Mengapa Seseorang Mau Membantu Orang Lain? Penjelasan Teori Empati Terhadap Perilaku Menolong

Mengapa seseorang mau membantu orang lain? Penjelasan teori empati terhadap perilaku menolong. Merasakan Kebahagiaan dari orang yang ditolong.

Relationship, Sosial5258 Views

Logos Indonesia Empati merupakan komponen afektif dan kognitif yang menghasilkan Respon yang kompleks. Dikatakan komponen afektif karena menghasilkan emosi yang dirasakan oleh orang lain. Dan komponen kognitif karena mampu memahami alasan seseorang melakukan hal tersebut.

Karena itu, seseorang yang memiliki tingkat empati yang tinggi mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain beserta alasannya. Seseorang yang merasa empati kepada orang lain akan sangat mengetahui betul Apa yang dirasakan orang tersebut dan kesakitan yang mereka rasakan.

Baca Artikel Kami Lainnya: Jangan Biasakan Diri Berbohong! Nanti Bisa Terkena Penyakit Mitomania.

Sehingga, mereka menganggap kesulitan orang lain sebagai bagian dari diri mereka. Hal inilah yang membuat orang tersebut mau menolong orang lain. Menurut Daniel Batson (dalam Sarwono & dkk, 2009) Terdapat hubungan antara empati dengan kecenderungan seseorang berperilaku menolong orang lain. Menurut Daniel Batson, empati merupakan motivasi altruristik yang kuat.

Mari kita membahas teori empati yang menjelaskan mengapa seseorang mau menolong orang lain. Banyak teori yang menjelaskan mengapa seseorang mau menolong orang lain. Seperti teori belajar, teori evolusi, teori empati, teori perkembangan kognisi sosial, dan teori norma sosial. Namun kali ini kita hanya akan membahas tentang teori empati saja.

Teori Empati Menjelaskan Perilaku Menolong

Dalam teori empati, terdapat tiga hipotesis yang menjadi acuan dalam Menjelaskan perilaku menolong seseorang. Hipotesis tersebut yaitu hipotesis empati altruisme (empathy altruism hypothesis), model mengurangi perasaan negatif (negative state relief model), dan hipotesis kesenangan empatik (empathc Joy hypothesis).

Hipotesis Empati Altruisme (Empathy Altruism Hypothesis)

Hipotesis ini mengacu pada perasaan empati ketika melihat penderitaan orang lain yang mendorong dirinya untuk menolong orang tersebut. Hipotesisnya adalah penderitaan orang lain yang diperhatikannya akan menghasilkan motivasi untuk mengurangi penderitaan orang yang menjadi fokus perhatiannya.

Biasanya orang yang termasuk dalam hipotesis ini mampu melakukan hal yang tidak menyenangkan dan berbahaya bagi jiwanya untuk menolong orang tersebut. Hal yang dilakukannya ini bertujuan untuk mengurangi penderitaan orang tersebut. Motivasinya dalam menolong orang lain karena menganggap bahwa orang tersebut membutuhkan bantuan dari dirinya dan jika berhasil akan menimbulkan rasa senang pada diri sendiri. Penjelasan ini memang terdengar tidak egois tentang tingkah laku menolong.

Baca Artikel Kami Lainnya: Efek Bystander, Penjelasan Mengenai Orang Yang Melihat Tanpa Menolong Orang Lain.

Menurut Batson, sikap menolong orang lain yang didasari dengan empati berkaitan dengan sifat selfless. Sedangkan menurut Cialdini dan rekan-rekan penelitiannya mengenai empati dan tingkah laku menolong menjelaskan bahwa tindakan menolong orang lain yang didasari dengan empati memunculkan perasaan kesatuan antara dirinya dengan orang yang ingin ditolong. Kesamaan atau kesatuan perasaan dengan orang lain ini, sebenarnya tidak benar-benar ingin menolong orang tersebut. Melainkan cara lain untuk menolong dirinya sendiri atas perasaan yang ia rasakan.

Namun Batson dan rekan-rekan penelitiannya juga memberikan tambahan penjelasan mengenai persepsi tumpang tindih atau perasaan kesatuan yang dijelaskan oleh Cialdini. Persepsi tumpang tindih sepertinya tidak terlalu diperlukan untuk membuat seseorang menolong orang lain. Seseorang akan tetap menolong orang lain walaupun tanpa ada perasaan kesatuan atau persepsi tumpang tindih tersebut.

Model Mengurangi Perasaan Negatif (Negative State Relief Model)

Model mengurangi perasaan negatif ini berkaitan dengan cara seseorang untuk mengurangi perasaan negatif akibat dari melihat kesengsaraan orang lain. Ketika kamu melihat orang yang menderita maka kamu akan merasakan apa yang orang tersebut rasakan. Perasaan ketidaknyamanan itu menimbulkan merupakan perasaan negatif yang ada pada dirinya. Karena itu dengan cara menolong orang tersebut akan mengurangi perasaan negatif itu dan memunculkan perasaan positif pada diri sendiri.

Menolong orang lain juga berperan sebagai self-help bagi seseorang yang sedang mengalami perasaan negatif. Sebagai contoh seseorang yang berada di suasana hati yang buruk seperti merasa sedih. Kemudian terdapat seorang anak yang sedang menangis di hadapannya. Mereka memiliki emosi yang sama yaitu sedih. Ketika orang tersebut membantu anak itu untuk bisa kembali tertawa. Maka perasaan sedih orang tersebut secara tidak langsung juga akan menghilang.

Hipotesis Kesenangan Empatik (Empathc Joy Hypothesis)

Hipotesis kesenangan empatik mengacu pada hubungan timbal balik egoistik yang akan didapat. Ketika kamu memperkirakan bahwa dirimu akan ikut merasakan kebahagiaan orang tersebut atas pertolonganmu. Maka, kamu akan menolong orang tersebut. Jadi terdapat imbalan egoistik yaitu mampu merasakan kebahagiaan orang yang kamu tolong.

Tindakan menolong yang kamu lakukan terhadap orang lain membawa pengaruh positif kepada banyak orang. Sebagai contoh, kamu bersedia mengajarkan pelajaran yang tidak dimengerti oleh temanmu. Hal ini karena kamu mengetahui bahwa temanmu mampu memahami apa yang kamu jelaskan. Sehingga temanmu akan tampak bahagia ketika mengerti penjelasan darimu. Kebahagiaan ini akan tertular kepada dirimu yang membantu menolongnya untuk memahami materi yang tidak dikuasai.

Baca Artikel Kami Lainnya: Apakah Perilaku Tolong-Menolong Bisa Dipelajari? Di Sini Ada Penjelasannya.

Sarwono, Sarlito. W & Meinarno, Eko. A (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Artikel oleh: Logos Indonesia.

Comment