Karyawan Wajib Tahu! Sorry Sindrome Membuatmu Terlihat Tidak Percaya Diri

Sorry syndrome merupakan perilaku meminta maaf walaupun kesalahan berada diluar kendali kita. Singkatnya, meminta maaf walaupun tidak melakukan kesalahan apapun.

PIO, Sosial3642 Views

Logos Indonesia – Sejak kecil kita sudah diajarkan kata maaf, tolong, dan terimakasih. Ketiga kata ini merupakan kata ajaib yang mampu untuk mencairkan suasana. Selain itu, sebagai Warga Negara Indonesia kita sudah terkenal akan keramah tamahannya di mata dunia. Dengan demikian mengucapkan maaf, tolong, dan terimakasih sudah menjadi budaya untuk kita.

Sebagai seorang karyawan sudah sepantasnya kita bekerja dengan baik dan benar. Meminta maaf jika melakukan kesalahan dan mencoba untuk introspeksi diri. Namun, minta maaf tidak selamanya mendatangkan hal positif untuk kita.

Umumnya orang-orang akan menyukai orang yang mengakui kesalahannya dan meminta maaf dengan tulus. Namun tahukah kamu bahwa terlalu sering meminta maaf justru dapat membuatmu terlihat tidak percaya diri. Terlalu banyak meminta maaf juga bisa menjadi pertanda kalau kamu mengalami sorry syndrome.

Pengertian Sorry Syndrome

Pengertian Sorry Syndrome
Pengertian Sorry Syndrome

Sorry syndrome merupakan perilaku meminta maaf walaupun kesalahan berada diluar kendali kita. Singkatnya, meminta maaf walaupun tidak melakukan kesalahan apapun. Kebiasaan meminta maaf semacam ini cukup sering dilakukan baik disengaja maupun tidak disengaja.

Seperti yang dilansir pada The News bahwa seseorang yang mengalami sorry syndrome cenderung merasa dirinya adalah seorang penghalang, beban, gangguan, dan lain sebagainya. Hal ini tentunya bukan perasaan yang cukup baik untuk dikembangkan di dalam diri seseorang.

Sorry syndrome dapat diakibatkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah trauma masa lalu. Walaupun tidak bisa langsung disadari, namun trauma masa lalu akan membekas jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat. Selain itu, perbedaan gender juga dapat mempengaruhi  sorry syndrome. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Karina Schumann dan Michael Ross, ditemukan bahwa wanita lebih rentan mengalami sorry syndrome dibandingkan pria.

Sorry syndrome juga dapat diakibatkan oleh menurunnya self esteem atau harga diri. Seseorang yang terbiasa merasa takut dan khawatir akan langkah yang diambil cenderung membuat ia lebih sering mengatakan maaf. Hal ini juga mengakibatkan orang tersebut meminta maaf walaupun kesalahan bukan karena ulahnya atau diluar batas kemampuan yang dimiliki. Memiliki self esteem yang rendah akan berdampak buruk terhadap kinerja kerja yang kamu miliki.

Akibat Sorry Syndrome

Akibat Sorry Syndrome
Akibat Sorry Syndrome

Sebuah artikel yang diterbitkan oleh Psychology Today menuliskan bahwa meminta maaf itu memang baik untuk meminimalisir konflik, namun over apologizing ternyata juga bisa berbahaya bagi diri sendiri. Dengan terlalu sering meminta maaf menjadikan pertanda bahwa kamu punya self-esteem yang rendah, nggak percaya diri, dan terkesan tidak tulus.

Sebagai seorang karyawan yang terlalu sering meminta maaf membuat kamu terlihat banyak melakukan kesalahan dalam pekerjaanmu. Hal ini tentunya tidak baik untuk perkembangan karirmu. Namun, hal ini bukan menjadi alasan untuk tidak mengakui kesalahan dan malah melempar kesalahan ke orang lain. Alih-alih banyak meminta maaf, lebih baik untuk meningkatkan kinerja kerja agar mengurangi kesalahan yang dilakukan.

Baca Artikel Kami Lainnya : Mengenal Bahaya Emotional Invalidation

Tanda-Tanda Sorry Syndrome

Tanda-Tanda Sorry Syndrome
Tanda-Tanda Sorry Syndrome

Seperti yang dilansir pada jagadgrup.co.id, terdapat 7 tanda yang dapat mengidentifikasi apakah seseorang mengalami sorry syndrome, yaitu:

Meminta maaf untuk hal-hal yang tidak dapat dikendalikan

Tidak sepantasnya kita meminta maaf untuk hal-hal yang tidak bisa kendalikan, karena sekeras apapun kita berusaha hal itu akan tetap terjadi. Misalnya, kamu meminta maaf kepada atasan karena terlambat mengirimkan file, padahal internet kantor sedang terputus.

Meminta maaf atas tindakan orang lain

Kamu tidak perlu menjadi tumbal atas kesalahan orang lain. Misalnya, kamu meminta maaf ke orang tua karena adikmu menumpahkan minuman.

Meminta maaf atas interaksi normal sehari-hari

Hal ini cukup sering dilakukan tanpa disadari, namun sebenarnya bukan hal yang membuatmu harus meminta maaf. Misalnya, kamu meminta maaf karena harus pulang lebih dulu dari teman-teman kantormu, padahal itu memang sudah waktunya untuk pulang.

Meminta maaf kepada benda mati

Mungkin kamu terlalu mencintai benda tersebut, namun bukan berarti kamu memperlakukan benda itu selayaknya manusia. Misalnya, kamu meminta maaf kepada gelas favorit mu karena tanpa sengaja telah memecahkannya.

Meminta maaf untuk hal-hal yang menurutmu tidak salah

Kamu tidak perlu meminta maaf atas sesuatu jika kamu merasa tidak bersalah. Misalnya kamu terpaksa meminta maaf karena fitnah yang dilakukan oleh rekan kerjamu.

Meminta maaf ketika mencoba bersikap tegas

Kamu adalah seorang atasan? Atau kamu diminta sebagai penanggung jawab suatu project tertentu. Maka tidak ada salahnya untuk bersikap tegas. Kamu tidak perlu meminta maaf karena sikap yang satu ini, karena itu memang kewajibanmu. Misalnya, kamu meminta maaf karena kamu telah menegaskan untuk mengumpulkan tugas tepat waktu.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sorry syndrome membawa dampak buruk terhadap kehidupan pribadi dan karir yang kamu miliki. Kamu tidak perlu meminta maaf jika kamu tidak melakukan kesalahan.

Jika kamu merasa mengalami sorry syndrome dan cukup mengganggu aktivitas dan orang disekitarmu, jangan ragu untuk mengunjungi Klinik Konsultasi Psikologi atau melakukan Konseling Online. Semoga artikel ini dapat membantu.

Baca Artikel Kami Lainnya : Bagaimana Cara Terhindar Dari Emotional Blackmail?