Anna Freud Dan Teori 5 Mekanisme Pertahanan Diri

Anna Freud merupakan anak bungsu dari Sigmund Freud. Ia mengembangkan teori ego menjadi 5 mekanisme pertahanan diri.

Tokoh5868 Views

Logos Indonesia Anna Freud merupakan anak bungsu dari Sigmund Freud. Anna memiliki minat yang sama pada psikoanalisis, seperti ayahnya. Ia memfokuskan teorinya pada perkembangan ego seseorang.

Ann Freud lahir di Wina tahun 1895. Dalam teorinya, Anna terkenal sebagai seseorang yang melopori praktik dari psikoanalisis anak, atau lebih khususnya sebagai “psikologi ego”. Psikologi ego adalah ilmu psikologi yang berfokus pada pikiran sadar atau ego seseorang dalam keadaan normal dan patologisnya.

Baca Artikel Kami Lainnya: Biografi Freud, Bapak Psikoanalisis.

Dari banyaknya karya tulis yang Anna buat. Terdapat satu karya penting yang mewakili dari teori utamanya, yaitu buku berjudul ‘ego and the Mechanism of Defence’. Dalam tulisan tersebut, menjelaskan bagaimana cara Ego untuk menghadapi setiap peristiwa atau situasi yang menyakitkan. Landasan teorinya adalah bahwa Ketika seseorang berada pada situasi yang menyakitkan atau menyulitkan. Maka, artinya seseorang itu sedang berkonflik di dalam dirinya terhadap tuntutan di luar dirinya. Terdapat tuntutan id (insting dari dalam diri) dan tuntutan super ego (tuntutan mengikuti moral dan aturan di masyarakat) yang menghasilkan situasi yang menghasilkan tegangan.

Sehingga teori Anna Freud merupakan pengembangan dari teori Sigmund Freud terhadap id, ego dan super ego. Dalam mekanisme pertahanan ego merupakan cara seseorang untuk menghadapi sesuatu yang tidak bisa ia terima. Hal ini karena, peristiwa tersebut terlalu menyakitkan bagi dirinya sendiri. Sehingga, ia menolak akan kebenaran dari situasi tersebut.

Baca Artikel Kami Lainnya: Pandangan B. F. Skinner Sebagai Pelopor Behavioristik.

Untuk mengatasi kekecewaannya tersebut, maka mereka cenderung menggunakan 5 cara yang telah dirumuskan oleh Anna Freud ini. Terkadang, kita menemukan seseorang yang sedang menyangkal pada keadaan yang sedang mereka alami. Bahkan mungkin saja kamu pernah melakukan penyangkalan hal tersebut.

5 Mekanisme Pertahanan Menurut Anna Freud

Anna Freud.
Anna Freud.

Terdapat 5 cara untuk ego untuk mempertahankan diri dari peristiwa yang menyakitkan, yaitu penolakan dengan fantasi, penolakan dengan kata dan tindakan, membatasi Ego, agresif, dan alturisme. Berikut ini akan dijelaskan mengenai 5 mekanisme pertahanan diri menurut Anna Freud.

Penolakan Dengan Fantasi

Cara ego untuk mempertahankan diri dari kejamnya dunia adalah dengan menolak kejadian tersebut dan mewujudkan keinginannya melalui fantasi. Mereka akan mengisi kekosongan akibat tidak terpenuhinya harapan dengan meyakini apa yang diharapkannya itu terwujud. Dengan begitu, mereka akan lebih tenang dengan meyakini fantasinya. Karena, peristiwa yang menyakitkan itu menimbulkan kecemasan. Sehingga, bisa saja seseorang melakukan hal yang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.

Baca Artikel Kami Lainnya: Perls, Tokoh Psikologi Yang Memusatkan Pada Masa Kini.

Sebagai contoh, seorang anak yang belum bisa menerima bahwa ibunya sudah meninggal. Jika anak ini menggunakan cara berfantasi untuk menolak keadaannya. Maka anak tersebut akan Terus menganggap bahwa ibunya masih hidup. Walaupun sebenarnya ia sudah tahu bahwa ibunya sudah meninggal. Kemudian, Ketika seseorang berusaha untuk meyakinkannya bahwa ibunya sudah meninggal. Anak ini akan menolak untuk meyakini hal tersebut.

