Mitos dan Fakta Mengenai Sindrom Tourette

Sindrom Tourette adalah gangguan neurologis yang dimulai pada masa kanak-kanak. Kenali mitos dan faktanya.

Biopsikologi, Klinis1390 Views

Logos IndonesiaKali ini, kita akan membahas topik yang sering menjadi misteri bagi banyak orang, yaitu Sindrom Tourette. Beberapa dari kita mungkin langsung terbayang seseorang yang melontarkan kata-kata kasar tanpa mereka inginkan. Karena hal tersebut adalah sebuah gejala yang seringkali kita lihat dalam film atau acara TV.

Rupanya, Sindrom Tourette lebih dari sekadar itu. Sindrom Tourette adalah gangguan neurologis yang dimulai pada masa kanak-kanak. Ditandai dengan adanya tik motorik dan vokal. Tik ini bisa berupa gerakan atau suara yang tidak bisa dikendalikan oleh penderitanya. Bervariasinya gejala ini membuat orang banyak salah kaprah tentang apa itu Sindrom Tourette.

Baca Artikel Kami Lainnya: Bagaimana Cara Menerima Diri Sendiri dengan Keterbatasan Diri? Yuk Berdamai dengan Diri Sendiri

Nah, di sinilah kita harus lebih percaya diri dan siap untuk mematahkan mitos sekaligus memahami fakta yang sesungguhnya tentang Sindrom Tourette. Kenapa? Karena informasi yang akurat dan pemahaman yang tepat sangat penting. Sehingga, penting bagi kita semua untuk mengedukasi diri kita sendiri dan orang lain. Agar kita bisa lebih empati dan mendukung mereka yang hidup dengan kondisi ini.

Mitos Tentang Sindrom Tourette

Mari kita beralih ke mitos yang sudah cukup lama beredar di masyarakat tentang Sindrom Tourette. Mitos ini sungguh akan membuat kamu terkejut sekaligus merasa teredukasi. Yuk, kita mulai membahas dari mitos yang pertama, hanya terjadi pada anak-anak.

Mitos 1: Hanya Terjadi pada Anak-Anak

Seringkali, kita mendengar bahwa Sindrom Tourette hanya menyerang anak-anak. Tapi, tunggu dulu. Ini tidak sepenuhnya benar. Meski biasanya dimulai pada masa kanak-kanak, terutama antara usia 5-10 tahun, Sindrom Tourette bisa berlanjut sampai dewasa. Jadi, ingat, jangan asumsikan bahwa orang dewasa tidak bisa mengalami kondisi ini.

Mitos 2: Semua Orang dengan Tourette Melontarkan Kata-Kata Kasar Secara Tiba-Tiba (Koprolalia)

Apakah kamu pernah berpikir bahwa semua orang dengan Sindrom Tourette pasti akan melontarkan kata-kata kasar secara tiba-tiba? Salah besar! Faktanya, hanya sedikit orang dengan kondisi ini yang mengalami gejala koprolalia atau uncontrollable cursing. Jadi, jangan biarkan stereotype ini menyesatkan kamu!

Mitos 3: Orang dengan Tourette Tidak Bisa Sukses dalam Kehidupan

Terkadang, kita meragukan kesuksesan orang dengan Sindrom Tourette. Mitos ini perlu kita tangani dengan fakta. Banyak orang sukses dengan Sindrom Tourette, termasuk pemain sepak bola David Beckham dan penulis Stephen King. Jadi, buktinya, Sindrom Tourette tidak pernah menjadi penghalang untuk mencapai kesuksesan!

Mitos 4: Sindrom Tourette disebabkan oleh Stres atau Trauma Psikologis

Ini juga mitos yang sering kita dengar. Sindrom Tourette bukan disebabkan oleh stres atau trauma psikologis. Sebenarnya, kondisi ini disebabkan oleh faktor genetik dan perubahan tertentu dalam otak. Jadi, mari kita stop menyalahkan korban stress atau trauma ya, karena mereka bukan penyebab Sindrom Tourette.

Fakta Sebenarnya Tentang Sindrom Tourette

Setelah membahas mitos, sekarang saatnya kita membenahi pemahaman kita dengan fakta. Fakta ini penting untuk kita pahami dan karenanya membangun empati kita kepada mereka yang hidup dengan Sindrom Tourette. Yuk, kita mulai membahas fakta yang pertama, tidak mempengaruhi inteligensi atau harapan hidup.

Fakta 1: Sindrom Tourette tidak mempengaruhi Inteligensi atau Harapan Hidup

Sebelumnya kita sudah membahas bahwa orang dengan Sindrom Tourette bisa sukses dalam kehidupan, dan kita buktikan lagi dengan fakta ini. Sindrom Tourette tidak mempengaruhi tingkat kecerdasan atau harapan hidup seseorang. Jadi, mereka yang memiliki kondisi ini memiliki kemampuan yang sama dalam mewujudkan mimpinya seperti kita semua.

Fakta 2: Sindrom Tourette adalah Kondisi Neurologis yang Diturunkan

Jika kamu pernah mendengar bahwa Sindrom Tourette disebabkan oleh stres atau trauma psikologis, mari kita luruskan fakta ini. Sindrom Tourette adalah kondisi neurologis yang diwariskan. Faktor genetik adalah penyebab utamanya, bukan karena faktor lingkungan atau kejiwaan.

Fakta 3: Sindrom Tourette Bervariasi dalam Tingkat Keparahan dan Gejala

Kita sering menganggap bahwa semua orang dengan Sindrom Tourette memiliki gejala yang sama. Hal ini jelas tidak benar. Sindrom Tourette bisa sangat bervariasi, baik dalam gejala maupun tingkat keparahannya. Ada yang harus berhadapan dengan kondisi yang lebih serius, sementara yang lainnya mampu menjalani kehidupan sehari-hari dengan minim gejala.

Fakta 4: Terapi dan Pengobatan Tersedia untuk Membantu Mengelola Gejala

Meskipun hingga saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan Sindrom Tourette, berbagai terapi dan pengobatan telah tersedia dan bisa sangat membantu dalam mengelola gejala. Dengan pendekatan yang tepat, kondisi ini bisa dikelola sehingga penderitanya bisa menjalani kehidupan yang normal dan produktif.

Melengkapi pemahaman kita dengan fakta ini membantu kita menjadi lebih pemaaf dan mendukung mereka yang berjuang dengan kondisi ini. Pendidikan jelas merupakan kunci pertama untuk mencapai hal itu. Mari kita terus belajar untuk lebih memahami berbagai keberagaman seseorang.

Baca Artikel Kami Lainnya: 10 Alasan Kenapa Beberapa Orang Suka Memberikan Hadiah ke Idolanya

Artikel oleh: Logos Indonesia.