Kenapa Lamunan atau Daydreaming Bisa Menjadi Pelarian Diri dari Stres?

Jadi, kita akan membahas lebih lanjut kenapa dan bagaimana lamunan bisa menjadi salah satu bentuk pelarian diri dari stres.

Biopsikologi, Sosial1657 Views

Logos Indonesia – Kadang, dalam keramaian aktivitas sehari-hari, kamu pasti pernah merasakan detik-detik di mana pikiranmu mulai pergi ke tempat yang jauh. Kamu bisa membayangkan ke masa lalu, masa depan, atau mungkin ke dunia lain yang mungkin hanya ada dalam imajinasimu. Itulah yang kita sebut dengan lamunan atau daydreaming. Lamunan sendiri seringkali dianggap sebagai sesuatu yang membuat kita teralih dari apa yang seharusnya kita kerjakan. Namun, tahukah kamu bahwa lamunan bisa menjadi pelarian yang efektif dari stres?

Pasalnya, dalam kehidupan yang penuh tantangan dan tekanan, stres menjadi hal yang hampir tidak bisa dihindari. Kita semua mencari cara untuk mengatasi dan mengurangi stress. Maka salah satu caranya yang mungkin tidak kamu sadari adalah melalui lamunan. Meski terdengar sederhana, namun efeknya bisa sangat kuat, lho.

Sebenarnya, ini semua dibarengi dengan bagaimana otak kita bekerja. Ketika kita merasa stres, bagian otak kita yang disebut amigdala (pusat emosi kita) menjadi sangat aktif. Di saat yang sama, bagian otak yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan dan kepemilikan kita (prefrontal cortex) menjadi kurang aktif. Uniknya, saat kita melamun, prefrontal cortex kita menjadi lebih aktif dan ini membantu kita dalam meredakan stres. Jadi, melalui artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut kenapa dan bagaimana lamunan bisa menjadi salah satu bentuk pelarian diri dari stres. Yuk, simak penjelasan berikut ini!

Definisi Lamunan

Jadi, apa sih yang dimaksud dengan lamunan? Lamunan, atau yang dalam istilah psikologi dikenal dengan sebutan daydreaming. Lamunan adalah suatu keadaan ketika kita tengah terlarut dalam pikiran atau imajinasi kita sendiri. Sehingga seringkali berhubungan dengan hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan situasi atau aktivitas yang sedang kita lakukan. Lamunan adalah momen ketika kamu merasa seolah-olah ‘hilang’ dari realitas untuk sementara waktu. Kita bisa melamun saat sedang naik bus, duduk di kelas, bahkan saat sedang mengerjakan tugas sekalipun.

Hubungan antara Lamunan dengan Penurunan Stres

Beberapa kajian ilmiah telah menunjukkan bahwa lamunan bisa membantu kita meredakan stres. Selain itu, lamunan juga membantu kita ‘melarikan’ diri dari situasi yang menimbulkan stres. Misalnya, saat kita berada dalam situasi sulit atau punya masalah yang mengganggu pikiran kita. Maka melamun akan mengarahkan perhatian kita ke tempat yang lebih menyenangkan dan aman. Seperti mengingat kenangan bahagia atau memikirkan impian masa depan. Dalam proses tersebut, kita akan merasa lebih tenang. Sehingga stres yang tadinya menghimpit bisa mereda, meski hanya untuk sementara waktu.

Penting juga diingat bahwa lamunan ini bukan berarti kita lari dari masalah secara permanen. Melainkan, saat kita melamun, kita memberikan kesempatan pada diri untuk ‘beristirahat’ dari tekanan yang ada. Sehingga setelah itu, kita bisa kembali menghadapi situasi tersebut dengan perasaan yang lebih baik.

Lamunan Sebagai Cara Mengatur Emosi

Bukan hanya membantu meredakan stres, lamunan juga memainkan peran penting dalam mengendalikan dan mengolah emosi kita. Bagaimana caranya? Nah, saat kita melamun, kita seringkali terbawa ke dalam pikiran tentang masa lalu atau masa depan. Meskipun tidak selamanya positif, namun proses ini membantu kita untuk secara rutin ‘menghadapi’ dan ‘memproses’ pengalaman dan emosi kita. Sehingga bisa membantu kita dalam mengatur emosi dengan lebih baik.

Jika kamu pernah merasa sedih dan kemudian terlarut dalam lamunan tentang kenangan-kenangan bahagia. Maka kamu mungkin merasakan bagaimana lamunan tersebut membantumu merasa lebih baik. Atau sebaliknya, jika kamu merasa sangat gembira dan kemudian melamun tentang tantangan yang pernah kamu hadapi. Maka lamunan itu mungkin membantumu untuk tetap rendah hati dan mempertahankan perspektif yang realistis.

Baca Artikel Kami Lainnya: Terapi Psikologis: Analisis Mimpi Menurut Carl Jung

Sebagai contoh, seseorang yang sedang merasa bersalah mungkin melamun tentang dialog pengampunan, baik itu dengan diri sendiri atau orang lain. Dalam proses ini, dia mungkin merasakan pelepasan emosi negatif dan merasa lebih tenang. Atau, seseorang yang sedang merasa marah mungkin melamun tentang situasi yang berbeda di mana semua orang saling menghargai. Dan itu membantunya merasa lebih damai.

Itulah mengapa lamunan bisa membantu kita dalam mengendalikan dan mengolah emosi. Meski terkadang dianggap sebagai suatu yang negatif atau mengganggu. Tapi ternyata lamunan memiliki manfaat yang nyata dalam membantu kita untuk lebih baik dalam menghadapi masalah dan mengatur emosi.

Menjaga Keseimbangan: Lamunan Sebagai Pelarian vs. Tanggung Jawab Keseharian

Meskipun penting untuk memberikan diri kita ruang untuk melamun, tentu kita juga tidak bisa mengabaikan tugas dan kewajiban sehari-hari. Bagaimana cara menjaga keseimbangannya?

Pertama, ingatlah bahwa lamunan seharusnya tidak mengganggu produktivitas kamu. Lamunan sebaiknya menjadi semacam ‘istirahat mental’ yang memberikan kesejukan dan pembaruan pikiran. Jadi, jika kamu merasa bahwa lamunan sudah mulai mengganggu kinerja kerja atau tugas lainnya. Pertimbangkan untuk membatasi waktu untuk melamun dan fokuslah pada apa yang perlu diselesaikan.

Kedua, coba manfaatkan momen ‘istirahat sejenak’ sebagai waktu untuk melamun. Misalnya, saat kamu sedang istirahat makan siang, atau sedang menunggu bis, atau sebelum tidur. Waktu-waktu ini biasanya adalah saat kita secara alami cenderung melamun. Jadi, mengapa tidak memanfaatkannya?

Terakhir, jika kamu menemukan diri kamu sering terjebak dalam lamunan negatif atau yang membuat kamu merasa cemas. Cobalah untuk mengarahkan lamunan kamu ke arah yang lebih positif. Ingatlah momen-momen bahagia, bayangkan impian kamu, atau pikirkan tentang hal-hal menyenangkan yang ingin kamu lakukan di masa depan. Cara ini biasanya cukup efektif untuk meredakan stres.

Jadi, tidak perlu merasa bersalah jika sesekali meluangkan waktu untuk melamun. Asalkan, jangan lupa untuk kembali ke dunia nyata dan menyelesaikan apa yang perlu dilakukan. Selamat melamun!

Baca Artikel Kami Lainnya: Penjelasan Teori Psikologi Mengenai Othello Syndrome. Cemburu Menjadi Waham

Artikel oleh: Logos Indonesia.

Comment