Penjelasan neurologis dan psikologis tentang Jamais Vu dan Deja Vu

Dalam artikel ini, kita akan melihat penjelasan neurologis dan psikologis tentang Jamais Vu, Deja Vu. Sebenernya apa yang terjadi pada otak?

Biopsikologi660 Views

Logos Indonesia – Apakah kamu pernah merasa seolah-olah kamu mengalami situasi yang sama sebelumnya? Atau mungkin ada situasi di mana kamu merasa asing dengan tempat atau orang yang sebenarnya kamu seharusnya tahu? Jika ya. Maka kamu telah mengalami fenomena yang disebut dengan Jamais Vu dan Deja Vu. Dalam artikel ini, kita akan melihat penjelasan neurologis dan psikologis tentang kedua hal tersebut. Sebenernya apa yang terjadi di otak kita saat mengalami pengalaman ini.

Mari kita mulai dengan melihat aspek neurologis dari Jamais Vu dan Deja Vu. Dalam otak kita, ada proses kompleks yang terjadi ketika kita mengingat, memproses, dan menghubungkan informasi. Namun, terkadang otak kita bisa memiliki sedikit gangguan dalam mengakses ingatan yang tepat. Misalnya, ketika kita mengalami Jamais Vu. Ada kesenjangan antara pengalaman sekarang dan apa yang seharusnya kita ingat. Kita merasa asing, seolah-olah hal tersebut tidak masuk akal. Sementara itu, Deja Vu terjadi ketika otak kita menciptakan kesan bahwa pengalaman sekarang adalah pengalaman masa lalu yang kita rasakan sebelumnya. Meskipun sebenarnya itu mungkin hanya kesamaan yang terjadi.

Selain aspek neurologis, faktor-faktor psikologis juga memainkan peran penting dalam Jamais Vu dan Deja Vu. Misalnya, tingkat stres yang tinggi atau kecemasan dapat membuat otak kita beroperasi dalam kondisi yang kurang optimal. Kurang tidur atau kelelahan juga dapat memengaruhi kemampuan otak kita untuk memproses informasi dengan baik. Kombinasi dari faktor-faktor ini bisa menciptakan ketidakcocokan dalam ingatan dan pengalaman kita. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika Jamais Vu dan Deja Vu bisa terjadi padamu.

Aspek neurologis dalam munculnya Jamais Vu dan Deja Vu

Jamais Vu dan Deja Vu adalah fenomena yang melibatkan otak kita. Secara neurologis, Jamais Vu terjadi ketika ada ketidakcocokan antara pengalaman kita dengan ingatan kita. Misalnya, kita mungkin merasa asing dengan suatu tempat atau orang, meskipun sebenarnya kita seharusnya mengenalnya. Otak kita tidak dapat mengakses ingatan yang sesuai dengan situasi saat itu.

Di sisi lain, Deja Vu terjadi ketika otak kita menciptakan kesan bahwa saat ini adalah pengalaman yang kita rasakan sebelumnya. Ini terjadi ketika suatu situasi saat ini memicu kembali ingatan yang kuat dari masa lalu. Oleh karena itu, kita merasa seolah-olah kita telah mengalami momen ini sebelumnya.

Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Pengalaman Ini

Selain aspek neurologis, faktor-faktor psikologis juga memainkan peran penting dalam pengalaman Jamais Vu dan Deja Vu.

1. Faktor Stres

Ketika kamu merasa sangat stres, otak kita bisa sedikit kacau dalam memproses informasi. Nah, ini bisa membuat kemungkinan terjadinya Jamais Vu atau Deja Vu semakin bertambah. Misalnya, ketika kamu dalam situasi yang cenderung membuat kamu stres, seperti tengah ujian atau hadapi tekanan besar. Maka otak kamu bisa jadi agak bingung. Akibatnya, terkadang kamu merasa seperti tidak mengenal orang atau tempat yang seharusnya kamu kenal sebelumnya (Jamais Vu). Atau, mungkin kamu merasa seperti sudah pernah mengalami momen ini sebelumnya, padahal sebenarnya tidak (Deja Vu). Jadi, bisa dibilang stres bisa bikin otak kita jadi berantakan. Sehingga berkontribusi pada munculnya fenomena aneh seperti Jamais Vu dan Deja Vu.

2. Kelelahan atau Kurang Tidur

Ketika kamu kurang tidur atau merasa sangat lelah, otak kita tidak bisa berfungsi dengan optimal. Hal ini bisa membuat kamu lebih rentan mengalami pengalaman yang aneh atau berulang. Misalnya, ketika kamu begadang semalaman atau kamu merasa sangat letih. Maka otak kamu tidak bisa bekerja dengan baik dalam memproses informasi. Sebagai hasilnya, kamu mungkin merasa sedikit bingung dalam pengalaman yang terasa aneh. Seperti merasa asing dengan situasi yang seharusnya kamu kenal (Jamais Vu). Atau merasa seperti sudah pernah mengalami sesuatu sebelumnya padahal sebenarnya tidak (Deja Vu). Jadi, kurang tidur atau kelelahan bisa membuat otak kita tidak berfungsi sebaik seharusnya. Sehingga membuat kita lebih rentan mengalami pengalaman yang tidak biasa atau berulang.

3. Anxiety atau Kecemasan

Saat kamu mengalami kecemasan yang sering atau serangan kecemasan. Maka cara otak kita memproses pengalaman saat ini bisa terpengaruh. Ini bisa memicu munculnya Jamais Vu. Bahkan meningkatkan kemungkinan terjadinya Deja Vu. Ketika kamu merasa sangat cemas, otak kita bisa menjadi agak labil dan tidak stabil. Akibatnya, proses ingatan dan pengalaman mungkin menjadi sedikit terganggu. Ini bisa menciptakan ketidakcocokan di dalam pikiran kita saat ini. Sehingga menghasilkan Jamais Vu atau Deja Vu.

4. Ketidakstabilan Emosional

Selain itu, ketika emosimu sedang tidak stabil, cara otak kita memproses ingatan dan pengalaman juga bisa terpengaruh. Mungkin kamu merasa sedang dalam suasana hati yang berubah-ubah. Atau suasana hati yang bisa berubah secara tiba-tiba. Nah, kondisi ini bisa menciptakan ketidakcocokan dalam cara kita mengalami dan mengingat momen sekarang. Akibatnya, kamu bisa mengalami Jamais Vu atau Deja Vu. Di mana kamu merasa asing dengan situasi yang pada kenyataannya seharusnya kamu kenal.

Melalui pemahaman tentang kedua aspek ini, kita dapat lebih memahami mengapa dan bagaimana Jamais Vu dan Deja Vu terjadi pada kita. Namun, penting untuk dicatat bahwa penjelasan ini hanya sekedar gambaran umum. Bagaimanapun juga, memahami faktor-faktor ini dapat membantu kita mengatasi Jamais Vu dan Deja Vu dalam kehidupan sehari-hari kita.

Baca Artikel Kami Lainnya: Membedah Sisi Psikologis Fregoli Delusion: Delusi, Stalking, dan Paranoia

Baca Artikel Kami Lainnya: Ternyata Misophonia dan Fobia Suara itu Berbeda. Apa Bedanya?

Artikel oleh: Logos Indonesia.