Perbedaan Antara Trauma Dan Intergenerational Trauma

Trauma dialami langsung oleh seseorang saja. Sedangkan Intergenerational Trauma berdampak trauma yang dialami oleh generasi berikutnya.

Logos Indonesia – Mungkin kamu pernah mendengar tentang trauma dan akibat yang ditimbulkannya. Tapi pernahkah kamu mendengar istilah “Intergenerational Trauma”? Bagaimana hal ini mempengaruhi kehidupan kita? Untuk memahami perbedaan antara kedua istilah ini, kita perlu mengulas pengertian dan dampak dari masing-masing kedua istilah tersebut.

Apa Itu Trauma?

Trauma adalah respons emosional yang parah akibat pengalaman yang sangat menekan kehidupan kita. Seperti kecelakaan, kehilangan, atau bencana alam. Trauma bisa mempengaruhi fisiologis dan psikologis seseorang.

Orang yang mengalami trauma mungkin menunjukkan gejala seperti gangguan tidur, kecemasan, mudah marah atau perubahan suasana hati. Setiap individu mengalami trauma dengan cara yang berbeda. Demikian pula dampak dan gejala yang dirasakannya. Berikut dampak umum yang mungkin kamu temukan pada seseorang yang mengalami trauma.

  1. Gangguan tidur. Trauma bisa membuat seseorang mengalami mimpi buruk atau insomnia.
  2. Mudah marah. Seseorang yang mengalami trauma mungkin lebih reaktif atau mudah tersinggung.
  3. Kecemasan. Trauma seringkali membuat penderitanya merasa cemas atau khawatir berlebihan.
  4. Kesulitan berkonsentrasi. Fokus dan atensi seseorang yang mengalami trauma bisa terganggu.
  5. Perubahan suasana hati. Trauma bisa mempengaruhi suasana hati, seperti menjadikan seseorang lebih sedih atau murung.

Apa Itu Intergenerational Trauma?

Sementara itu, Intergenerational Trauma adalah fenomena di mana dampak dari trauma dialami oleh generasi berikutnya. Meskipun mereka tidak secara langsung mengalami peristiwa traumatis tersebut. Trauma ini berhubungan erat dengan pola perilaku, lingkungan dan emosi yang dibawa dari orangtua kita kepada generasi berikutnya.

Baca Artikel Kami Lainnya:  Penjelasan Psikologis Mengenai Sikap Galak Saat Di Tagih Utang.

Dampak dari Intergenerational Trauma bisa bervariasi, tergantung pada bagaimana trauma ditularkan. Misalnya, anak-anak yang tumbuh di lingkungan tempat orangtua mereka mengalami trauma. Ini mungkin menunjukkan pola komunikasi yang tidak sehat, seperti gangguan kejiwaan, kesulitan menjalin hubungan, atau siklus kemiskinan dan kekerasan. Dampak dari Intergenerational Trauma bisa meliputi.

  1. Pola komunikasi. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga di mana orangtua mereka mengalami trauma. Ini mungkin menemukan bahwa cara orangtua mereka berkomunikasi agak “aneh” atau tidak sehat.
  2. Pecandu atau lebih rentan terhadap gangguan jiwa. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan traumatis. Ini mungkin terbiasa menggunakan mekanisme coping yang tidak sehat. Seperti, penyalahgunaan zat atau perilaku adiktif lainnya.
  3. Kesulitan dalam menjalin hubungan yang sehat. Trauma antar generasi bisa membuat seseorang kesulitan mempercayai orang lain untuk menjalin hubungan yang baik.
  4. Siklus kemiskinan atau kekerasan. Trauma yang dialami oleh orangtua kita bisa mempengaruhi peluang kita untuk sukses dalam kehidupan. Misalnya, seseorang yang tumbuh dalam lingkungan miskin. Sehingga dirinya terbiasa dengan pola seperti itu dan tidak bisa melihat cara untuk keluar dari situ.
  5. Percaya mitos keluarga. Ketika sebuah keluarga memiliki sejarah trauma tertentu. Seperti mitos atau kepercayaan tertentu. Mungkin diciptakan untuk menjelaskan atau menyembunyikan trauma tersebut. Anak-anak yang diajari untuk mempercayai mitos ini mungkin merasa terjebak dalam situasi yang sama dan takut untuk menghadapinya.

Jadi, Apa Perbedaannya?

Sederhananya, perbedaan antara trauma dan Intergenerational Trauma adalah bahwa trauma dialami langsung oleh seseorang dan memiliki dampak pada individu tersebut. Sedangkan Intergenerational Trauma adalah dampak trauma yang dialami oleh generasi berikutnya. Ketika kita bicara tentang trauma, kita merujuk pada pengalaman yang buruk, yang hanya mempengaruhi dirinya saja secara langsung. Namun, ketika kita membahas Intergenerational Trauma, kita membahas bagaimana dampak dari pengalaman traumatis tersebut diteruskan kepada generasi berikutnya. Hingga mempengaruhi pola pikir, perilaku, dan adaptasi mereka. Inilah perbedaan antara trauma dan Intergenerational Trauma.

1. Definisi.

Trauma adalah respon emosional yang intensif terhadap peristiwa yang buruk. Peristiwa ini biasanya melibatkan ancaman serius terhadap keselamatan dan kesejahteraan individu atau orang lain. Di sisi lain, Intergenerational Trauma merujuk pada trauma yang dialami oleh seseorang. Kemudian ditransfer atau dipengaruhi pada generasi berikutnya.

2. Asal Usul.

Trauma biasanya berasal dari pengalaman langsung individu yang menghadapi situasi traumatis. Sedangkan Intergenerational Trauma berasal dari trauma yang dialami oleh orang tua atau generasi sebelumnya dan diwariskan ke generasi berikutnya.

3. Dampak.

Trauma bisa menyebabkan berbagai gejala emosional dan psikologis pada individu. Seperti gangguan tidur, kecemasan berlebih, mudah marah, dan perubahan suasana hati. Trauma antar generasi bisa berdampak pada pola komunikasi dalam keluarga. Kemudian mengarah ke penyalahgunaan zat, kesulitan dalam menjalin hubungan dan juga pola kemiskinan atau kekerasan.

4. Penanganan.

Penanganan trauma biasanya berfokus pada individu dan bisa melibatkan dukungan emosional, terapi psikologis, atau intervensi medis. Tujuannya untuk membantu individu beradaptasi dan melanjutkan hidup mereka. Sedangkan dalam intervensi untuk Intergenerational Trauma melibatkan penanganan yang lebih kompleks. Karena melibatkan individu dan keluarga. Dukungan, bimbingan, dan intervensi profesional sangat penting untuk memecahkan pola pengaruh trauma.

5. Penerimaan dan Pengakuan.

Mengakui trauma pribadi adalah langkah penting pertama untuk mengatasinya. Sementara itu, Intergenerational Trauma sering kali lebih sulit diakui dan ditangani. Karena melibatkan pola dan peran yang kompleks dalam keluarga.

Oleh karena itu, trauma dan Intergenerational Trauma berbeda dalam beberapa aspek penting. Masing-masing membutuhkan pendekatan yang berbeda dalam pengakuan, penanganan, dan pemulihan.

Baca Artikel Kami Lainnya:  Kenapa Kejadian Buruk Lebih Membekas daripada Hal Positif?