Logos Indonesia – Mari kita bahas Lawrence Kohlberg dan kontribusinya dalam penalaran moral. Tahap perkembangan moral ini dibuat oleh Kohlberg untuk mengetahui moral merupakan dapat berkembang seperti perkembangan kognitif. Karena itu, meningkatkan moral dan kognisi banyak dilakukan di dunia pendidikan sebagai tujuan pembelajaran.
Siapa Itu Lawrence Kohlberg?
Lawrence Kohlberg lahir di Brunxville, New York, Amerika Serikat, pada tahun 1927. Lawrence Kohlberg meninggal pada tahun 1987 di Winthrop, Massachusetts, Amerika Serikat. Lawrence Kohlberg terkenal dengan teori perkembangan moral. Dalam mengklasifikasikan tahapan perkembangan moral, Kohlberg membuat penelitian eksperimen tentang moralitas seseorang.
Karyanya memiliki kontribusi yang cukup besar dalam praktik pendidikan. Perkembangan moral terjadi dengan urutan tahapan. Di mana setiap tahapannya lebih tinggi tingkatannya dari tahapan sebelumnya. Pendidikan moral di bangku sekolah juga ikut berkontribusi terhadap perkembangan tahapan moral pada anak. Karena itu, menurut Kohlberg, perkembangan kognitif dan moral menjadi tujuan utama dalam dunia pendidikan.
Hal ini diperkuat dengan adanya survei empiris dan ulasan yang kritis tentang karya Kohlberg. Survei ini dilakukan oleh Andri Isaksson, seorang psikolog asal Islandia. Menurut Isaksson, ide yang dikemukakan oleh Kohlberg memiliki peran yang sangat berguna dalam dunia pendidikan moral. Namun terdapat syarat untuk mengimplementasikan ide dari karya Kohlberg ini di dunia pendidikan.
Baca Artikel Kami Lainnya: Mengenal Norman Geschwind Sebagai Tokoh Psikologi Yang Meneliti Neurologis.
Menurut Isaksson, seorang guru yang mengajar harus memahami tahap perkembangan dari masing-masing siswanya dan pengetahuan psikologi kognitif. Dengan begitu, guru akan membuatkan metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak dan menyesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tujuan pembelajaran moral anak adalah mencapai tahapan perkembangan moral selanjutnya. Salah satunya adalah dengan cara bermain peran dalam mengajarkan moralitas pada anak.
Selain teorinya mengenai tahap perkembangan moral. Kohlberg juga mengembangkan teori piaget. Dalam penelitiannya, Kohlberg meminta seorang anak yang berusia 10 tahun, 13 tahun, dan 16 tahun untuk menyelesaikan serangkaian tugas dilema moral. Dilema moral tersebut disajikan dalam bentuk sketsa untuk menyesuaikan usia anak. Dalam sketsa tersebut anak diminta untuk memilih, Apakah akan mematuhi hukum dari figur otoritas atau tidak?
Namun hasil dari penelitian tersebut membuat Kohlberg kurang tertarik dengan pemikiran anak dalam memilih dilema moral. Hasilnya berbeda-beda tiap anak. Karena itu, Kohlberg menyimpulkan perkembangan moral anak mengikuti urutan invarian dari tiga tingkat moral yang dibuat oleh Kohlberg. Setiap tingkatan memiliki dua tahapan moral yang berbeda-beda. Menurutnya, setiap tahapan mewakili cara berpikir seseorang.
Kontribusi Lawrence Kohlberg Dalam Psikologi
Penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Kohlberg berkaitan dengan skenario moral. Dilema Heinz merupakan skenario moral yang cukup terkenal. Skenario moral tersebut sebagai berikut.
Terdapat seorang wanita yang sedang sekarat dan hanya satu obat yang dapat menyelamatkannya. Ternyata obat tersebut dijual dengan harga $ 10.000. Suami dari wanita tersebut bernama Heinz. Ia berusaha untuk meminjam uang untuk bisa mendapatkan obat tersebut. Namun Ia hanya bisa mengumpulkan uang setengah dari harga obat tersebut.
Walaupun dengan uang yang seadanya, Heinz tetap segera pergi ke toko tersebut untuk membeli obat. Sesampainya di toko, ia mengatakan bahwa ingin membeli obat tersebut untuk istrinya yang sedang sekarat saat ini dan meminta keringanan biaya untuk membeli obat tersebut, atau memberi jaminan untuk membayar sisanya di kemudian hari. Namun semua tawaran tersebut ditolak oleh pemilik toko. Dengan putus asa akhirnya, Heinz memutuskan untuk mencuri obat tersebut.
Baca Artikel Kami Lainnya: Biografi Singkat Mengenai Psikolog Robert Sternberg.
