Logos Indonesia –Pada tahun 2005, Orcutt, Pickett, dan Pope mengusulkan tahapan-tahapan dalam proses “forgiveness” atau memaafkan. Dalam penelitian mereka. Mereka mengidentifikasi empat fase yang umum terjadi dalam proses seseorang menuju memaafkan: yaitu uncovering, decision, work, deepening.
Dalam artikel ini, kita akan membahas masing-masing tahapan tersebut. Kemudian melihat contoh perilaku nyata yang dapat kita temukan dalam setiap tahapan tersebut.
Uncovering Phase
Tahap pertama dalam proses memaafkan adalah tahap uncovering. Pada tahap ini, kita mulai menyadari bahwa kita telah terluka oleh seseorang atau situasi tertentu. Kita mungkin mengalami kemarahan, kesedihan, atau kekecewaan yang dalam. Akibatnya kamu merasa di khianati, merasa terhina, atau merasa di perlakuan buruk.
Dalam tahap ini, perilaku nyata yang dapat kita temukan termasuk:
1. Ekspresi emosi yang kuat. Kita mungkin menunjukkan reaksi emosional yang intens. Seperti marah yang meluap-luap, kesedihan yang mendalam, atau kekecewaan yang tak terbendung.
2. Menyelidiki dan merenung. Kita pasti akan mencari tahu penyebab luka batin kita. Kita menggali ingatan dan pengalaman masa lalu untuk memahami lebih baik, mengapa kita merasa terluka.
3. Mengalami perubahan emosi yang fluktuatif. Selama tahap ini, kita mengalami fluktuasi emosi yang intens. Terkadang kita merasa lebih baik. Sedangkan pada saat lain kita dapat merasakan kesedihan atau marah yang mendalam. Hal ini adalah bagian normal dari proses pemulihan dan memaafkan.
4. Menghindari orang atau situasi yang terkait dengan luka batin. Kita cenderung menghindari orang yang telah melukai kita. Ataupun situasi yang memicu perasaan yang tidak menyenangkan. Hal ini dapat terjadi karena kita ingin melindungi diri kita dari rasa sakit. Dari rasa kemarahan yang muncul akibat interaksi dengan mereka.
Decision Phase
Setelah kita mengalami tahap uncovering. Sekarang kita sampai pada tahap keputusan atau decision. Pada tahap ini, kita merenungkan apakah kita ingin memaafkan orang yang telah melukai kita atau tidak. Ini adalah tahap penting dalam proses memaafkan. Karena kita harus memutuskan apakah kita siap untuk membebaskan rasa sakit dan kemarahan kita akibat kesalahan orang lain atau tidak.
Contoh perilaku nyata dalam tahap ini meliputi:
1. Evaluasi konsekuensi. Kita mempertimbangkan konsekuensi dari memaafkan atau tidak memaafkan. Apakah memaafkan akan membantu kita merasa lebih baik dan mendapatkan kedamaian batin. Ataukah menahan rasa sakit dan kemarahan kita lebih lama akan lebih baik.
2. Refleksi nilai-nilai pribadi. Kita mencermati nilai-nilai yang kita anut. Kemudian mempertimbangkan, apakah memaafkan sesuai dengan prinsip-prinsip dan keyakinan kita.
Work Phase
Setelah kita membuat keputusan untuk memaafkan, kita memasuki tahap work. Tahap ini melibatkan upaya sadar dari kerja keras untuk memahami dan mengatasi luka batin kita. Kita dapat mengambil langkah-langkah konkret untuk melibatkan diri dalam proses memaafkan dan pemulihan.
Perilaku nyata yang mungkin kita tunjukkan dalam tahap ini mencakup:
1. Berbagi dan berbicara. Kita dapat mencari dukungan dari orang-orang terpercaya. Seperti teman, anggota keluarga, atau profesional kesehatan mental. Berbicara tentang pengalaman kita dan mendapatkan sudut pandang dan saran dari orang lain. Hal itu dapat membantu kita mengatasi luka batin dengan lebih baik.
2. Merasakan empati. Kita berusaha untuk melihat situasi dari sudut pandang orang lain. Sehingga kita memahami alasan di balik perilaku mereka. Dengan melihat dari perspektif yang berbeda, kita dapat mencapai empati yang lebih besar. Jadi mempercepat proses memaafkan.
Outcome / Deepening Phase
Tahap terakhir dalam proses memaafkan adalah tahap Outcome / Deepening. Pada tahap ini, kita mulai merasakan kedamaian batin yang datang dengan memaafkan. Rasa sakit dan kemarahan yang kita alami mulai reda. Sehingga kita merasa lebih baik secara emosional dan spiritual.
Perilaku nyata yang dapat kita lihat dalam tahap ini meliputi:
1. Menerima perubahan. Kita menerima perubahan yang terjadi dalam diri kita setelah memaafkan. Kita mungkin merasa lebih lega, lebih terhubung dengan diri kita sendiri, dan lebih mampu memaafkan orang lain.
2. Menggunakan pengalaman untuk pertumbuhan. Kita melihat kembali pengalaman kita. Dari situ, kita mengambil pelajaran yang kita dapatkan untuk tumbuh dan berkembang sebagai individu. Pengalaman luka batin kita menjadi modal untuk kebijaksanaan dan kekuatan di masa depan.
Baca Artikel Kami Lainnya: Tips Agar Bisa Memaafkan Seseorang Yang Mengkhianatimu.
Proses memaafkan melibatkan beberapa tahapan yang dapat kita identifikasi dalam penelitian Orcutt, Pickett, dan Pope tahun 2005. Dalam setiap tahapan, kita dapat mengamati perilaku nyata yang mencerminkan perjalanan menuju memaafkan. Melalui pemahaman yang lebih baik tentang tahapan-tahapan ini, kita dapat memahami proses memaafkan dengan lebih baik. Sehingga kita bisa memanfaatkannya untuk mengatasi luka batin dan membangun kedamaian dalam diri kita. Dengan memahami proses memaafkan ini, kita dapat menemukan cara-cara untuk mengatasi luka batin kita. Kemudian kita bisa membangun hubungan yang lebih sehat dengan orang lain.