Apa Yang Otak Lakukan Saat Kita Tertidur?

Apa yang otak lakukan saat kita tertidur? Saat tertidur, otak akan memunculkan gelombang otak yang berbeda di tiap tahapan tidur.

Biopsikologi1147 Views

Logos Indonesia Pernahkah kamu bertanya-tanya apa yang dilakukan otak saat kita tertidur di malam hari? Dan apa yang terjadi pada otak kita, jika kamu tidak tidur sepanjang malam? Kedua pertanyaan tersebut akan dijawab dalam artikel ini. Namun sebelum membahas hal tersebut. Lebih baik kita memahami terlebih dahulu mengenai tidur itu sendiri.

Ritme Sirkadian

Pada umumnya seseorang perlu tidur 8 jam dalam sehari bagi orang dewasa. Namun tahukah kamu, bahwa tubuh kita ini memiliki ritme yang sudah diatur sesuai dengan jadwal keseharian kita. Sehingga, ketika kita berada di tempat atau lingkungan yang berbeda sekali, maka jam biologis kita akan ikut berubah. Hal ini disebut dengan ritme sirkadian. Ritme sirkadian adalah siklus perilaku atau fisiologis harian kita, seperti siklus tidur – bangun, tekanan darah, dan kadar gula darah dalam satu hari.

Baca Artikel Kami Lainnya: Apa Itu Abnormalitas Dari Sisi Psikologi Sosial?

Dalam banyak penelitian menjelaskan bahwa bagian otak yang berfungsi untuk mengatur siklus fisiologis harian kita seperti jam tidur, rasa lapar, suhu tubuh dan jam bagun adalah suprachiasmatic nucleus (SCN). Cara SCN berkerja dengan menyesuaikan ritme tubuh dengan siklus terang – gelap kondisi lingkungan sekitar. Maksudnya adalah SCN ini bekerja dengan menyesuaikan pada cahaya yang masuk ke retina mata. Ketika malam tiba, cahaya di sekitarnya mulai meredup akibat kegelapan malam. Sehingga otak mengasosiasikan kegelapan malam sebagai waktu untuk tidur. Dan sebaliknya, ketika cahaya di pagi hari lebih banyak masuk ke retina mata, otak akan mengasosiasikan dengan jam bangun dari tidur.

Namun, ritme ini bisa saja tergangu dengan adanya perubahan lingkaran yang drastis, karena perbedaan jam malam dan pagi di beberapa daerah. Hal ini menjelaskan terjadinya jet leg ketika kita bepergian ke luar negeri. Misalkan ketika kita pergi naik pesawat dari Indonesia ke Amerika. Perbedaan jam malam membuat kita merasakan jet leg. Hal ini karena tubuh kita belum terbiasa dengan jam tidur di daerah Amerika tersebut.

Mengapa Kita Butuh Tidur?

Tertidur.

Alasan utamanya adalah, tidur merupakan cara tubuh untuk memulihkan semua sel-sel pada tubuh dan meningkatkan fungsi ingatan setelah seharian beraktivitas. Sehingga hari esok kamu dapat melakukan aktivitas secara maksimal. Seseorang yang kurang atau tidak tidur pada malam hari, lebih sering merasakan emosi yang tidak stabil dan kinerja yang kurang baik.

Selama kita beraktivitas dalam sehari, tubuh dan otak kita terus bekerja tanpa henti. Bahkan dalam menjalani aktivitas sehari-hari kita sering menemui stres. Dengan tidur, kita memberikan istirahat bagi tubuh dan otak kita. Selain itu, memberikan kesempatan bagi otak kita bekerja untuk memulihkan dan memperbaiki sel-sel yang ada di tubuh kita.

Baca Artikel Kami Lainnya: Apakah Itu Lychnobite?.

Selama kita tertidur, korteks serebrum bekerja untuk menguatkan dan mengubah ingatan penting yang terbentuk dari aktivitas sehari-hari menjadi ingatan jangka panjang. Korteks serebrum ini juga bekerja ketika kita dalam keadaan terjaga. Namun fungsinya adalah untuk mengolah semua stimulus dari luar, fungsi motorik dan tingkat kesadaran. Jika kita tidak tertidur, konteks serebrum tidak akan melakukan tugasnya dengan maksimal untuk menguatkan ingatan kita ke dalam ingatan jangka panjang. Karena itu kekurangan tidur yang berlebihan mungkin saja berdampak pada berkurangnya daya ingat seseorang.

Baca Artikel Kami Lainnya: Terapkan Metode Ini Untuk Cepat Menghafal Apapun.

Pada kasus anak bayi dan anak-anak fungsi tidur sebagai pelepasan hormon pertumbuhan untuk meningkatkan perkembangan otak dan fisik bagi mereka. Kemudian ketika kita kekurangan tidur, tubuh dan otak kita akan stres karena kewalahan memproses semua aktivitas yang kamu dilakukan. Dalam beberapa penelitian ditemukan kurang tidur mengurangi kesiagaan dan kinerja kognitif. Selain itu kamu juga akan mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan khususnya berhubungan dengan situasi yang tidak terduga. Hal ini karena kamu akan mengantuk di siang hari, yang mengganggu pekerjaan harianmu.

Walaupun banyak sekali yang ingin kamu lakukan dalam satu hari. Tapi kamu tidak bisa melakukannya sekaligus pada satu waktu. Jika kamu paksa, mungkin saja selesai namun hasilnya tidak maksimal. Jadi usahakan lah untuk tidur yang cukup di malam hari. Agar kamu merasa lebih bugar dan optimal dalam melakukan aktivitas esok hari.

Apa Saja Tahapan Tidur?

Terdapat lima tahap dalam tidur (King, Laura: 2013). Berikut adalah tahapan dari tidur.

Tahap 1

Pada tahap awal kita tidur, otak memiliki gelombang teta. Memiliki frekuensi yang lebih lambat dan amplitudonya lebih besar dari gelombang alfa. Gelombang alfa ini sendiri merupakan gelombang otak ketika kamu sedang rileks.

Tahap 2

Pada tahap kedua kita tidur, merupakan kelanjutan dari tahap pertama yaitu masih gelombang teta. Sehingga pada tahap 1 dan 2 kita tertidur merupakan tahap tidur ringan. Jika kamu bangunkan seseorang yang berada tahap awal ini ia akan mengaku bahwa dirinya tidak tertidur.

Tahap 3

Pada tahap ketiga tertidur, otak akan mengeluarkan gelombang delta. Merupakan gelombang paling lambat dan amplitudonya paling tinggi.

Tahap 4

Pada tahap empat tidur ini, merupakan lanjutan dari tahap tiga yaitu otak masih memunculkan gelombang delta. Namun, tidur delta ini merupakan tidur yang paling lelap. Jika kamu bangunkan seseorang yang berada di tahap delta, ia akan merasa kebingungan dan kehilangan orientasi.

Tahap REM

Pada tahap REM, merupakan tahap yang memunculkan mimpi dalam tidur. Gelombang otak yang muncul sama dengan gelombang otak ketika kita rileks dalam keadaan sadar. Pada tahap tidur REM ini, biasanya terjadi beberapa menit sebelum kita terbangun.

Logos Indonesia adalah Biro Psikologi & Konsultan HRD Jakarta dengan Layanan Rekrutmen, Asesmen Karyawan (Psikotes Online & Offline, Assessment Center dll) Klinik Psikologi, Pelatihan Alat Tes Psikologi dan Outbound.

Comment