Dari cerita tersebut, siapakah yang salah? Apakah suami wanita tersebut atau pemilik toko? Dari skenario tersebut disimpulkan bahwa proses penalaran menghasilkan sebuah keputusan. Dari skenario tersebut juga dihasilkan tiga tingkatan perkembangan moral, gimana masing-masing tingkatan terdiri dari dua tahap.
Pada tingkat pra-konvensional, merupakan tingkat awal dari tahap perkembangan moral anak. Ketika anak memasuki tingkat pra-konvensional, maka anak akan menjawab bahwa perilaku Heinz itu salah karena akan ditangkap oleh polisi dan dihukum penjara. Mari kita bahas ketiga tingkatan perkembangan moral Kohlberg.
Level 1: Pra-Konvensional
Moralitas yang terbangun pada anak hanya sebatas mematuhi aturan yang berlaku oleh seseorang yang memiliki kendali terhadap dirinya (figur otoritas). Anak mematuhi aturan untuk menghindari hukuman atau mendapatkan hadiah.
Tahap 1 pada tingkat pra-konvensional adalah berorientasi kepada hukuman dan kepatuhan.
Tahap 2 pada tingkat pra-konvensional adalah hedonisme naif. Seseorang mematuhi aturan untuk mendapatkan hadiah atau memenuhi tujuan pribadinya.
Level 2: Konvensional
Pada level ini, Alasan seseorang mematuhi aturan dan norma sosial adalah untuk mendapatkan persetujuan orang lain atau mempertahankan tatanan sosial.
Tahap 1 pada tingkat konvensional adalah berorientasi pada istilah”anak-anak yang baik”. Perilaku moral yang menyenangkan untuk mendapatkan persetujuan orang lain.
Tahap 2 pada tingkat konvensional adalah untuk menjaga ketertiban sosial. Anak mampu mempertimbangkan perspektif orang lain untuk menentukan perilaku ini benar atau salah. Mereka sudah bisa menyesuaikan dengan aturan atau norma masyarakat sekitar.
Level 3: Pasca-Konvensional
Pada level ini, menentukan perilaku ini salah atau benar didasarkan pada prinsip yang diyakininya. Sehingga mungkin saja prinsip keadilan menurutnya bertentangan dengan hukum atau perintah dari figur otoritas.
Tahap 1 pada tingkat pasca-konvensional adalah moralitas kontrak. Seseorang akan menerima hukum yang berlaku jika didasarkan pada asas demokratis yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Sedangkan jika hukum yang berlaku dilandaskan pada keterpihakan dari beberapa kelompok, maka hukum tersebut tidak layak untuk diterima oleh dirinya.
Tahap 2 pada tingkat pasca-konvensional adalah moralitas yang didasarkan pada prinsip hati nurani individu. Pada tahap ini merupakan tahap moralitas yang paling tinggi. Mereka mendefinisikan benar atau salah berdasarkan prinsip yang mereka yakini.
Baca Artikel Kami Lainnya: Biografi Singkat Leon Festinger.
Asnawi, Ahmad. (2019). 50 Tokoh Psikologi Dunia: Gagasan Dan Pemikiran Mereka. Jawa Tengah: Desa pustaka Indonesia.
Artikel oleh: Logos Indonesia.
MEMBUTUHKAN KONSULTAN HRD & INDIVIDU UNTUK KEBUTUHAN ANDA ? KAMI PUNYA SOLUSI MENYELURUH MASALAH HRD & KESEHATAN MENTAL.
HUBUNGI KAMI MELALUI KONTAK DIBAWAH INI:
Logos Indonesia: Biro Psikologi & Konsultan HRD
Layanan:
1. Rekrutmen & Asemen Karyawan
2. Konsultansi MSDM
3. Training & Development by @logosinstituteofficial
4. Outbound
5. Konseling Online Berbasis Android & iOS by @deeptalkindonesia
6. Klinik Konsultasi Psikologi & Tumbuh Kembang Anak by @deepgrowindonesia
7. Layanan Psikologi Pendidikan by EduQuotient
.
Hubungi kami (Bisa Langsung Klink Nomor Dibawah Ini):
📱Rekrutmen, Asemen & Konsultansi MSDM: 0811-1744-456
📱Training & Outbound : 0811-1075-456
📱Klinik Psikologi, Konseling & Tumbuh Kembang Anak: 0811-1814-456
📱EduQuotient (Psi. Pendidikan): 0811-1157-456
Email : admin@logosconsulting.co.id
.
Follow Kami:
Logos Indonesia : @logosindonesiaofficial
Logos Institute : @logosinstituteofficial
DeepTalk Indonesia : @deeptalkindonesia
DeepGrow Indonesia : @deepgrowindonesia
Comment