Mengapa Kita Meniru Orang Lain?

Namun, pertanyaannya adalah, mengapa kita meniru orang lain? Apa yang mendorong kita untuk melakukan hal itu?

Relationship, Sosial3093 Views

Logos IndonesiaSiapa yang pernah merasa mendadak suka dengan jenis musik yang sebelumnya tidak kamu sukai hanya karena temanmu memutarnya terus? Atau, membeli baju bermerk yang sedang trend, meski sebenarnya kamu merasa tidak terlalu nyaman menggunakannya? Jangan-jangan kamu juga pernah tiba-tiba saja ikut-ikutan diet ketat karena hampir semua orang di timeline media sosialmu membicarakannya. Jika sudah begini, mungkin kita perlu berbicara soal konformitas.

Baca Artikel Kami Lainnya: Sepenting Apa Konformitas dalam Dunia Kerja?

Konformitas adalah cara kita untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Itulah sebabnya penting, terutama bagi kita yang masih berada di usia remaja. Inilah masa di mana kita mencari jati diri. Kita  belajar memahami norma-norma sosial, dan mencoba sebisa mungkin untuk ‘fit in’ dengan lingkungan sekitar. Dalam proses ini, kadang kita menjadi begitu mirip dengan orang lain sampai-sampai sulit membedakannya. Mana yang mereka dan mana yang kita.

Beradaptasi dengan lingkungan dan meniru orang lain bukanlah hal yang buruk. Manusia adalah makhluk sosial, dan kemampuan untuk menyesuaikan diri adalah bagian dari evolusi kita. Namun, pertanyaannya adalah, mengapa kita meniru orang lain? Apa yang mendorong kita untuk melakukan hal itu?

Faktor-faktor yang Mendorong Konformitas

Meniru orang lain seringkali dipicu oleh beberapa faktor.

A. Faktor Sosial

Konformitas adalah salah satu car akita beradaptasi dengan lingkungan dan situasi sekitar kita. Kita akan merasa perlu untuk menyesuaikan diri agar diterima secara sosial. Dari sudut pandang ini, faktor sosial bisa dilihat sebagai pengaruh dari kelompok yang kita ikuti. Baik itu dari suasana sosial di sekitar kita, serta aturan dan norma yang berlaku. Kita seringkali mengalami “dorongan” untuk menyamakan diri dengan kebiasaan dan tindakan orang lain demi mencapai rasa nyaman dan keharmonisan bersama.

Intinya, faktor sosial ini sering menggerakkan kita untuk meniru perilaku orang sekitar agar kita bisa “fit in”. Artinya, kita ingin merasa diterima. Dikelilingi oleh orang yang memiliki minat dan kegiatan serupa, serta tidak keluar dari norma yang berlaku di lingkungan kita. Dalam banyak kasus, faktor sosial ini adalah pemicu utama yang mendorong kita beralih ke perilaku konformitas. Baik secara sadar maupun tidak.

B. Faktor Pribadi

Faktor pribadi yang mendorong konformitas menjelaskan bagaimana karakteristik kita sebagai individu ikut andil dalam membuat kita meniru perilaku orang lain. Faktor pribadi memiliki hubungan erat dengan kebutuhan kita untuk diterima dalam kelompok sosial, rasa ketidakpercayaan diri, serta sifat-sifat kepribadian kita.

Ketika kita merasa tidak yakin tentang diri kita atau sedang mengalami masa transisi identitas. Misalnya, kita cenderung melihat orang lain sebagai referensi. Meniru perilaku orang lain jadi cara kita untuk merasa lebih percaya diri. Dan membangun identitas yang dianggap “ideal” oleh lingkungan sosial kita.

Dalam hal ini, kepribadian seseorang juga bermain peran penting, yang bisa menyebabkan tingkat konformitas berbeda antara individu. Misalnya, seseorang yang lebih introvert. Mungkin lebih rentan terhadap tekanan untuk meniru perilaku orang lain, dibandingkan dengan mereka yang lebih ekstrovert dan percaya diri.

Jadi, faktor pribadi ini menjadi salah satu aspek yang menerima berkontribusi terhadap konformitas yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Menyadari faktor-faktor pribadi ini bisa membantu kita bersikap lebih selektif dalam meniru orang lain dan mempertahankan individualitas kita.

Teori Psikologi yang Relevan Mengapa Kita Meniru Orang Lain?

Ada beberapa teori psikologi yang menjelaskan mengapa kita meniru orang lain.

A. Teori Pembelajaran Sosial

Teori ini seperti membaca buku panduan belajar melalui pengamatan. Ini bermakna kita belajar banyak hal dengan melihat dan meniru apa yang dilakukan orang lain. Misalnya, kamu melihat temanmu belajar keras dan mendapatkan nilai bagus. Kemudian kamu mencoba meniru cara belajarnya untuk mendapatkan hasil yang sama.

B. Teori Identifikasi Sosial

Teori ini mirip seperti saat kamu bergabung dalam suatu klub atau komunitas dan mulai melakukan hal-hal yang biasa mereka lakukan. Intinya, kita cenderung mengidentifikasi diri kita dengan sebuah kelompok dan meniru perilaku mereka. Misalnya, kamu bergabung dalam klub fotografi dan mulai meluangkan waktu untuk belajar lebih banyak tentang fotografi.

C. Efek Peniruan Otak

Konsep ini sebetulnya menarik. Ada bagian di otak kita, yang disebut neuron cermin, yang “aktif” atau merespon saat kita melihat orang lain melakukan sesuatu. Ini menciptakan keinginan dalam diri kita untuk meniru perilaku tersebut. Contoh sederhananya, saat melihat orang lain tersenyum, kita cenderung akan tersenyum balik.

Jadi, teori-teori ini membantu kita memahami alasan di balik kecenderungan kita untuk meniru orang lain. Namun, pastinya kita harus tetap mempertahankan identitas dan individualitas kita, meskipun kita belajar dan meniru banyak hal dari orang lain.

Mengapa kita meniru orang lain? Jawabannya terletak pada psikologi dan cara kerja otak kita. Konformitas, ditunjang oleh berbagai faktor, membantu kita beradaptasi dan belajar dari lingkungan sekitar.

Baca Artikel Kami Lainnya: Terkadang Kita Perlu Menentang Konformitas yang Tidak Sehat

Artikel oleh: Logos Indonesia.