Bahaya Social Loafing Terhadap Kinerja Kerja Karyawan

Social loafing atau yang biasa dikenal dengan kemalasan sosial membawa dampak negatif bagi perusahaan, tim, bahkan individu itu sendiri. Dengan demikian, fenomena ini tidak boleh dibiarkan berkelanjutan.

PIO2609 Views

Logos Indonesia – Apakah di tempat kerjamu terdapat karyawan yang sering tiba-tiba menghilang saat dibutuhkan tim? Atau dia jarang membuka email atau pesan yang berhubungan dengan pekerjaan? Bisa jadi rekan kerjamu sedang mengalami fenomena social loafing.

Peristiwa semacam ini cukup sering dijumpai, baik di lingkungan pekerjaan, maupun di lingkungan sekolah atau kampus. Walaupun bukan kamu yang mengalami fenomena tersebut, paling tidak kamu pernah menjumpai rekan yang melakukan social loafing.

Pada artikel ini, kita akan membahas mengenai apa itu social loafing, penyebab munculnya social loafing, dan dampak dari social loafing.

Apa Itu Social Loafing?

Apa Itu Social Loafing
Apa Itu Social Loafing

Social loafing atau yang biasa dikenal dengan kemalasan sosial merupakan bentuk dari menurunnya kinerja kerja seseorang yang diakibatkan oleh keberadaan orang lain dalam kelompok ketika mengerjakan satu tugas yang sama.

Baron dan Byrne mengemukakan bahwa social loafing adalah membiarkan orang lain melakukan pekerjaan saat menjadi bagian dari kelompok. Social loafing dapat terjadi pada bidang pekerjaan apapun, baik itu pekerjaan fisik maupun pekerjaan yang melibatkan kognitif.

Umumnya orang yang mengalami social loafing bisa bekerja dengan baik jika pekerjaan tersebut dilakukan secara individu. Lain halnya jika pekerjaan tersebut merupakan tugas tim, orang dengan social loafing cenderung akan menurunkan beban tugasnya dan membiarkan orang lain untuk mengerjakannya.

Social loafing ini tidak jarang ditemui di tempat kerja, terutama terhadap pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan kerja tim. Adanya kecenderungan social loafing dari salah satu rekan kerja perlu menjadi perhatian bagi atasan ataupun HRD, pasalnya hal ini dapat mempengaruhi kinerja kerja dan hasil kerja dari tim tersebut.

Penyebab Munculnya Social Loafing

Penyebab Munculnya Social Loafing
Penyebab Munculnya Social Loafing

Social loafing tentunya terjadi bukan tanpa penyebab apapun. Menurut Latane, Williams dan Harkins pada tahun 1979, terdapat beberapa penyebab terjadinya social loafing, yaitu:

Atribusi dan kesetaraan

Atribusi yang terjadi dapat membuat orang bertindak malas akibat merasa orang lain tidak kompeten dan tidak ada gunanya menyalurkan seluruh kemampuan yang ada untuk menyelesaikan tugas.

Pengaturan target yang tidak maksimal

Tidak jarang perusahaan menentukan target jauh di bawah kemampuan seseorang. Hal ini akan membuat karyawan melakukan social loafing karena menganggap target yang diberikan cukup mudah untuk terealisasi. Orang yang melakukan social loafing beranggapan bahwa tanpa kontribusi yang diberikan terhadap tim, rekannya akan mampu memenuhi target yang diberikan.

Kontingensi tidak seimbang

Karyawan bisa melakukan social loafing karena menganggap usaha yang dikeluarkan akan sia-sia karena tidak sesuai dengan hasil yang didapatkan. Hal ini dikarenakan karyawan berada di dalam kelompok.

Evaluasi kelompok

Tidak jarang perusahaan melupakan evaluasi kelompok. Hal ini dapat membuat karyawan melakukan social loafing karena tidak adanya evaluasi kinerja yang dilakukan.

Kohesi kelompok

Ada kalanya kita tidak mengenal anggota tim dari proyek yang dibebankan kepada kita. Umumnya hal ini terjadi di awal-awal kita bekerja. Tidak mengenal anggota tim terkadang membuat karyawan melakukan social loafing.

Baca Artikel Kami Lainnya : Pengaruh Body Positivity Terhadap Kesehatan Mental

Distribusi Keadilan

Hasil dari kerja tim yang tidak didistribusikan secara adil sering kali membuat karyawan melakukan social loafing. Misalnya bonus yang diberikan karena keberhasilan project yang dibagikan secara tidak merata ke seluruh anggota tim.

Kolektivitas Individu

Karyawan yang berasal dari budaya individualis cenderung akan melakukan social loafing dari pada karyawan yang berasal dari budaya kolektivis. Sebab, karyawan dengan budaya kolektivis akan lebih berorientasi pada tim dan menganggap kerja tim merupakan hal yang penting.

Kinerja rekan kerja

Adanya anggapan bahwa karyawan lain lebih memiliki kinerja kerja yang tinggi cenderung membuat karyawan lain melakukan social loafing. Hal ini disebabkan pandangan bahwa tanpa bantuannya, karyawan dengan kinerja yang baik itu dapat menyelesaikan segalanya.

Motivasi berprestasi

Tidak semua karyawan memiliki motivasi berprestasi. Hal ini perlu menjadi perhatian petinggi perusahaan atau HRD. Pasalnya, mereka dengan motivasi yang rendah ada kecenderungan melakukan social loafing.

Ukuran tim

Semakin banyak anggota dari tim yang ada, maka semakin besar juga kemungkinan karyawan melakukan social loafing. Hal ini terjadi karena beban kerja akan dibagikan dengan banyak orang.

Dampak Social Loafing

Dampak Social Loafing
Dampak Social Loafing

Adanya social loafing tentunya mengakibatkan berbagai dampak, baik untuk perusahaan, tim, maupun diri sendiri. Berikut dampak dari social loafing:

Menurunkan semangat tim

Jika salah satu atau beberapa anggota tim ada yang mengalami fenomena social loafing akan berdampak terhadap penurunan semangat seluruh tim. Hasilnya, kinerja kerja dan hasil kerja akan ikut menurun.

Memberikan kesan negatif

Tidak ada satu karyawan pun yang senang bila berada satu tim dengan orang yang bermalas-malasan. Tindakan itu akan membuat orang lain memberikan kesan negatif terhadap kinerja kerjamu. Walaupun sebenarnya kamu mampu untuk bekerja lebih baik.

Menghambat pengembangan

Jika kamu tidak berkontribusi lebih terhadap pekerjaan tim, bagaimana atasan dapat mengetahui performa kerja mu? Tentunya dengan social loafing kamu hanya akan menyembunyikan bakatmu dan menghambat perkembangan karirmu.

Pemborosan SDM

Bagi perusahaan, adanya karyawan yang melakukan social loafing merupakan pemborosan sumber daya manusia. Sebab, ada dan tidak adanya karyawan tersebut tidak menjadi masalah bagi hasil kerja dari tim yang ada.

Dari pemaparan di atas, fenomena social loafing ini membawa dampak buruk bagi semua orang, termasuk diri sendiri. Dengan demikian, kamu kamu sedang mengalami fenomena ini tidak ada salahnya untuk mengunjungi Klinik Konsultasi Psikologi. Jika kamu seorang HRD atau pemimpin perusahaan dan menemukan fenomena social loafing terhadap karyawan, ada baiknya mengunjungi Konsultan HRD. Dengan demikian, permasalah sumber daya manusia akan terbantu.

Baca Artikel Kami Lainnya : Mengenal Sadfishing dan Bahayanya Bagi Kesehatan Mental