Pahami 6 Asumsi Stimulus Sampling Theory Estes

Pahami 6 asumsi stimulus sampling theory dari Estes. Otak manusia memproses informasi dengan cara mengambil sampel dari lingkungan sekitar.

Logos Indonesia Stimulus Sampling Theory adalah teori dalam psikologi kognitif yang dikembangkan oleh William Kaye Estes pada tahun 1950-an. Teori ini mengatakan bahwa otak manusia tidak dapat memproses seluruh informasi yang diterima secara simultan, dan oleh karena itu otak manusia hanya memproses sampel informasi yang diambil dari lingkungan sekitar.

Proses pengambilan sampel ini bersifat probabilistik, yang berarti bahwa pengambilan sampel yang berbeda bisa terjadi pada waktu yang berbeda. Informasi yang diterima oleh otak manusia dikodekan dalam bentuk representasi mental yang disebut “trace” dan trace-trace ini saling berinteraksi satu sama lain. Teori ini mengakui adanya ketidakpastian dalam pemrosesan informasi dan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan akibat ketidakpastian tersebut.

Apa Itu Stimulus Sampling Theory?

Stimulus Sampling Theory adalah sebuah teori dalam psikologi kognitif yang dikembangkan oleh William Kaye Estes pada tahun 1950-an. Teori ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana informasi diproses dan disimpan dalam otak manusia. Estes berpendapat bahwa otak manusia tidak dapat memproses seluruh informasi yang diterima secara simultan. Sebaliknya, informasi yang diterima oleh otak manusia dianggap sebagai sampel dari dunia yang lebih besar. Oleh karena itu, pengambilan sampel informasi yang diterima oleh otak manusia menjadi penting dalam proses pemrosesan informasi.

Baca Artikel Kami Lainnya: Biografi Singkat William Kaye Estes: Pendidikan, Karir, dan Kontribusinya.

Menurut teori ini, pengambilan sampel informasi yang dilakukan oleh otak manusia bersifat probabilistik. Ini berarti bahwa probabilitas pengambilan sampel yang berbeda bisa terjadi pada waktu yang berbeda. Hal ini mengakibatkan ketidakpastian dalam pemrosesan informasi dan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan.

Estes juga menyatakan bahwa otak manusia harus mengkodekan informasi yang diterima agar dapat diproses lebih lanjut. Informasi ini dikodekan dalam bentuk representasi mental yang disebut sebagai “trace.” Setiap informasi yang diterima oleh otak manusia membentuk sebuah trace yang berbeda.

Baca Artikel Kami Lainnya: Mengapa Menerima Kesedihan itu Penting?

Teori Stimulus Sampling Theory juga mengajukan bahwa informasi yang diterima oleh otak manusia adalah kontinum. Ini berarti bahwa tidak ada batasan tegas antara stimulus dan sinyal. Estes juga mengatakan bahwa trace yang dibentuk oleh informasi yang diterima oleh otak manusia saling berinteraksi satu sama lain dan otak manusia memproses informasi dengan cara mengasosiasikan trace-trace yang berbeda.

Asumsi Stimulus Sampling Theory

Stimulus Sampling Theory adalah teori utama dalam psikologi kognitif yang dikembangkan oleh William Kaye Estes pada tahun 1950-an. Teori ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana informasi diproses dan disimpan dalam otak manusia. Terdapat enam asumsi utama dalam teori ini, yaitu:

Stimulus Sampling

Estes berpendapat bahwa otak manusia tidak dapat memproses seluruh informasi yang diterima secara simultan. Sebaliknya, informasi yang diterima oleh otak manusia dianggap sebagai sampel dari dunia yang lebih besar. Oleh karena itu, pengambilan sampel informasi yang diterima oleh otak manusia menjadi penting dalam proses pemrosesan informasi.

Probabilitas Pengambilan Sampel

Estes mengajukan bahwa pengambilan sampel informasi yang dilakukan oleh otak manusia bersifat probabilistik. Ini berarti bahwa probabilitas pengambilan sampel yang berbeda bisa terjadi pada waktu yang berbeda. Hal ini mengakibatkan ketidakpastian dalam pemrosesan informasi dan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan.

Pengkodean Stimulus

Estes menyatakan bahwa otak manusia harus mengkodekan informasi yang diterima agar dapat diproses lebih lanjut. Informasi ini dikodekan dalam bentuk representasi mental yang disebut sebagai “trace.” Setiap informasi yang diterima oleh otak manusia membentuk sebuah trace yang berbeda.

Kontinum Sinyal-Stimulus

Estes berpendapat bahwa informasi yang diterima oleh otak manusia adalah kontinum. Ini berarti bahwa tidak ada batasan tegas antara stimulus dan sinyal. Estes juga mengajukan bahwa informasi yang diterima oleh otak manusia memiliki sejumlah dimensi, seperti intensitas dan frekuensi.

Interaksi Antara Trace

Estes mengatakan bahwa trace yang dibentuk oleh informasi yang diterima oleh otak manusia saling berinteraksi satu sama lain. Hal ini berarti bahwa setiap informasi yang diterima dapat mempengaruhi trace lainnya yang sudah ada sebelumnya.

Proses Asosiasi

Este berpendapat bahwa otak manusia memproses informasi dengan cara mengasosiasikan trace-trace yang berbeda. Hal ini berarti bahwa otak manusia mencoba mencari pola dan hubungan antara informasi yang berbeda dan membentuk asosiasi di antara mereka.

Baca Artikel Kami Lainnya: Stimulus Sampling Theory dan Atensi Selektif: Mengapa Kita Tidak Selalu Sadar dengan Informasi yang Kita Terima?

Itulah asumsi dari Stimulus Sampling Theory yang dikemukakan oleh William Kaye Estes. Pada keenam asumsi tersebut, Stimulus Sampling Theory mencoba menjelaskan bahwa otak manusia memproses informasi dengan cara mengambil sampel dari lingkungan sekitar. Kemudian mengasosiasikan trace-trace yang terbentuk untuk membentuk representasi mental yang lebih kompleks. Sehingga, teori ini memperhitungkan ketidakpastian dalam pemrosesan informasi dan menyatakan bahwa kesalahan dalam pengambilan keputusan dapat terjadi akibat ketidakpastian tersebut.

Hergenhahn, B. R., & Olson, M. H. (2008). Teori Belajar, Edisi Ketujuh. Prenadamedia Group: Jakarta.

Artikel oleh: Logos Indonesia.