Logos Indonesia – Alfred Adler merupakan seorang yang tidak dikendalikan oleh ambisinya sendiri. Pandangannya antara Adler dan Frued memiliki banyak perbedaan. Bahkan hubungan antara Adler dan Frued tidak terlalu baik. Walaupun berada di dalam satu organisasi. Sebenernya, karena perbedaan pandangan tersebutlah yang membuat Adler dan Frued tidak bisa akur hingga akhir hayat Adler.
Adler mencetuskan psikologi individual, yang menenkankan pada tingkat kesadaran dalam bertindak. Sedangkan Feud pengagas dari psikologi analisis, yang menekankan pada tingkat ketidaksadaran sebagai dorongan dalam bertindak.
Pandangan Adler yang lebih optimis dari pada Freud dan memasukan faktor hubungan sosial, sangatlah bertentangan dengan pemahaman Freud. Karena hal tersebut, akhirnya Adler memutuskan untuk keluar dari organisasi Freud dan mencetus teorinya sendiri.
Landasan teori Adler adalah “minat sosial”, yaitu hubungan sosial dengan sesama manusia yang sangat kuat. Adler menganggap pengaruh sosial menjadi faktor utama seseorang bertindak dan berjuang meraih superioritas atau keberhasilan.
Landasan teori Adler ini berdasarkan kepribadian Adler yang suka berinteraksi dengan orang banyak. Bisa dibilang Adler ini memiliki kepribadian yang extrovert. Berbeda dengan Freud yang cenderung introvert, lebih menyukai hubungan yang mendalam dengan orang tertentu saja.
Sedangkan landasan teori Freud, menganggap seks dan agresi sebagai dorongan seseorang dalam bertindak. Tidak ada motivasi dari luar sebagai faktor pendorong seseorang berperilaku.
Pandangan Freud yang menganggap kepribadian seseorang tidak dapat di ubah sangat berbeda dengan pendapat Adler. Menurut Adler, setiap orang memiliki tanggung jawab yang besar terhadap kepribadian mereka sendiri.
Bagi Freud, perilaku saat ini terjadi karena pengalaman masa lalunya. Sedangkan Adler, menganggap perilaku saat ini karena harapan akan masa depannya.
Setelah mengetahui perbedaan pandangan antara Adler dan Freud, kita akan lanjut ke biografi Alfred Adler sebagai pencetus psikologi individual. Berikut biografi Alfred Adler dalam buku Feist, Feist & Roberts (2017).
Masa Kecil Adler
Alfred Adler lahir pada tanggal 7 Febuari 1870 di Rudolfsheim, Wina. Sejak kecil ia sakit-sakitan karena kondisi tubuhnya yang lemah. Keluarga Adler tidaklah dari kalangan menengah ke atas. Ayahnya bernama Leopold, orang Yahudi kelas menengah yang pekerjaan utamanya sebagai pedagang gandum dari Hungaria. Ibunya bernama Pauline, yang kesibukan sehariannya mengurus ketujuah anaknya di rumah.
Pada usia 5 tahun menjadi pemicu Adler berkeinginan kuat untuk menjadi dokter. Alasanya karena Adler pernah hampir meninggal akibat radang paru-paru (pneumonia). Pada saat yang sama juga, adik laki-lakinya meninggal. Adler menganggap kematian adik laki-lakinya sebagai pengalaman dirinya yang hampir meninggal. Rasa empati Adler tentu sangat tinggi sejak masih kecil. Untuk mencegah kematian, Adler bertekad menjadi dokter.
Kondisi kesehatan Adler berkebalikan dengan kondisi kakak-kakaknya yang sehat dan kuat. Semasa kecil Adler bersaing dengan kesehatannya.
Meskipun Adler berasal dari orangtua Yahudi, tapi Adler tidak memiliki minat terhadap aktivitas religiusnya. Walaupun Adler sempat berganti keagamaan juga, minatnya dalam religius tidak berubah.
Baca Artikel Kami Lainnya: Apa Itu Inferiority Complex Dan Superiority Complex?.
Masa Karir Adler
Sejak di bangku sekolah Adler tidak memiliki ambisi dalam akademiknya. Dari awal sekolah hingga lulus dari kuliah kedokterannya, Adler tidak memiliki prestasi dalam hal akademik, bahkan cenderung buruk. Karena itu, Ayahnya, menyuruh untuk berhenti sekolah dan menekuti keahlian membuat sepatu saja. Tapi Adler tidak mau karena impiannya menjadi dokter.
Setelah mendapatkan gelar dokternya, Adler menjalani wajib militer sebagai kewajiban orang Hungaria. Setelah kembali dari Perang Dunia 1, Adler melanjutkan pendidikan Pascasarjana dan membuka praktek spesialis mata. Namun karena beberapa alasan, Adler beralih ke psikiatri dan dokter umum.
Baca Artikel Kami Lainnya: Biografi Tokoh Psikologi Analisis, Carl Jung.
Pertemuannya Dengan Freud
Adler masuk ke dalam organisasi yang dilandaskan teori psikoanalisisnya Freud. Namun, setelah bertahun-tahun berada di sana, Adler tidak menemukan kecocokan dengan teori psikoanalisisnya Freud. Akhirnya, setelah menyadari banyak perbedaan pandangan ini, secara resmi pada Oktober 1911 Adler mengundurkan diri dari organisasi tersebut. Butuh waktu lama untuk menyadari bahwa hubungan Adler dan Freud yang buruk sejak awal sebagai perbedaan pandangan antara mereka.
Akhirnya, Adler membuat nama organisasi bernama Society For Individual Psychology. Sebagai makna bahwa Adler meninggalkan pemahaman psikoanalisis Freud.
Baca Artikel Kami Lainnya: Sejarah dan Fenomena Konseling Online Indonesia.
Psikologi Individual
Selama hidup Adler hingga akhir hayatnya ia tinggal di New York, Amerika Serikat untuk menyebarkan pemikirannya. Hal ini karena, Adler terkesan dengan optimisme dan keterbukaan pikiran mereka.
Adler menganggap bahwa minat sosial dan rasa saling menolong dan rasa empati menjadi landasan tindakan seseorang untuk bertindak. Hal ini sangat terlihat dari pasien Adler yang lebih banyak dari orang menengah ke bawah yang saat itu, hampir tidak ada psikiatri yang melakukan hal itu. Adler memiliki sifat ramah, optimis, memiliki daya juang yang kuat untuk kesetaraan gender.
Adler menikah dengan Raissa Epstein pada Desember 1897, orang Rusia yang memiliki pemikiran Marxist-Leninist yang berbeda dengan Adler. Namun, mereka tidak mempermasalahkan hal itu. Setelah beberapa tahun menikah, Adler memilih tinggal di New York untuk menyebarkan pemikirannya. Sedangkan Raissa Epstein tinggal di Wina untuk mengembangkan pemikiran tentang Marxist-Leninist.
Mereka memiliki 4 orang anak. Alexandra dan Kurt menjadi psikiatri, Cornelia yang bermimpi menjadi artis dan Valentine yang meninggal di tahanan politik Uni Soviet 1942.
Menjelang kematian Adler, Epstein datang ke New York. Walaupun Epstein tidak menyukai New York. Namun setelah sepeninggalnya Adler, Epstein hingga akhir hayatnya tinggal di New York.
Sumber: Feist, J., Feist, G. J., & Roberts, T. (2017). Teori kepribadian: Theories of. Personality. Buku 1, Edisi 8. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
Comment