Distorsi Kognitif, ketika pikiranmu Menipu dirimu sendiri

Selama distorsi kognitif kita dibiarkan tanpa kendali, kita dapat merasa lebih sedih, lebih takut, atau lebih marah daripada yang seharusnya.

Logos Indonesia – Pernahkah kamu merasa dirimu selalu bersikap negatif atau merasa kamu membuat kesalahan yang sama? Jika jawabannya ya, bisa jadi kamu sedang mengalami distorsi kognitif.

Distorsi kognitif adalah cara otak kita menipu kita. Ya, kamu tidak salah baca. Otak kita sesekali suka bermain trick atau memberikan kita informasi yang tidak sepenuhnya benar tentang apa yang sebenarnya terjadi. Ada berbagai cara pikiran kita bisa menipu kita. Dari pola berpikir “hitam putih” hingga menyimpulkan sesuatu berdasarkan asumsi yang tidak tepat. Menyadari distorsi kognitif ini penting untuk menjaga kesehatan mental kita.

Nah, mengapa kita perlu membahas distorsi kognitif? Alasannya sederhana. Selama distorsi kognitif kita dibiarkan tanpa kendali, kita dapat merasa lebih sedih, lebih takut, atau lebih marah daripada yang seharusnya. Bukan itu saja, distorsi kognitif juga bisa membuat kita membuat keputusan yang buruk dan merusak hubungan kita. Jadi, sebuah pembahasan tentang distorsi kognitif tentunya akan membantu kita menghadapi masalah kita lebih baik. Dan tentu saja juga akan memperkaya pengetahuan kita.

Apa sih itu Distorsi kognitif?

Gimana ya, coba bayangkan kamu punya kacamata hitam khusus. Setiap kamu memakainya, segala sesuatu tampak lebih gelap, bahkan saat matahari bersinar terang. Nah, distorsi kognitif kurang lebih seperti itu. Itu adalah cara pikiran kita memandang dunia dari sudut pandang yang tidak realistis atau negatif. Mirip dengan kacamata hitam tadi, pikiran kita terkadang memberikan kita gambaran yang gelap atau negatif tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Secara sederhana, distorsi kognitif adalah pola pikiran yang salah, tidak biasa, dan tidak realistis. Yang pada gilirannya mempengaruhi perilaku kita. Distorsi ini bisa muncul dalam berbagai bentuk. Dan dapat membuat kita merasakan stres, kecemasan, atau kekecewaan yang berlebihan.

Baca Artikel Kami Lainnya: Mitos dan Fakta Mengenai Sindrom Tourette

Ketika kamu merasa kamu selalu gagal dalam segala hal, bisa jadi itu adalah distorsi kognitif yang sedang bermain-main dengan pikiranmu. Jadi, mendalaminya dan mengenali cara kerjanya bisa membantu kita melawan perasaan-perasaan negatif yang bisa muncul akibat distorsi kognitif ini. Tenang, kita bisa kok memakai ‘kacamata’ baru yang bisa membantu kita melihat dunia dari sudut pandang yang lebih realistis!

Contoh Distorsi Kognitif dalam Kehidupan Sehari-hari

Sekarang kita sudah tahu apa itu distorsi kognitif. Tapi apa contoh-contoh konkretnya dalam kehidupan sehari-hari? Yuk, kita bahas beberapa contoh.

A. Hubungan Sosial dan Percintaan

Kamu pernah gak merasa kalau temanmu marah padamu hanya karena dia nggak membalas chatmu dengan cepat? Atau merasa pasanganmu nggak mencintaimu lagi hanya karena dia lupa mengucapkan cinta padamu di satu hari? Ini adalah contoh distorsi kognitif dalam hubungan sosial dan percintaan. Kamu seolah-olah membaca pikiran orang lain dan membuat asumsi negatif. Padahal, mungkin saja temanmu lagi sibuk atau pasanganmu lupa karena dia stress dengan kerjaannya.

B. Studi atau Karier

Nah, di dalam studi atau karier juga sering kita temui distorsi kognitif. Contohnya, kamu mungkin merasa kalau kamu akan gagal dalam ujian cuma karena kamu nggak bisa menjawab satu atau dua pertanyaan. Atau merasa kalau kamu akan dipecat hanya karena satu kesalahan kecil di tempat kerja. Ini merupakan contoh “catastrophizing”, yaitu ketika kita membayangkan skenario terburuk dalam situasi apa pun.

C. Kesehatan Mental

Distorsi Kognitif juga berperan dalam kesehatan mental kita. Misalnya, kamu mungkin merasa tidak ada yang menyukaimu hanya karena orang yang kamu sukai nggak meresponsmu seperti yang kamu harapkan. Atau merasa takut akan dicampakkan oleh teman-temanmu hanya karena mereka nggak mengajakmu ikut dalam suatu kegiatan.

Ini hanya beberapa contoh. Tetapi, sebenarnya masih banyak lagi situasi dan konteks dimana distorsi kognitif bisa muncul. Itulah sebabnya, penting bagi kita untuk belajar mengenali pola pikir ini. Dengan cara itu, kita bisa berusaha memandang situasi dengan lebih realistis dan keseimbangan emosi kita pun bisa lebih terjaga.

Dampak Distorsi Kognitif

Kini kita sudah tahu apa itu distorsi kognitif dan beberapa contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Sekarang, yuk kita bahas apa dampaknya bila pola pikir seperti ini terus menerus kita biarkan.

A. Pengaruh terhadap Emosi

Pertama, tentu saja distorsi kognitif bisa sangat mempengaruhi emosi kita. Misalnya, merasa gagal terus-menerus hanya karena satu hal kecil yang tidak berjalan sesuai rencana. Kemudian kamu merasa sedih dan kecewa. Atau merasa takut akan dicampakkan oleh teman-teman hanya karena mereka nggak mengajak kita dalam suatu kegiatan bisa membuat kita cemas. Jelas kan, kalau distorsi kognitif ini bisa bikin emosi kita jadi roller-coaster.

B. Pengaruh terhadap Keputusan

Kemudian, yuk kita bahas pengaruh distorsi kognitif terhadap keputusan yang kita buat. Misalnya, bila kita terus-menerus merasa takut gagal. Maka kita bisa jadi takut untuk mencoba hal baru atau mengambil risiko. Padahal hal itu mungkin bisa memberikan kita banyak peluang dan pengalaman yang berharga.

C. Gangguan Kesehatan Mental yang Mungkin Muncul

Distorsi kognitif yang berlarut-larut dan tanpa kita sadari bisa menimbulkan gangguan kesehatan mental. Beberapa contohnya adalah depresi, gangguan kecemasan, dan gangguan stres pascatrauma.

Baca Artikel Kami Lainnya: Hubungan Sindrom Tourette dan Gangguan Pengendalian Gerak

Artikel oleh: Logos Indonesia.

Comment