Hans Eysenck Sebagai Tokoh Psikologi Yang Dipuji Dan Dikritik

Hans Eysenck merupakan tokoh psikologi. Banyak dari karyanya mendapatkan pujian dan kritikan negatif dari kritikus.

Tokoh2846 Views

Logos Indonesia Hans Eysenck merupakan tokoh psikologi yang memiliki dua sisi yang dikenal oleh banyak orang. Hans Eysenck sebagai tokoh psikologi yang serba bisa dalam membuat teori. Namun di sisi lain, beberapa teorinya memiliki kontroversi yang dapat mengguncangkan kelompok tertentu. Pembahasan mengenai tiga aspek utama kepribadian yang dijelaskan berdasarkan faktor biologis membuat teorinya berbeda dari teori kepribadian lainnya.

Siapa Itu Hans Eysenck?

Hans Eysenck. AFP, Getty Images
Hans Eysenck. Image by AFP, Getty.

Hans Jurgen Eysenck lahir pada tahun 1916 di Berlin, Jerman. Orang tuanya merupakan selebritis yang cukup terkenal di zamannya. Harapan dari orang tua Hans Eysenck menginginkan dirinya menjadi seorang aktor ketika dewasa. Namun pada usia 2 tahun, Hans Eysenck tinggal di rumah neneknya karena konflik orang tuanya yang berujung pada perceraian.

Di masa remaja, Hans Eysenck memutuskan untuk pergi ke luar negeri untuk melanjutkan sekolahnya. Hans Eysenck tidak menyukai rezim Nazi yang berada di Jerman, tempat ia tinggal. Akhirnya ia meninggalkan Jerman dan menetap di Inggris. Selama di Inggris, Hans Eysenck menempuh sarjananya hingga mendapatkan gelar Ph. D di bidang psikologi di Universitas London.

Baca Artikel Kami Lainnya: George Spearling dan Penelitiannya Tentang Memori Ikonik.

Setelah mendapatkan gelar Ph. D., Iya mulai banyak menulis buku dan artikel penelitian. Banyak sekali topik yang Hans Eysenck teliti dalam ilmu psikologi. Hingga saat ini, sudah terkumpul lebih dari 50 buku dan 600 artikel. Dengan banyak ilmu yang ia dalami, membuat Parak kritikus beranggapan bahwa Hans Eysenck merupakan tokoh psikologi yang serba bisa dan ahli membuat teori.

Walaupun terkenal dengan anggapan yang serba bisa dalam membuat teori. Tapi dari beberapa hasil penelitiannya memiliki kontroversi yang mengguncangkan kelompok mapan. Beberapa penelitiannya yang memiliki kontroversi adalah penelitian terkait keturunan, ras, dan kecerdasan yang mengacaukan pandangan liberal.

Salah satu penelitian yang mengguncangkan kelompok liberalisme terjadi pada awal tahun 1950-an. Hans Eysenck berpendapat bahwa psikoterapi tidak memiliki manfaat terapeutik. Pernyataan tersebut membuat banyak orang marah dan tidak terima.

Baca Artikel Kami Lainnya: Mengenal Emil Kraeplin Sebagai Pencipta Test Kraepelin Yang Terkenal.

Kontroversi yang paling menyulitkan adalah ketika dirinya mendukung pernyataan Arthur Jensen tentang perbedaan nilai tes IQ dari berbagai ras dapat dijelaskan dengan faktor genetik.

Walaupun dirinya memiliki dua sisi yang sangat berlawanan untuk dipuja maupun dikritisi secara kontroversi. Hans Eysenck memiliki kontribusi yang sangat signifikan pada perkembangan ilmu psikologi khususnya terkait penelitian tentang kepribadian yang bersifat biologis.

Tiga Dimensi Kepribadian Menurut Hans Eysenck

Hans Eysenck membuat tiga dimensi utama kepribadian. Berikut ini tiga dimensi tersebut.

Extrovert – Introvert

Seseorang yang ekstrovert cenderung mudah bergaul, banyak berbicara dan mencari sensasi. Sedangkan seseorang yang cenderung introvert bersikap tenang, pendiam dan pemalu. Hans Eysenck menjelaskan kepribadian ekstrovert dan introvert dengan menggunakan penjelasan biologis. Seseorang yang memiliki kepribadian introvert memiliki rangsangan alami yang tinggi. Sedangkan seorang yang memiliki kepribadian ekstrovert memiliki tingkat rangsangan alami yang rendah.

Karena itu orang introvert cenderung menghindari situasi yang terlalu menstimulasi. Sedangkan orang ekstrovert cenderung untuk mencari situasi tersebut.

Neurotic – Stabil

Seorang yang memiliki neuritik yang tinggi Mereka cenderung menunjukkan perilaku gelisah, murung dan sensitif. Sedangkan seseorang yang rendah dalam neurotik atau memiliki kepribadian yang stabil, memiliki temperamen yang stabil, santai dan berpikir rasional. Menurut Hans Eysenck, seseorang yang memiliki kepribadian neurotik menunjukkan aktivitas yang lebih besar dalam sistem limbik di otaknya.

Bagian otak tersebut bertanggung jawab untuk mengatur keadaan emosi mereka, seperti perilaku agresi, perasaan takut dan kesenangan seks. Kepribadian neurotis membuat orang rentan dalam menghadapi stres yang memicu ketidakstabilan emosi.

Psychotic – Control

Seseorang yang memiliki kepribadian psikotik memiliki kepribadian yang agresif dan antisosial. Sedangkan seseorang yang memiliki kepribadian terkontrol atau rendahnya psikotik, cenderung memiliki kepribadian yang hangat dan berempati.

Seorang yang memiliki kepribadian psikotik cenderung melakukan perilaku kriminal. Hal ini terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh Hans Eysenck, bahwa seseorang yang memiliki catatan kriminal cenderung menunjukkan perilaku anti sosial. Mereka memiliki skor yang lebih tinggi pada aspek neurotisme, extraversi dan psikotik.

Baca Artikel Kami Lainnya: Philip Zimbardo dan Eksperimen Penjara Zimbardo.

Berdasarkan penelitian tersebut membuat Hans Eysenck menyimpulkan bahwa perilaku kriminal mungkin saja memiliki faktor genetik yang memicu perilaku kriminal. Namun, perilaku kriminal juga dapat dipelajari melalui faktor sosial dalam hubungan pertemanan.

Seseorang yang memiliki kelompok pertemanan atau lingkungan pertemanan yang cenderung bersifat kriminal, dapat meningkatkan atau menularkan perilaku kriminal tersebut dalam dirinya sendiri. Sehingga seseorang yang memiliki genetik kriminal dan memiliki lingkungan yang kriminal juga akan meningkatkan perilaku kriminal itu sendiri dalam waktu yang lama.

Inti dari aspek kepribadian Hans Eysenck adalah dengan menggunakan pendekatan biologis secara menyeluruh terhadap ketiga dimensi kepribadian tersebut. Hans Eysenck menganggap bahwa kepribadian berkaitan dengan penjelasan dari tingkat rangsangan otak bawaan.

Asnawi, Ahmad. (2019). 50 Tokoh Psikologi Dunia: Gagasan Dan Pemikiran Mereka. Jawa Tengah: Desa pustaka Indonesia.

Artikel oleh: Logos Indonesia.