Perbedaan Masyarakat Pedesaan Dan Perkotaan Dari Sudut Pandang Psikologi Lintas Budaya

Perbedaan masyarakat pedesaan dan perkotaan dari sudut pandang psikologi lintas budaya. Individualism VS Collectivism.

Kerpibadian, Sosial7480 Views

Logos Indonesia Perbedaan tempat dan kondisi suatu daerah mempengaruhi kebiasaan dan kepribadian orang itu sendiri. Hal ini menjelaskan perbedaan kepribadian antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. Faktor kondisi lingkungan yang mendukung untuk bersikap sesuatu hal dan kesulitan untuk mengakses sesuatu, secara tidak langsung akan mempengaruhi kepribadian dalam suatu daerah.

Baca Artikel Kami Lainnya: Mengenal Psikologi Lintas Budaya.

Coba saja kamu lihat dan bandingkan fasilitas yang ada di kota dan di pedesaan? Coba sebutkan perbedaan yang paling menonjol dari kedua masyarakat tersebut?

Ketika di perkotaan, masyarakat yang tinggal di sana sangat dimudahkan dengan fasilitas yang lengkap serta akses dengan fasilitas-fasilitas kesehatan maupun pusat belanjaan yang dekat dari rumahmu. Sedangkan di perdesaan hal tersebut sulit untuk diakses dengan fasilitas yang masih sangat tradisional. Dalam artikel ini kita akan membahas mengenai perbedaan masyarakat di pedesaan yang masih tradisional dengan masyarakat perkotaan yang sudah modern.

Masyarakat Pedesaan VS Masyarakat Perkotaan

Menurut Shiraev dan Levy (2010), terdapat dua jenis kebudayaan yang umum diketahui banyak orang. Kedua jenis kebudayaan tersebut adalah budaya tradisional dan budaya non tradisional atau modern. Budaya tradisional atau biasa kita kenal masyarakat pedesaan sangat erat kaitannya dengan tradisi, aturan, simbol dan prinsip yang berlaku dan sudah menetap lama dalam masyarakat tersebut.

Sedangkan budaya non tradisional atau sering kita kenal sebagai masyarakat perkotaan berkaitan erat dengan prinsip, ide, kebiasaan yang relatif baru. Karena itu prinsip yang ditanamkan pada kedua masyarakat tersebut memiliki pandangan yang berbeda. Melalui lingkungan yang ada, dapat memberikan dampak pada kepribadian masyarakat tersebut.

Masyarakat Tradisional

Masyarakat tradisional memiliki hidup yang lebih terstruktur dan pilihan fasilitas yang relatif terbatas. Hal ini karena, terdapat ketua suku atau ketua adat yang memiliki kuasa dalam mengambil keputusan bagi masyarakat di sana. Dengan kondisi yang seperti itu membuat masyarakat tradisional tidak memiliki kesempatan untuk mengubah tradisi itu. Masyarakat tradisional cenderung memiliki nilai religius yang lebih tinggi dari pada masyarakat perkotaan. Sikap kepatuhan pada peraturan yang berlaku sangat dijunjung tinggi. Jika seseorang melanggar, maka sanksi sosial sangat menyiksa orang tersebut. Pemikiran tersebutlah yang menjelaskan bahwa sulitnya budaya atau pengetahuan baru diterima dalam masyarakat tradisional.

Mereka enggan menghadapi suatu perubahan yang tidak pasti. Budaya atau pengetahuan baru yang datang, dapat memicu dampak negatif atau dampak positif bagi kehidupan mereka. Ketidakpastian dari budaya atau pengetahuan baru yang datang ini membuat mereka memilih untuk tidak menerimanya sama sekali.

Masyarakat Non Tradisional

Berbanding terbalik dengan masyarakat tradisional. Pada masyarakat non tradisional atau modern, Mereka cenderung untuk menganut pandangan individualisme, yaitu merujuk pada perilaku yang dapat memicu keuntungan pribadi saja. Kebebasan untuk memilih dan bertindak menjadi ciri khas kepribadian masyarakat perkotaan.

Mereka terbuka pada budaya dan pengetahuan baru di luar masyarakat mereka. Sikap terbuka ini menjadikan mereka mampu menilai sesuatu dengan berbagai sudut pandang, bahwa suatu kebaikan atau keburukan bersifat relatif tergantung keadaan. Ciri lainnya dari masyarakat perkotaan adalah tidak kaku seperti masyarakat pedesaan.

Individualism VS Collectivism

Sikap individualis cenderung mencerminkan masyarakat perkotaan. Sedangkan sikap kolektif cenderung mencerminkan masyarakat pedesaan. Individualism adalah perilaku yang mendasarkan kepada diri sendiri dan keluarga atau kelompok yang terdekat dengan dirinya. Singkatnya adalah individualis merujuk pada keuntungan diri sendiri dan orang terdekatnya.

Kebalikan dari individualis adalah perilaku kolektif. Kolektivisme adalah perilaku yang didasarkan pada kebermanfaatan banyak orang dan kepedulian pada tradisi dan nilai setempat. Dengan kata lain, perilaku kolektif adalah rasa gotong royong dan kebersamaan dalam bertindak demi kepentingan bersama.

Walaupun sikap individualis sering ditemui di perkotaan dan sikap kolektif sering ditemui di pedesaan. Namun secara universal, kedua sikap itu dapat ditemui di beberapa bagian negara. Sikap individualis lebih umum ditemui pada negara barat. Sedangkan sikap kolektif lebih mencerminkan pada negara di timur seperti Asia.

Baca Artikel Kami Lainnya: Tes Kepribadian dan Faktor Budaya Yang Mempengaruhinya.

Ciri khas dari budaya individualis adalah perilaku mengacu pada keuntungan pribadi, hubungan atasan dan bawahan terkesan kaku dan searah. Sedangkan ciri khas dari budaya kolektif adalah perilaku dilakukan demi kepentingan kelompok, hubungan atasan dan bawahan lebih bebas dan fleksibel, serta hubungan sosial yang hangat.

Walaupun dijelaskan secara teori bahwa masyarakat perkotaan cenderung memiliki sifat yang lebih mementingkan keuntungan pribadi dan masyarakat pedesaan yang lebih memiliki hubungan yang hangat dan kepentingan bersama. Namun kita boleh memungkiri bahwa terdapat juga orang yang memiliki perasaan hangat, mementingkan kebermanfaatan bersama, dan rasa gotong royong yang kuat, pada orang yang tinggal di perkotaan.

Sebaliknya juga berlaku demikian. Mungkin saja, terdapat orang yang individualis di pedesaan. Semua penjelasan dalam artikel ini merupakan suatu teori untuk menjelaskan suatu fenomena, berupa prediksi dan penggambaran situasi, bukan sesuatu keharusan yang pasti. Masih banyak faktor lainnya yang mempengaruhi kepribadian dan alasan seseorang bertindak.

Baca Artikel Kami Lainnya: Sejarah Model Lima Faktor Kepribadian Dan Sifat Umum Yang Dimiliki Kebanyakan Orang.

Sarwono, Sarlito. W. (2016). Psikologi Lintas Budaya. Depok: PT Raja Grafindo Persada.

Artikel oleh: Logos Indonesia.