Peran Dan Fungsi Konformitas Dalam Membangun Harmoni Sosial

Setiap masyarakat memiliki nilai dan norma. Nah, nilai dan norma ini sebenarnya terbentuk dari proses konformitas masal lho.

Relationship, Sosial2224 Views

Logos IndonesiaApakah kamu pernah mendengar kata ‘konformitas’? Konformitas adalah proses penyesuaian diri kita terhadap aturan atau tata cara bersikap yang ada di lingkungan kita. Kamu bisa bayangkan, konformitas ini mirip layaknya puzzle yang membantu kita menyesuaikan diri di sebuah grup atau komunitas baru. Misalkan saja ketika kamu masuk ke sekolah atau pekerjaan baru.  Maka kamu pasti mencoba mengerti dan mengikuti aturan yang berlaku di sana untuk bisa diterima dan merasa nyaman. Nah, itulah fungsi utama konformitas, yaitu menjaga dan membangun harmoni sosial.

Kita semua tahu bahwa setiap masyarakat memiliki nilai dan norma sendiri-sendiri, kan? Nah, nilai dan norma ini sebenarnya terbentuk dari proses konformitas masal lho. Misalnya seperti norma mengantri, atau nilai saling menghargai antara sesama. Semua ini adalah contoh konformitas yang kita lakukan secara bersama untuk menciptakan suasana yang harmonis dan nyaman di lingkungan kita. Jadi, bisa dibilang konformitas ini adalah perekat yang menjaga stabilitas dan harmoni dalam sebuah komunitas atau masyarakat.

Baca Artikel Kami Lainnya: Konformitas dan Empati yang Menular: Bagaimana Konformitas Bisa Mempengaruhi Tingkat Empati Seseorang?

Namun, penting untuk diingat bahwa konformitas bukan berarti kita harus sepenuhnya menelan apa yang telah ada. Setiap orang punya hak untuk menyampaikan pendapat dan pandangan mereka sendiri. Konformitas di sini lebih ditujukan untuk menciptakan suasana saling menghargai dan memahami antar anggota komunitas. Dengan pemahaman yang benar tentang konformitas, kita bisa menjaga harmoni sosial tanpa harus kehilangan keunikan dan keberagaman kita masing-masing. Jadi, yuk, kita ciptakan harmonisasi dalam keberagaman dengan konformitas yang sehat!

Konformitas: Jembatan Penyesuaian Diri ke Lingkungan Baru

Pertama-tama, mari kita bahas bagaimana konformitas bisa menjadi jembatan penyesuaian diri ke lingkungan atau grup baru. Kamu mungkin pernah merasakan betapa bingung dan canggungnya saat pertama kali menginjakkan kaki di sekolah atau pekerjaan baru, kan? Tapi, kamu pasti juga merasakan betapa leganya setelah menyesuaikan diri dan akhirnya menjadi bagian dari lingkungan tersebut. Nah, itulah peran konformitas.

Setiap komunitas memiliki aturan dan norma yang mengatur bagaimana kita seharusnya bertindak atau berpikir. Misalnya, ketika kamu baru pindah sekolah, ada aturan-aturan tertentu yang mungkin berbeda dari sekolah lama kamu. Ketika kamu mengikuti aturan-aturan tersebut, secara tidak langsung kamu sudah mengkonformasi perilaku dan sikap kamu dengan lingkungan baru tersebut. Langkah ini membuat kamu lebih diterima oleh teman-teman sekelas baru dan mampu menciptakan rasa nyaman dan harmonis dalam kelas.

Konformitas dalam Membentuk dan Mempertahankan Nilai dan Norma Sosial

Konformitas juga berperan penting dalam membentuk dan mempertahankan nilai serta norma dalam masyarakat kita. Sebagai contoh, nilai kita tentang menghormati yang lebih tua dan norma kita tentang antri saat menunggu giliran, semua itu ada dan bisa bertahan karena konformitas.

Kita sebagai masyarakat atau kelompok sosial, secara bersama-sama mematuhi dan menjalankan nilai dan norma ini. Layaknya aturan tak tertulis yang dibuat bersama untuk kebaikan bersama. Kita ‘konform’ terhadap nilai dan norma ini karena kita paham pentingnya hal tersebut dalam menciptakan keharmonisan dalam masyarakat. Dengan begitu, konformitas membantu kita menjaga stabilitas sosial dan menciptakan norma-norma yang diterima dan dihormati oleh semua anggota komunitas.

Konformitas Melalui Imitasi dan Pembelajaran: Lintasan Memahami Dunia

Konformitas tidak hanya berarti mengikuti aturan yang ada, tapi juga proses belajar dan meniru dari lingkungan kita. Sejak kita masih kecil, kita sudah ‘diprogram’ untuk belajar dari lingkungan sekitar, baik itu dari orang tua kita, guru di sekolah, atau teman-teman kita. Setiap interaksi, setiap perilaku yang kita amati, semuanya membantu kita dalam proses belajar dan memahami dunia ini.

Nah, kamu pasti ingat saat kamu masih kecil atau saat melihat adik atau keponakanmu, kalau mereka sering meniru apa yang orang lain lakukan, kan? Nah, itu adalah bentuk sederhana dari konformitas. Kita belajar norma dan nilai sosial yang berlaku di lingkungan kita melalui proses imitasi atau peniruan ini. Dengan meniru apa yang orang lain lakukan, kita mendapatkan pemahaman tentang apa yang dianggap ‘baik’ atau ‘diterima’ dalam konteks sosial dan budaya kita. Oleh karena itulah, penting untuk memberikan contoh perilaku yang baik dan positif kepada lingkungan sekitar kita, terutama bagi mereka yang masih dalam tahap belajar, seperti anak-anak.

Konformitas dan Kebebasan Berpendapat: Saling Menghargai dalam Keberagaman

Walau konformitas penting untuk menjaga keharmonisan dalam masyarakat, bukan berarti kita harus selalu menyetujui segala hal. Kebebasan untuk memiliki pendapat atau pandangan yang berbeda adalah hak yang dimiliki setiap individu. Pasti ada saatnya di mana kita punya perspektif yang berbeda dari orang lain, dan itu adalah hal yang wajar dan sehat. Konformitas bukan tentang menciptakan kesamaan dalam tiap pikiran dan tindakan, tapi lebih kepada bagaimana kita bisa hidup berdampingan dalam kondisi yang nyaman dan saling menghargai antar sesama, meski ada perbedaan di antara kita.

Dengan kata lain, konformitas bukanlah tentang kehilangan identitas diri, tapi lebih kepada bagaimana kita bisa sama-sama menjaga harmoni dalam keberagaman. Jadi, meski konformitas penting dalam membangun harmoni sosial, kamu juga tetap punya hak untuk berpikir dan berkomentar sesuai dengan keyakinan kamu.

Baca Artikel Kami Lainnya: Mengulik Fenomena Konformitas pada Seruan Aksi Bela Palestina

Artikel oleh: Logos Indonesia.