Mengulik tentang Daydreaming: Apakah Melamun di Siang Hari itu Wajar?

Apakah melamun di siang hari itu sesuatu yang normal dan wajar, atau justru menandakan sesuatu yang salah dalam kehidupan kita?

Biopsikologi, Sosial2021 Views

Logos Indonesia – Pernah merasa tengah melakukan sesuatu, kemudian tiba-tiba otakmu berkelana jauh hingga lupa waktu? Jika jawabannya ‘ya’. Maka Kamu sedang mengalami yang namanya daydreaming, atau lebih dikenal dengan sebutan melamun. Fenomena ini biasa terjadi pada kita semua, dan seringkali terjadi di siang hari saat pikiran kita mulai lelah.

Daydreaming adalah aktivitas mental yang membuat kita terhanyut dalam aliran pikiran dan imajinasi dapat mengembara secara bebas. Tidak jarang, pikiran kita sering menjelajah dunia atau situasi yang berbeda dari realitas saat itu. Baik itu berimajinasi menjadi superhero, berbicara dengan crush, sampai membayangkan liburan impian di pantai yang indah. Kamu pernah mengalami hal semacam itu, bukan?

Namun, perlukah kita khawatir? Apakah melamun di siang hari itu sesuatu yang normal dan wajar, atau justru menandakan sesuatu yang salah dalam kehidupan kita? Temukan jawabannya dalam pembahasan artikel ini.

Apa yang Terjadi Saat Kita Melamun?

Sebagai penumpang di kereta pikiran kita, kita sering tidak sadar bagaimana proses melamun terjadi dalam otak kita. Padahal, melamun bukanlah aktivitas sepele. Ketika kamu tengah melamun, otak kamu sedang bekerja lebih keras dibanding saat kamu mengerjakan tugas sehari-hari. Otak mengaktifkan jaringan default mode. Bagian otak ini yang terlibat dalam pemikiran introspektif seperti berfikir tentang masa lalu, memikirkan masa depan, dan memahami pikiran orang lain.

Saat melamun, kita mampu menyatukan ide-ide atau pengalaman yang sebelumnya nampak tidak berkaitan. Dari sini, kita bisa menemukan hubungan baru atau solusi yang tidak terduga.

Melalui daydreaming, kita bisa memikirkan dan merencanakan masa depan. Seperti tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Kita akan membayangkan berbagai skenario yang mungkin terjadi dan bagaimana cara menghadapinya.

Baca Artikel Kami Lainnya: Terapi Psikologis: Analisis Mimpi Menurut Carl Jung

Ketika melamun, otak kita diberi “ruang” untuk bereksplorasi secara bebas. Hal ini membuat kita bisa menyelami ide-ide kreatif yang sebelumnya terpendam.

Lalu, apa yang menjadi fokus pikiran kita saat melamun? Sebenarnya, tidak ada batasan spesifik untuk ini. Bisa saja kita melamun tentang film yang baru saja kita tonton. Berimajinasi memberikan pidato inspiratif di depan banyak orang. Bahkan merenungkan makna hidup. Ya, daydreaming bisa sangat filosofis jika kita membiarkannya mengalir secara bebas.

Apakah Melamun itu Wajar?

Menurut para ahli, daydreaming atau melamun adalah hal yang wajar dan normal terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Daydreaming adalah komponen penting untuk kreativitas, inovasi, dan problem solving. Karena aktivitas ini mengaktifkan jaringan default mode di otak kita. Jaringan default mode ini berperan dalam pemikiran imajinatif dan merencanakan masa depan.

Ingat, melamun itu wajar, tapi jangan sampai berlebihan. Jadikan daydreaming sebagai penyemangat hidup dan sumber inspirasi, bukan sebagai pelarian dari kenyataan. Jaga keseimbangan antara melamun dan menghadapi dunia nyata agar kamu bisa tetap produktif dan menjalin hubungan interpersonal yang baik.

Daydreaming Sebagai Bagian dari Proses Berpikir Manusia

Daydreaming sebenarnya merupakan bagian dari proses berpikir kita. Saat kita berdaydream, kita sebenarnya sedang menjalankan suatu bentuk pemikiran non-konstruktif. Di mana pikiran kita bebas berkeliaran tanpa adanya tekanan atau batasan dari luar. Proses ini bisa membantu kita dalam mengeksplorasi ide-ide baru dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan.

Dengan demikian, rupanya kita tidak perlu merasa bersalah atau khawatir jika sesekali kita terbawa dalam arus daydreaming. Ini adalah bagian dari diri kita sebagai manusia. Yang penting adalah, kita harus bisa mengendalikannya agar aktivitas daydreaming ini tidak mengganggu produktivitas dan kehidupan sosial kita.

Berdaydream yang sehat adalah ketika kita bisa memanfaatkan momen-momen tersebut untuk relaksasi dan merilekskan pikiran. Kita mampu merencanakan masa depan, atau bahkan menyelami ide-ide kreatif dari proses melamun tadi. Jadi, pastikan bahwa waktu berkhayal kamu tidak menghalangi kamu dalam mencapai tujuan, menghadapi kenyataan hidup.

Cara Membatasi Daydreaming agar Tidak Berlebihan

Siapa bilang melamun itu jelek? Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, melamun bisa jadi cara otak untuk berehat dan merangsang kreativitas. Tapi, seperti halnya makan kue, melamun juga harus dibatasi agar tak berlebihan. Berikut ini beberapa cara yang bisa kamu lakukan:

Olahraga

Olahraga ternyata tak hanya bermanfaat untuk tubuh, tapi juga untuk pikiran. Kamu bisa coba jogging atau yoga. Kedua aktivitas ini dapat membantu kamu untuk lebih fokus dan menenangkan pikiran.

Meditasi

Dengan meditasi, kamu bisa belajar memusatkan perhatian dan melatih diri untuk tidak terbawa arus pikiran. Mulai dengan sesi singkat, misalnya 5 menit setiap hari, kemudian tambah durasi sedikit demi sedikit.

Catat Pikiranmu

Jika pikiranmu mulai berkelana saat kamu sedang mengerjakan sesuatu, coba tulis saja ide-ide tersebut dalam buku catatan. Dengan begitu, kamu tetap bisa kembali fokus ke pekerjaan tanpa khawatir akan kehilangan ide brilian tersebut.

Ingat, segala sesuatu yang berlebihan tidak baik, termasuk melamun. Keseimbangan adalah kunci untuk memanfaatkan manfaat melamun tanpa harus terjebak dalam angan-angan semata. Jadi, yuk mulai atur waktu dan aktivitas kita dengan lebih baik agar bisa merasakan manfaat positif dari daydreaming!

Baca Artikel Kami Lainnya: Penjelasan Teori Psikologi Mengenai Othello Syndrome. Cemburu Menjadi Waham

Artikel oleh: Logos Indonesia.

Comment