Penjelasan Teori Psikologi Mengenai Othello Syndrome. Cemburu Menjadi Waham

Jadi, kamu merasa bahwa cemburu dan terobsesi terus mencari-cari "bukti" perselingkuhan. Maka bisa jadi kamu mengalami Othello Syndrome.

Logos Indonesia – Pernahkah kamu merasa cemburu berlebihan hingga sampai tingkat merasa dikejar-kejar oleh perasaan tersebut? Mungkin apa yang kamu rasakan itu adalah fenomena yang kita kenal dengan Othello Syndrome. Awalnya, kamu mungkin hanya menganggapnya sebagai rasa cemburu biasa yang wajar dimiliki setiap orang. Namun, bila itu terus berlanjut dan malah menjadi semakin parah. Maka memiliki potensi besar untuk berubah menjadi suatu kondisi yang tidak sehat secara psikologis. Tujuan dari artikel ini adalah untuk membantu kita memahami apa itu Othello Syndrome. Bagaimana kita bisa menanganinya baik untuk diri sendiri maupun orang lain yang kita cintai.

Dalam dunia psikologi, Othello Syndrome adalah suatu kondisi yang ditandai dengan rasa cemburu patologis. Atau cemburu yang berlebihan dan tidak sehat. Yang biasanya dipicu oleh halusinasi atau kecurigaan yang tidak berdasar. Orang dengan kondisi ini biasanya yakin penuh bahwa pasangannya sedang berselingkuh, meskipun tidak ada bukti nyata yang mendukung keyakinan tersebut. Namun, seperti pepatah lama yang mengatakan “orang cemburu membuat gunung dari sebutir pasir”. Dalam hal ini bukan gunung yang dibuat, melainkan dinding belenggu rasa was-was dan ketidakpercayaan yang terus menerus.

Artikel ini ditujukan kepada kita semua, baik yang merasa pernah merasakan cemburu berlebih hingga tingkat paranoid. Maupun untuk kamu yang sedang dalam proses pendidikan di bidang psikologi. Ataupun hanya untuk kita yang penasaran dan ingin mengetahui lebih lanjut tentang psikologi manusia.

Othello Syndrome

Menjalani hidup dengan perasaan tidak aman, mencemaskan dan penuh kecurigaan adalah hal yang pastinya tidak menyenangkan. Nah, inilah yang dirasakan oleh seseorang dengan Othello Syndrome. Sebenarnya, apa sih itu Othello Syndrome?

Othello Syndrome dalam konteks psikologi bisa kita artikan sebagai suatu kondisi di mana seseorang merasa sangat yakin bahwa pasangannya selingkuh. Meski sebenarnya tidak ada bukti yang mendukung keyakinan tersebut. Istilah ini berasal dari karakter Othello dalam drama Shakespeare, yang membunuh istrinya, Desdemona. Dirinya dikuasai oleh rasa cemburu yang berlebihan dan halusinasi tentang perselingkuhan yang tidak pernah terjadi.

Baca Artikel Kami Lainnya: Ciri-Ciri Addiction to Love. Ketahui Tanda-tanda Kecanduan Cinta

Ketika kamu merasa cemburu, itu normal kok. Setiap orang tentu pernah merasakan hal tersebut. Tapi, bila kamu merasa cemburu terus-menerus bahkan ketika tidak ada alasan yang jelas, itu mungkin adalah tanda Othello Syndrome. Beberapa tanda dan gejala dari sindrom ini biasanya berupa rasa khawatir dan curiga yang konstan. Menanyakan berulang kali tentang kegiatan dan lokasi pasangan. Memeriksa ponsel atau email pasangan tanpa izin. Serta melakukan penyelidikan sendiri untuk “membuktikan” perselingkuhan yang sebenarnya tidak ada.

Jadi, kamu merasa bahwa cemburu yang kamu rasakan sudah mengganggu aktivitas sehari-hari, dan membuatmu terobsesi untuk terus mencari-cari “bukti” perselingkuhan. Maka bisa jadi kamu mengalami Othello Syndrome.