Penolakan Dengan Kata Dan Tindakan

Penolakan jenis ini hampir sama dengan penolakan yang dilakukan dengan fantasi. Hanya saja untuk penolakan dengan kata dan tindakan ini lebih nyata dilakukan. Jika sebelumnya, penolakan dengan fantasi Hanya berupa keyakinan. Berbeda dengan penolakan dengan kata-kata dan tindakan ini. Iya tidak hanya meyakini tapi juga memberikan aksi terhadap penolakan tersebut. Sebagai contoh, anak yang kehilangan orang tuanya. Anak ini sebenarnya sangat membutuhkan kasih sayang orang tuanya seperti pelukan hangat dari orang tuanya. Namun ketika ia ditinggal oleh ayah dan ibunya yang ia sayangi. Anak ini mulai membenci orang tuanya. Jika anak ini mengembangkan penolakan melalui kata-kata dan tindakan. Maka setelah ia merasa dikecewakan oleh orang tuanya, Ia akan selalu berbicara kasar ataupun buruk terhadap orang tuanya. Walaupun sebenarnya ia sangat mencintai kedua orang tuanya. Pengembangan dari penolakan ini, Mungkin saja bisa berlanjut di masa dewasanya.

Membatasi Ego

Pembatasan ego ini biasanya terjadi ketika seseorang menginginkan suatu hal. Namun pada kenyataannya Ia tidak mampu melakukannya. Ataupun mengalami peristiwa yang mengecewakan dirinya. Awalnya, Ia akan mengembangkan rasa benci padahal topik tersebut. Namun seiring dengan waktu, Iya akan mengembangkan kebenciannya secara meluas pada topik tersebut secara umum.

Sebagai contoh, seorang anak yang
ingin sekali bermain sepak bola. Namun suatu hari, Iya diajak oleh sekelompok teman yang semuanya jago di sepak bola tersebut. Anak ini takut sekali akan ejekan dari kelompok temannya itu jika dirinya kalah atau terlihat tidak bisa mengimbangi kemampuan mereka. Akhirnya, anak ini menolak untuk ikut bermain bola bersama mereka. Walaupun sebenarnya ia sangat ingin bermain bola. Alhasil, rasa kecewa dan ketidakmampuannya ini dialihkan pada kebenciannya terhadap sepak bola itu. Kemudian seiring dengan waktu, iya mulai mengembangkan rasa bencinya terhadap sepak bola itu lebih luas, seperti ia mulai membenci permainan sepak bola, membenci orang-orang yang bermain sepak bola, membenci orang-orang yang menyukai sepak bola dan sebagainya.

Agresif

Agresi merupakan mekanisme pertahanan yang umum dilakukan oleh banyak orang. Ketika seseorang mengalami peristiwa yang mengecewakan. Mereka cenderung untuk bersikap agresif sebagai aksi penolakannya. Namun agresi jenis ini, bisa saja agresi secara tidak langsung terhadap objek yang di bencinya. Sebagai contoh, ketika seorang anak selalu dimarahi oleh orang tuanya. Umumnya anak tersebut akan melampiaskan agresif kepada anak lain di sekolahnya.

Alturisme

Altruisme adalah mekanisme pertahanan yang secara pasrah pada hal yang dikecewakan atau dibencinya. Mereka cenderung untuk melepaskan namun dengan alasan yang tidak baik. Sebagai contoh, seseorang yang mengetahui bahwa dirinya akan kalah. Maka secara sukarela ia akan membantu lawannya untuk menang. Ia meyakini bahwa dirinya tidak pantas untuk menang karena kemampuannya yang kurang. Tapi mungkin saja, Ia bisa menang, jika berusaha lebih keras.

Asnawi, Ahmad. (2019). 50 Tokoh Psikologi Dunia: Gagasan Dan Pemikiran Mereka. Jawa Tengah: Desa pustaka Indonesia.

Artikel oleh: Logos Indonesia.

Comment