Emosional Sponge. Ketika Rasa Empati Terlalu Berlebihan

Emosional sponge, menggambarkan seseorang yang sangat sensitif terhadap emosi orang lain hingga seolah-olah membaurnya sendiri dalam dirinya.

Logos Indonesia – Hidup ini bagaikan roller coaster, penuh dengan ketinggian dan rendahan emosi. Kadang kita merasa bahagia, sedih, gembira, marah, atau bahkan gugup. Kita punya kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain. Hal ini disebut empati. Empati adalah apa yang membuat kita manusiawi. Namun, apa jadinya jika rasa empati kita terlalu berlebihan?

Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang “emosional sponge”. Fenomena ketika seseorang merasakan dan menyerap emosi orang lain hingga berlebihan. Bukan hanya merasakan, mereka juga mengambil beban emosional orang lain hingga dapat mempengaruhi kesehatannya sendiri.

Melalui artikel ini, kita akan berusaha memahami apa itu “emosional sponge” dan ciri-cirinya. Jadi, apakah kamu termasuk dalam emosional sponge? Kita akan membahasnya untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Apa Itu Emosional Sponge?

Ada satu istilah yang mungkin belum terlalu familiar di telinga kita, yaitu “Emosional Sponge”. Menurut Psychology Today, emosional sponge, menggambarkan seseorang yang sangat sensitif terhadap emosi orang lain hingga seolah-olah membaurnya sendiri dalam dirinya.

Coba bayangkan sebuah spons. Barang apa yang terlintas di pikiranmu ketika mendengar kata ‘spons’? Pastinya, sebuah benda yang dapat menyerap air dengan cepat kan? Nah, inilah analoginya. Seorang Emosional Sponge. Dimana kamu adalah sponge yang bisa menyerap emosi orang lain dalam waktu singkat dan dalam intensitas yang besar.

Karena itu, mereka dapat merasa sangat lelah secara mental setelah berinteraksi secara intens dengan orang lain. Bahkan mereka dapat merasakan dampak secara fisik dan psikologis setelah menghabiskan waktu berinteraksi dengan orang yang memiliki aura negative. Hal ini karena mereka sedang menyerap emosi negative seseorang yang memiliki masalah yang rumit.

Baca Artikel Kami Lainnya: Tanda-Tanda dan Siklus Intergenerational Trauma.

Biasanya, Emosional Sponge merasa perlu untuk terus-menerus memberikan dukungan emosional kepada teman-temannya. Mereka selalu mendukung  seseorang yang sedang berjuang dengan kesehatan mental, seperti depresi atau kecemasan. Cara mereka merasakan dan mengekspresikan empati ini bahkan bisa melampaui empati normal.

Namun, tantangan terbesar bagi Emosional Sponge adalah kesulitan mereka dalam mengidentifikasi emosi mereka sendiri. Mereka benar-benar dapat merasakan emosi orang lain seolah-olah itu adalah emosi mereka sendiri. Hal ini kadang membuat mereka merasa kewalahan dan sulit untuk merawat diri mereka sendiri.

Tetapi perlu kita ketahui, menjadi Emosional Sponge bukan berarti seseorang itu lemah. Justru itu membuktikan bahwa mereka memiliki kemampuan empati yang kuat. Beberapa orang mungkin secara alami lebih sensitif, sementara yang lain bisa menjadi lebih peka dan rentan dalam situasi tertentu.

Apakah Kamu Termasuk Emosional Sponge?

Hayo, apakah kamu seorang Emosional Sponge? Pernahkah kamu merasa perasaanmu sangat dipengaruhi oleh orang di sekelilingmu. Atau pernahkah kamu merasa terlalu lelah setelah menghabiskan waktu dengan orang yang sepertinya ‘menyerap’ energimu. Mungkin kamu adalah apa yang disebut sebagai “Emosional Sponge”. Namun, sebelum mengetahui apakah kamu termasuk Emosional Sponge, berikut ini adalah beberapa ciri-ciri utamanya.

  1. Peka terhadap Emosi Orang Lain. Kamu mudah merasakan perasaan orang lain di sekitarmu dan terpengaruh oleh emosi mereka. Contohnya Ketika temanmu sedih, kamu merasakan kesedihan yang sama dan memberikan dukungan empati.
  2. Mudah Lelah Secara Emosional. Berinteraksi dengan orang lain yang memiliki emosi kuat dapat menguras energimu dan membuatmu merasa emosional. Contohnya Setelah mendengarkan keluh kesah teman, kamu merasa lelah dan butuh waktu untuk kembali pulih.
  3. Berempati Secara Berlebihan. Kamu memiliki kemampuan empati yang sangat tinggi, yang kadang melebihi batas. Contohnya, Saat seseorang menceritakan pengalaman buruknya, kamu merasa seperti mengalaminya.
  4. Kesulitan Mengidentifikasi Emosi Sendiri. Kamu terkadang kebingungan antara emosi sendiri dan emosi orang lain. Sehingga sulit mengekspresikan perasaanmu. Contohnya setelah menghabiskan waktu dengan teman, kamu merasa cemas, padahal seharusnya merasa tenang.
  5. Sering Mengabaikan Kebutuhan Diri. Kamu lebih fokus untuk membantu dan mendukung orang lain. Sehingga sering mengabaikan kebutuhan dan kesehatan emosional sendiri. Contohnya mengorbankan istirahat malam atau kegiatan kesenangan untuk menemani teman yang sedang membutuhkan dukungan.

Jadi, apakah kamu termasuk Emosional Sponge? Jangan khawatir, menjadi Emosional Sponge bukanlah hal yang buruk. Yang penting adalah kamu mengetahui bagaimana cara merawat dirimu sendiri dan menjaga keseimbangan emosi.

Kesimpulannya

Jadi, Emosional sponge adalah istilah untuk menjelaskan seseorang yang sangat sensitif terhadap emosi orang lain hingga seolah-olah menyerap emosi tersebut. Mereka merasakan sakit hati, kegembiraan, rasa cemas dan semua jenis emosi, jauh lebih intens dibandingkan individu biasa.

Menjadi emosional sponge bukanlah sesuatu yang buruk. namun, juga bukan sesuatu yang harus kita pertahankan jika hal tersebut membuat kita lelah secara emosional. Yang terpenting adalah bagaimana kita menjaga keseimbangan emosi dan selalu merawat kesejahteraan diri sendiri.

Jadi, apa kamu termasuk seorang emosional sponge? Ingatlah bahwa merasakan empati adalah bagian dari kemanusiaan kita. Namun juga penting untuk kita menjaga Kesehatan emosional diri kita sendiri.

Baca Artikel Kami Lainnya: Perbedaan Antara Trauma Dan Intergenerational Trauma.