Ternyata Merasa Tidakberdaya Itu Di Dipelajari

Ternyata merasa tidakberdaya itu di dipelajari. Kondisi yang dianggap tidak bisa diubah untuk diperbaiki lagi.

Klinis, Sosial4070 Views

Logos Indonesia Ternyata ketidakberdayaan merupakan proses dari pembelajaran yang menyakitkan. Teori dari ketidakberdayaan yang dipelajari dicetuskan oleh Seligman.

Seligman Sebagai Pencetus Ketidakberdayaan Yang Dipelajari

Seligman memiliki nama lengkap Martin E.P. Seligman, merupakan Professor of Psychology dan Direktur Pusat Psikologi Positif di Universitas Pennsylvania. Selama karirnya, Seligman bekerja sebagai psikolog, pendidik, peneliti, dan penulis. Seligman dikenal sebagai bapak psikologi positif modern. Hal ini karena temuannya banyak berkaitan dengan psikologi positif seperti, resilience (ketahanan), learned helplessness (ketidakberdayaan yang dipelajari), depresi, optimisme, dan pesimisme.

Teori tentang ketidakberdayaan yang dipelajari ini merupakan topik penelitian pertamanya di Universitas Pennsylvania bersama dengan rekannya. Penelitian eksperimennya menggunakan anjing yang disetrum dengan beberapa kondisi. Ketika anjing tersebut berada di situasi yang tidak mampu dikontrol, maka anjing tersebut merespon ketidakberdayaan atau pasrah dengan setruman yang diberikan oleh peneliti. Berbeda situasi ketika anjing diberikan situasi yang diketahui penyebabnya saat di sentrum. Anjing akan merespon memilih tindakan yang tidak akan disetrum oleh peneliti.

Apa Itu Ketidakberdayaan yang Dipelajari?

Ketidakberdayaan yang dipelajari adalah suatu kondisi seseorang ketika dihadapkan situasi yang dianggapnya tidak mampu untuk mengubah situasi tersebut. Perasaan ketidakberdayaan ini akan muncul ketika seseorang mengalami kejadian yang buruk di luar kendalinya. Biasanya kejadian yang buruk itu terjadi secara terus-menerus dan menghasilkan dampak negatif bagi dirinya. Mereka cenderung untuk tidak berusaha untuk mengatasi masalah tersebut dan bersikap pasrah.

Ketika seseorang sudah merasa tidak berdaya, Maka kamu menerapkan sistem mental yang lemah pada dirimu sendiri. Artinya, sebanyak apapun sumber daya yang kamu miliki tidak akan bisa mengatasi situasi tersebut. Bahkan ketika kamu memiliki pengetahuan yang luas keterampilan yang tinggi, dukungan sosial yang banyak tidak akan bisa mengatasi situasi tersebut.

Baca Artikel Kami Lainnya: Saat Ini Merasa Putus Asa? Disini Ada Tips Mengatasi Ketidakberdayaan.

Hal ini karena perasaan ketidakberdayaan yang sudah menutupi semua hal, termasuk berpikir untuk mengatasi situasi itu dengan kemampuanmu sendiri. Karena itu orang yang berputus asa memiliki banyak alasan untuk mengatakan dirinya tidak bisa. Padahal sebenarnya, mungkin saja dirinya mampu mengatasi situasi tersebut. Mereka lebih memilih untuk tidak melakukan apa-apa dibandingkan berusaha untuk mengatasinya.

Pola Pikir Yang Terbentuk Dari Rasa Ketidakberdayaan

Gangguan yang Menyebabkan Mood Swing

Terdapat tiga pola pikir yang terbentuk dari rasa ketidakberdayaan. Berikut ini adalah tiga pola pikir tersebut. Sebaiknya kamu menghindari pola pikir ini untuk menjalani hidup yang lebih baik.

Permasalahan Itu Tidak Bisa Diperbaiki

Biasanya orang yang sedang merasa dirinya tidak berdaya akan berpikir bahwa perasaan yang dialaminya tidak akan bisa diperbaiki lagi. Mereka memusatkan pada permasalahan dibandingkan mencari solusi.

Satu Permasalahan Menghancurkan Semuanya

Kebanyakan orang yang merasa tidak berdaya akan berpikir bahwa permasalahan kecil mampu menghancurkan semuanya. Padahal kenyataannya, dampak dari permasalahan tersebut tidak sampai menghancurkan kehidupan seseorang. Mereka cenderung berlebihan terhadap suatu permasalahan.

Pola pikir ini sebenarnya sudah terbentuk sejak kecil dari pola asuh orang tua. Ketika respon orang tua secara berlebihan terhadap kesalahan anak. Maka anak akan mengembangkan pola pikir negatif terhadap dirinya untuk kesalahan yang kecil saja. Karena itu sebagai orang tua harus bijak untuk memberi hukuman pada anak. Jangan sampai anak menjadi mengembangkan pola pikir negatif akibat hukuman yang berlebihan.

Baca Artikel Kami Lainnya: Ini Sebabnya Generasi Milenial Banyak Mengalami Sandwich Generation.

Sebagai contoh, ketika anak tidak sengaja menjatuhkan gelas beling. Orang tua memarahi karena kesalahan anak tersebut hingga menghukumnya untuk tidak diizinkan bermain selama beberapa hari ataupun diberikan uang jajan. Ketika dewasa anak akan mengembangkan diri bahwa kesalahan kecil akan berakibat pada kehidupannya secara menyeluruh.

Menganggap Diri Sendiri Sebagai Sumber Masalah

Pola pikir ini dibangun atas dasar komentar atau kritik negatif dari orang lain. Kritikan tentu dapat membangun orang lain untuk menjadi lebih baik. Tapi bagaimana jika kamu hanya menerima komentar negatif saja tanpa ada yang memberikan komentar positif. Maka kamu akan mengembangkan pola pikir bahwa dirimu adalah sumber dari masalah, bahwa kamu selalu salah.

Ketidakseimbangan antara komentar negatif dan komentar positif tentang dirimu akan menentukan kepribadianmu ketika dewasa. Ketika kamu lebih banyak mendapatkan komentar positif maka gambaran tentang dirimu adalah positif. Tapi ketika kamu lebih banyak mendapatkan komentar negatif maka gambaran tentang dirimu adalah negatif.

Baca Artikel Kami Lainnya: Memahami Makna Cinta Dalam Perspektif Psikologi.

Jika orang itu mampu memperbaiki kesalahan pada dirinya. Maka hal itu menjadi bukti dari pengembangan diri yang baik. Tapi jika orang tersebut tidak mampu memperbaiki kesalahan pada dirinya. Maka ketidakberdayaan lah yang akan muncul.

Jadi cobalah berpikir logis bahwa permasalahan ini tidak hanya karena dirimu tapi, karena beberapa faktor lain juga. Kenalilah faktor lain itu dan carilah solusinya.

Itulah ketiga pola pikir yang sering dialami oleh seseorang yang merasa tidak berdaya menghadapi situasi. Sebaiknya kamu menghindari ketika pola pikir tersebut. Tidak apa-apa jika kamu melakukan kesalahan. Tidak apa-apa juga jika kamu tidak mampu melakukannya. Fokuslah pada cara mengatasinya dibandingkan pada permasalahan itu sendiri.

Artikel oleh: Logos Indonesia.

Comment