Apa Yang Dimaksud Dengan Cemburu Menjadi Waham

Jadi, berdasarkan konteks psikologi, cemburu menjadi waham berarti cemburu yang sudah mencapai tingkat parah. Karena tidak lagi berdasarkan fakta atau realitas, namun lebih kepada persepsi yang salah dan berlebihan tentang realitas tersebut.

Dalam konteks ini, kita ambil contoh misalkan kamu melihat pasanganmu sedang tertawa melihat ponselnya. Seandainya ini adalah situasi normal. Maka kamu mungkin hanya berpikir bahwa pasanganmu mungkin sedang membaca sesuatu yang lucu atau menonton video yang menghibur.

Namun, dalam kasus cemburu yang telah berubah menjadi waham. Pikiranmu bisa berputar ke arah yang berbeda. Kamu mungkin mulai berpikir bahwa pasanganmu sedang tertawa karena pesan dari orang lain. Bahkan meski sejatinya tidak ada bukti yang mengarah ke sana.

Artinya, dalam keadaan ini, cemburu yang kamu rasakan tidak lagi didasari oleh fakta yang konkret. Namun malah berubah menjadi sebuah kenyakinan yang kuat berdasarkan skenario yang dibuat oleh pikiranmu sendiri.

Intinya, cemburu menjadi waham membawa kita ke suatu tahap di mana kita melihat dunia melalui kacamata kecurigaan dan paranoia. Sehingga ini bisa sangat mempengaruhi kualitas hubungan kita dengan pasangan, dan kesehatan mental kita secara umum. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenali masalah ini. Dan mencari pertolongan profesional ketika merasa cemburu telah berubah menjadi waham.

Bagaimana Psikologi Menjelaskan Cemburu Menjadi Waham Dalam Konteks Othello Syndrome?

Psikologi memandang cemburu sebagai sebuah emosi normal yang dirasakan oleh semua orang. Namun, bila cemburu ini terus menerus ditumbuhkan, terutama berdasar pada asumsi atau kecurigaan palsu, inilah yang bisa menjadi masalah besar.

Rasa cemburu bisa berubah menjadi waham dalam konteks Othello Syndrome. Presentase kejadian ini biasanya lebih besar pada seseorang yang memiliki riwayat gangguan jiwa, trauma emosional, atau tekanan kehidupan yang berlebihan. Dalam kondisi ini, cemburu yang awalnya mungkin terasa normal. Berlahan bisa menjadi obsesi dan akhirnya berubah menjadi waham. Kamu mungkin akan merasa ada ‘bukti’ ketidaksetiaan pasanganmu meskipun sebenarnya tidak ada.

Bayangkan ini, kamu merasa pasanganmu selingkuh karena melihat dia menulis pesan panjang di ponselnya. Padahal, bisa jadi dia hanya sedang menulis jurnal harian atau artikel. Namun, pikiranmu sudah terobsesi dengan ide selingkuh. Sehingga  kamu menemukan cara untuk membenarkan rasa curigamu tersebut. Setiap kali pasanganmu menjawab telepon, meninggalkan ruangan, atau bahkan hanya tersenyum pada ponselnya. Kamu merasa itu adalah ‘bukti’ perselingkuhan. Itulah bagaimana cemburu bisa berubah menjadi waham dalam konteks Othello Syndrome.

Penting untuk kita pahami bahwa Othello Syndrome adalah gangguan serius dan bukan hanya tentang “cemburu buta”. Itu bukanlah hal yang sepele dan memerlukan penanganan yang tepat. Ingat, mencari bantuan profesional bukanlah tanda kelemahan, melainkan keberanian untuk memperbaiki diri dan hidupmu.

Baca Artikel Kami Lainnya: Megalomania: Gangguan Psikologis Apa Saja Yang Terkait Dengan Waham Kebesaran

Artikel oleh: Logos Indonesia.

Comment