Logos Indonesia –Ketika seseorang memutuskan untuk menjalani proses konseling, ada banyak teknik yang dapat digunakan. Teknik-teknik konseling ini bertujuan untuk membantu klien mengembangkan potensi mereka. Sehingga membantu membuat pilihan cara mandiri untuk mencapai perubahan yang diinginkan.
Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa teknik konseling yang penting. Kemudian akan dijelaskan contoh penerapannya dalam hubungan konseling. Dengan memahami teknik-teknik ini. Maka kamu dapat memiliki wawasan yang lebih baik tentang bagaimana konseling dapat membantu dalam mengambil keputusan secara mandiri.
Attending – Mendengarkan Aktif
Teknik mendengarkan aktif atau Attending adalah keterampilan dasar dalam hubungan konseling. Hal ini melibatkan memberikan perhatian penuh kepada klien secara aktif. Konselor mendengarkan apa yang mereka sampaikan. Kemudian menunjukkan penerimaan diri yang tulus.
Contohnya, saat klien berbicara tentang pengalaman mereka. Konselor dapat menunjukkan ketertarikan dengan menganggukkan kepala. Selain itu menggunakan kontak mata dan memberikan respon verbal seperti,. “Ya, aku mengerti apa yang kamu rasakan”.
Refleksi – Menggambarkan Kembali Pikiran dan Perasaan Klien
Teknik Refleksi melibatkan menggambarkan kembali pikiran dan perasaan klien dalam kata-kata konselor. Misalnya, jika klien mengatakan, “Aku merasa sangat cemas tentang presentasi yang harus aku berikan”,. Maka konselor dapat menggunakan refleksi dengan mengatakan, “Jadi, kamu merasa cemas tentang presentasi tersebut”. Hal ini membantu klien merasa didengar dan dipahami. Kemudian memperkuat hubungan konseling yang empatik.
Empati – Memahami dan Menghargai Perasaan Klien
Empati adalah kemampuan untuk memahami dan menghargai perasaan klien. Konselor mengkomunikasikan empati melalui kata-kata, ekspresi wajah, dan nada suara. Tujuannya untuk menunjukkan perhatian yang tulus terhadap pengalaman klien. Misalnya, konselor dapat mengatakan, “Saya bisa merasakan betapa sulitnya situasi ini bagi kamu. Kamu sedang melalui banyak emosi yang sulit”.
Eksplorasi – Mengeksplorasi Masalah dan Pengalaman Klien
Teknik Eksplorasi melibatkan mengajukan pertanyaan terbuka yang mendorong klien untuk mengungkapkan lebih dalam tentang masalah dan pengalaman mereka. Misalnya, konselor dapat bertanya, “Ceritakan lebih banyak tentang pengalaman itu” atau “Bagaimana kamu merasa tentang situasi tersebut?”. Hal ini membantu klien menggali lebih dalam. Sehingga memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang diri mereka sendiri.
Minimal Encouragement – Memberikan Dorongan Minim
Teknik Minimal Encouragement melibatkan memberikan dorongan atau penguatan yang minim kepada klien. Tujuannya untuk melanjutkan percakapan atau mengungkapkan lebih banyak tentang pikiran dan perasaan mereka. Misalnya, konselor dapat menggunakan kalimat seperti “Lanjutkan, aku ingin mendengar lebih banyak” atau “Kamu sedang berbicara tentang hal yang penting, jangan berhenti”.
Close Question – Pertanyaan yang Bersifat Tertutup
Teknik Close Question melibatkan penggunaan pertanyaan yang bersifat tertutup. Yang mana memerlukan jawaban singkat dari klien. Contohnya, konselor dapat bertanya, “Apakah kamu merasa lebih baik setelah berbicara dengan teman?” atau “Apakah kamu sudah mencoba solusi tersebut sebelumnya?”. Pertanyaan semacam ini membantu mengarahkan percakapan. Sehingga memperoleh informasi spesifik.
Open Question – Pertanyaan yang Bersifat Terbuka
Teknik Open Question melibatkan penggunaan pertanyaan yang bersifat terbuka. Tujuannya memungkinkan klien untuk memberikan jawaban yang lebih mendalam dan rinci. Misalnya, konselor dapat bertanya, “Bagaimana perasaanmu ketika menghadapi situasi tersebut?” atau “Ceritakan lebih banyak tentang apa yang membuatmu merasa tidak nyaman”. Pertanyaan semacam ini mendorong klien untuk berpikir lebih dalam. Memungkinkan mereka untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran secara lebih luas.
Paraphrasing – Mengulang Ulang dengan Kalimat Sendiri
Teknik Paraphrasing melibatkan mengulang kembali apa yang klien sampaikan dengan menggunakan kalimat yang berbeda. Hal ini membantu konselor untuk memastikan pemahaman yang benar. Selain itu untuk memperjelas apa yang telah dikomunikasikan oleh klien. Misalnya, konselor dapat mengatakan, “Jadi, apa yang kamu katakan adalah bahwa kamu merasa tidak dihargai dalam hubungan ini?” atau “Dalam kata lain, kamu merasa kesepian dan tidak didengar”.
Leading – Memimpin Klien ke dalam Refleksi atau Pemahaman Lebih Dalam
Teknik Leading ini untuk mengarahkan klien ke dalam refleksi atau pemahaman yang lebih dalam tentang diri mereka sendiri. Misalnya, konselor dapat mengatakan, “Bagaimana kamu berpikir tindakan tersebut berkaitan dengan nilai-nilai yang kamu pegang?” atau “Apa yang bisa kamu pelajari dari situasi ini?”. Dengan memimpin klien ke arah pemikiran yang lebih mendalam. Maka konselor membantu mereka untuk mendapatkan wawasan yang lebih baik. Sehingga mampu membuat keputusan yang sesuai.
Summarizing – Merangkum Poin-Poin Utama dalam Percakapan
Teknik Summarizing melibatkan merangkum poin-poin utama yang telah dibahas dalam percakapan konseling. Hal ini membantu klien untuk melihat gambaran keseluruhan dan mengidentifikasi pola atau tema yang muncul.
Baca Artikel Kami Lainnya: Dampak Negatif dari Transferens Balik dalam Konseling.
Misalnya, konselor dapat mengatakan, “Jadi, dalam percakapan kita tadi, kamu mengungkapkan perasaan kesepian dan keinginan untuk memperbaiki hubungan dengan orang-orang terdekatmu. Kamu juga menyadari bahwa penting untuk menghargai diri sendiri dan menetapkan batasan yang sehat”. Dengan merangkum poin-poin utama, konselor memperkuat pemahaman tentang klien. Kemudian memfasilitasi pemikiran reflektif klien.
Baca Artikel Kami Lainnya: Perbedaan antara Transferens Balik dan Transferens dalam Konseling.
Artikel oleh: Logos Indonesia.