan uang tanpa pertimbangan yang matang. Mereka mungkin tidak menyadari konsekuensi jangka panjang dari hutang yang menumpuk.
Sikap Defense sebagai Penjelasan Sikap Galak saat Di Tagih
Mari kita bahas tentang mengapa mereka menjadi galak ketika di tagih utang. Nah, sebenarnya sikap galak ini bisa dijelaskan dengan konsep psikologis yang disebut “sikap defense” atau pertahanan diri. Ketika seseorang merasa terancam atau tidak aman, sikap defense muncul sebagai mekanisme perlindungan diri untuk mengatasi perasaan tidak nyaman itu.
Dalam konteks berhutang, ketika seseorang di tagih utang, mereka merasa terancam oleh tanggung jawab finansial yang harus mereka hadapi. Mereka mungkin merasa tidak mampu atau tidak siap untuk menghadapinya. Hal ini menciptakan perasaan tidak aman. Untuk melindungi diri dari perasaan tidak nyaman tersebut, mereka kemudian menjadi galak dan mencari alasan untuk menghindari membayar utang.
Baca Artikel Kami Lainnya: Self Awareness dan Hoax. Pahami Diri Anda agar Terhindar dari Penipuan Informasi
Lalu, apa hubungan dengan teori freud tentang defense dan perilaku berhutang? Teori Freud tentang pertahanan diri mencakup berbagai mekanisme psikologis. Hal ini yang sering digunakan seseorang untuk menghadapi perasaan tidak nyaman dan mengurangi kecemasan. Dalam kasus perilaku berhutang. Maka sikap galak dapat dilihat sebagai salah satu bentuk mekanisme pertahanan diri untuk menghindari perasaan cemas dan kewajiban finansial.
Selain teori Freud, ada juga teori lain yang terkait dengan fenomena sikap defensif ini. Seperti, teori psikologi sosial dan teori kognitif. Semua teori ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang kompleksitas perilaku berhutang dan sikap galak saat di tagih.
Gangguan Mental yang Berkaitan dengan Perilaku Berhutang
Ternyata, ada beberapa gangguan mental yang dapat berhubungan dengan perilaku berhutang yang berlebihan. Mari kita bahas lima di antaranya:
- Gangguan Kontrol Impuls. Orang dengan gangguan ini memiliki kesulitan dalam mengendalikan keinginan dan tindakan impulsive. Termasuk keputusan finansial yang tidak bijaksana seperti berhutang tanpa pertimbangan yang matang.
- Gangguan Bipolar: Seseorang dengan gangguan bipolar dapat mengalami episode mania yang menyebabkan perilaku berbelanja berlebihan. Orang dengan gangguan bipolar cenderung mengalami fluktuasi suasana hati yang ekstrem. Mereka mungkin mengalami fase mania yang membuat mereka merasa euforia dan terlalu percaya diri. Inilah yang dapat menyebabkan perilaku konsumtif dan berhutang berlebihan.
- Gangguan Kejiwaan Terkait Stres: Orang dengan gangguan ini cenderung berusaha mengurangi stres dengan berbelanja atau berlibur, meskipun mereka tidak mampu.
- Gangguan Keinginan Belanja Komulsif: Gangguan ini ditandai dengan dorongan yang tak terkendali untuk berbelanja dan berhutang. Bahkan jika itu menyebabkan masalah keuangan. Orang dengan gangguan ini seringkali mengalami ketidakpuasan yang mendalam dan menggunakan belanja sebagai mekanisme koping.
- Gangguan Kecemasan: Gangguan kecemasan, seperti gangguan kecemasan sosial atau gangguan kecemasan umum, dapat menyebabkan stres yang tinggi. Hal ini memberikan reaksi defensif terhadap situasi saat di tagih hutang.
Jadi, begitulah penjelasan psikologis mengenai sikap galak saat di tagih utang. Orang sering berhutang karena merasa tidak puas dengan keadaan saat ini. Akibatnya kesulitan menghadapi dirinya sendiri sebagai mengatur keuangan. Ketika dihadapkan pada tanggung jawab untuk membayar utang, mereka merasa terancam. Sehingga merespons dengan sikap galak sebagai bentuk pertahanan diri.
Ingatlah pentingnya mengelola keuangan. Jadilah cerdas dalam mengambil keputusan keuangan agar kita dapat hidup lebih tenang dan bahagia tanpa harus merasa terbebani oleh hutang.
Baca Artikel Kami Lainnya: Self Awareness: Perbedaan Mendasar antara Manusia dan Hewan
Artikel oleh: Logos Indonesia.